Claim Missing Document
Check
Articles

Found 39 Documents
Search

PERILAKU SEKSUAL REMAJA DI PEDESAAN(Studi Tentang Perilaku Seks dan Reproduksi Sehat Remaja di Kecamatan Kedungbanteng Kabupaten Banyumas)THE SEXUAL BEHAVIOUR OF THE ADOLESCENCE IN RURAL SOCIETY(Study about Sex Behaviour and The Reproduction Health of The Adolescence in Kedungbanteng District, Banyumas Regency) Wulan, Tyas Retno; , Muslihudin
Pembangunan Pedesaan Vol 3, No 2 (2003)
Publisher : Pembangunan Pedesaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana perilaku seksual para remaja di daerah pedesaan serta bagaimana pemahaman remaja tentang kesehatan reproduksi. Penelitian dilakukan di Kecamatan Kedungbanteng Kabupaten Banyumas dengan sasaran para remaja yang berusia 10-24 tahun. Mengingat persoalan seks masih dianggap persoalan yang sensitif, informan dijaring dengan teknik snowball sampling. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, dengan teknik pengumpulan data wawancara mendalam dan observasi. Informan berjumlah 13 orang, terdiri dari 5 orang perempuan dan 8 orang laki-laki. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan para remaja tentang kesehatan reproduksi sangat tidak memadai dan lebih banyak dipenuhi oleh mitos yang mereka yakini. Perilaku seks para informan, juga tidak bisa lepas dari bagaimana masyarakat mengkonstruksikan seksualitas laki-laki dan perempuan. Namun semua informan beranggapan bahwa hubungan seks yang dilakukan sebelum menikah, apalagi sampai menimbulkan kehamilan merupakan aib yang harus dihindari, mengingat kontrol sosial masyarakat desa yang masih cukup tinggi. Mengingat minimnya pengetahuan para remaja pada umumnya dan para orang tua di pedesaan pada khususnya terhadap kesehatan reproduksi, sudah selayaknya pendidikan seks menjadi agenda untuk ditransformasikan di pedesaan. Pendidikan seks tidak berarti mengajarkan cara untuk melakukan hubungan seks namun mengenalkan kepada para remaja fase-fase reproduksinya dan orang tua dituntut kepekaan untuk lebih memperhatikan masalah kesehatan reproduksi anak-anaknya.
Profil Pengasuh dan Masalah Anak yang Ditinggalkan (Children Left Behind) pada Keluarga Buruh Migran Indonesia di Kabupaten Banyumas WAHYUNINGSIH, ERI; Wulan, Tyas Retno
Kesmas Indonesia: Jurnal Ilmiah Kesehatan Masyarakat Vol 11 No 1 (2019): Jurnal Kesmas Indonesia
Publisher : Jurusan Kesehatan Masyarakat dan Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas Jenderal Soedirman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (154.539 KB) | DOI: 10.20884/1.ki.2019.11.1.1383

Abstract

ABSTRAK Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) pada tahun 2012 menyatakan bahwa sekitar 7 juta buruh migran Indonesia berada di luar negeri. Sebanyak 80% dari mereka (5,6 juta) adalah wanita usia subur (18 ? 40 tahun). Dari kondisi ini diperkirakan 11,2 juta anak di Indonesia ditinggalkan oleh ibu mereka yang bekerja di luar negeri. Hal ini menjadi salah satu pertimbangan untuk menempatkan keluarga BMI, khususnya anak-anak, sebagai kelompok rentan karena kurangnya kasih sayang dari salah satu atau kedua orang tua selama mereka bekerja di luar negeri, dan pengasuhan anak dilakukan oleh orang tua tunggal atau pengasuh lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan profil anak-anak yang ditinggalkan (CLB) di antara keluarga IMW, masalah yang ditemukan di CLB dan cara mereka menangani masalah. Penelitian dilakukan pada tahun 2012-2013 di tiga kecamatan di Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah. Data diperoleh dari 78 pengasuh CLB yang diwawancarai menggunakan kuesioner. Data dari tiga desa menunjukkan profil pengasuh didominasi oleh perempuan, berusia antara 26-79 tahun pendidikan antara SD - SMA, sebagian besar adalah pasangan BMI. Sedangkan profil CLB sebagian besar adalah laki-laki, berusia antara 15 bulan - 34 tahun, dan sebagian besar masih di sekolah dasar. Masalah yang paling banyak ditemukan di antara CLB adalah ketidakpatuhan, memaksakan keinginan, tidak mau makan, dan sakit selama lebih dari 3 hari.  Untuk menangani masalah-masalah tersebut pengasuh melakukan tindakan:  memarahi anak, memberikan apa yang anak-anak minta, membujuk anak-anak untuk makan, dan membawa anak-anak yang sakit ke pelayanan kesehatan. Disimpulkan bahwa CLB dirawat oleh anggota keluarga terdekat, dan masalah utama adalah  ketidakpatuhan. Disarankan kepada masyarakat di lingkungan keluarga BMI untuk menciptakan suasana yang memungkinkan anak-anak tumbuh dan berkembang secara optimal.
PEMETAAN GERAKAN PEREMPUAN DI INDONESIA DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PENGUATAN PUBLIC SPHERE DI PEDESAAN Wulan, Tyas Retno
Yinyang: Jurnal Studi Islam Gender dan Anak Vol 3 No 1 (2008)
Publisher : Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA) IAIN Purwokerto

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3012.245 KB)

Abstract

Long history of woman movement in Indonesia showing what woman has given special nuance to democratization learningin Indonesia. Indonesian woman movement dynamic in last two year show that they courageous to express issues about their interest.However, in reality, still much homework to enhance woman access and control in decision making at public sphere that influencingindividual life at family. We have to acknowledge that, woman movement still urban bias and only enjoyed by educated ones. Suburban orvillage woman that became largest part of Indonesian people not yet having access and control to became part of democratization process,so woman have room to own autonomy of herself on public sphere that impendent from other domination. At this point, empowerment andstruggle to bring village woman software they can develop themselves, is an urgent agenda
Village Elite Role on The Productive Migrant Village Program in Banyumas Indonesia Muslihudin, Muslihudin; Wulan, Tyas Retno; Sugiarto, Tri; Wardhianna, Sotyania; Wijayanti, Sri
KOMUNITAS: International Journal of Indonesian Society and Culture Vol 13, No 2 (2021): September 2021
Publisher : Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/komunitas.v13i2.29144

Abstract

Within social structure inside society, there is a group called the elite group consists of small number of people who are at the top of the stratum of the community. The group has a big role in various activities in the community. Banyumas is one of the regencies that receive a Productive Migrant Village Program (PMVP) whose implementation is related to the group of village elite. The purpose of this paper is to show how the role of the village elite in the village community empowerment, especially in the implementation of the programs. The method of the research is a critical qualitative research method. The data are obtained by interview, observation, and documentation. An analysis of the study was conducted interactively. The results of the study are; 1) The implementation of the programs are driven by village elites, 2) village political elites are responsible for the success since the beginning of the program, 3) political elites and economic elites ally in the implementation of the productive migrant village program. Such pattern of village elite alliances can be used as a useful model for the success of development programs or the empowerment of rural communities, not only in the programs, but also in other community empowerment programs.
Village Elite Role on The Productive Migrant Village Program in Banyumas Indonesia Muslihudin, Muslihudin; Wulan, Tyas Retno; Sugiarto, Tri; Wardhianna, Sotyania; Wijayanti, Sri
Komunitas Vol 13, No 2 (2021): September 2021
Publisher : Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/komunitas.v13i2.29144

Abstract

Within social structure inside society, there is a group called the elite group consists of small number of people who are at the top of the stratum of the community. The group has a big role in various activities in the community. Banyumas is one of the regencies that receive a Productive Migrant Village Program (PMVP) whose implementation is related to the group of village elite. The purpose of this paper is to show how the role of the village elite in the village community empowerment, especially in the implementation of the programs. The method of the research is a critical qualitative research method. The data are obtained by interview, observation, and documentation. An analysis of the study was conducted interactively. The results of the study are; 1) The implementation of the programs are driven by village elites, 2) village political elites are responsible for the success since the beginning of the program, 3) political elites and economic elites ally in the implementation of the productive migrant village program. Such pattern of village elite alliances can be used as a useful model for the success of development programs or the empowerment of rural communities, not only in the programs, but also in other community empowerment programs.
Profil Pengasuh dan Masalah Anak yang Ditinggalkan (Children Left Behind) pada Keluarga Buruh Migran Indonesia di Kabupaten Banyumas ERI WAHYUNINGSIH; Tyas Retno Wulan
Kesmas Indonesia Vol 11 No 1 (2019): Jurnal Kesmas Indonesia
Publisher : Jurusan Kesehatan Masyarakat dan Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas Jenderal Soedirman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (154.539 KB) | DOI: 10.20884/1.ki.2019.11.1.1383

Abstract

ABSTRAK Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) pada tahun 2012 menyatakan bahwa sekitar 7 juta buruh migran Indonesia berada di luar negeri. Sebanyak 80% dari mereka (5,6 juta) adalah wanita usia subur (18 – 40 tahun). Dari kondisi ini diperkirakan 11,2 juta anak di Indonesia ditinggalkan oleh ibu mereka yang bekerja di luar negeri. Hal ini menjadi salah satu pertimbangan untuk menempatkan keluarga BMI, khususnya anak-anak, sebagai kelompok rentan karena kurangnya kasih sayang dari salah satu atau kedua orang tua selama mereka bekerja di luar negeri, dan pengasuhan anak dilakukan oleh orang tua tunggal atau pengasuh lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan profil anak-anak yang ditinggalkan (CLB) di antara keluarga IMW, masalah yang ditemukan di CLB dan cara mereka menangani masalah. Penelitian dilakukan pada tahun 2012-2013 di tiga kecamatan di Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah. Data diperoleh dari 78 pengasuh CLB yang diwawancarai menggunakan kuesioner. Data dari tiga desa menunjukkan profil pengasuh didominasi oleh perempuan, berusia antara 26-79 tahun pendidikan antara SD - SMA, sebagian besar adalah pasangan BMI. Sedangkan profil CLB sebagian besar adalah laki-laki, berusia antara 15 bulan - 34 tahun, dan sebagian besar masih di sekolah dasar. Masalah yang paling banyak ditemukan di antara CLB adalah ketidakpatuhan, memaksakan keinginan, tidak mau makan, dan sakit selama lebih dari 3 hari. Untuk menangani masalah-masalah tersebut pengasuh melakukan tindakan: memarahi anak, memberikan apa yang anak-anak minta, membujuk anak-anak untuk makan, dan membawa anak-anak yang sakit ke pelayanan kesehatan. Disimpulkan bahwa CLB dirawat oleh anggota keluarga terdekat, dan masalah utama adalah ketidakpatuhan. Disarankan kepada masyarakat di lingkungan keluarga BMI untuk menciptakan suasana yang memungkinkan anak-anak tumbuh dan berkembang secara optimal.
Ayah Tangguh, Keluarga Utuh : Pola Asuh Ayah pada Keluarga Buruh Migran Perempuan di Kabupaten Banyumas Tyas Retno Wulan; Dalhar Shodiq; Sri Wijayanti; Dyah Woro Dwi Lestari; Ariandre Tri Hapsari; Eri Wahyuningsih; Hendri Restuadhi
Jurnal Ilmu Keluarga dan Konsumen Vol. 11 No. 2 (2018): JURNAL ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN
Publisher : Department of Family and Consumer Sciences, Faculty of Human Ecology, IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (463.364 KB) | DOI: 10.24156/jikk.2018.11.2.84

Abstract

Banyumas as one of the bases of Indonesian Migrant Workers (BMI), annually dispatches about 2.000 Women Migrant Workers (BMP). Parenting is then replaced by the father's role. This study aimed to identify the role of father in child care. The study used a constructivist paradigm becaouse of the consideration that is the paradigm has the ability to reveal details of a particular community culture by understanding its natural cultural arrangement by research subject’s point of view. The method used is qualitative, requiring the skill of the researcher to reveal the thick description about the daily life of the child left behind in Banyumas Regency among 10 informants as participants of this research. The research result showed that when the mother left the children to go abroad as migrant worker, the father’s role to nurture the child became important. When the early childhood, fathers had significant roles for instrumental and expressive functions. Meanwhile, while the children were teenagers and had more complex problems, the father was needed to be more communicative, assertive, and able to reflective listen to the children’s problems and feeling. Therefore, for the women migrant’s family; the tougher the father, the stronger the family. It means that the father should have the strong will, willing to harder work, and also willing to more learn about how to practice authoritative parenting.
Perempuan dan Bantuan Sosial (Studi Upaya Meningkatkan Pemberdayaan Perempuan Melalui Bantuan Sosial Program Keluarga Harapan) Ibnu Panji Arifin; Tyas Retno Wulan; Soetji Lestari
Jurnal Syntax Admiration Vol. 2 No. 12 (2021): Jurnal Syntax Admiration
Publisher : Ridwan Institute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46799/jsa.v2i12.360

Abstract

Kemiskinan menjadi permasalahan global, nasional bahkan lokal menjadi rumit saat kemiskinan merambah ranah ketimpangan gender. Kemiskinan yang dimaksud adalah feminisasi kemiskinan yakni kemiskinan milik perempuan bukan laki-laki. Tidak mengherankan jika banyak program penanggulangan kemiskinan menempatkan perempuan menjadi penerima manfaat program. Salah satu program penanggulangan kemiskinan yang dikaji adalah Program Keluarga Harapan (PKH). Tujuan  penelitian ini untuk mengetahui upaya meningkatkan  pemberdayaan perempuan penerima manfaat melalui bantuan sosial PKH. Metode penelitian ini adalah kualitatif deskriptif dengan pendekatan fenomenologi, pengumpulan data wawancara mendalam dan FGD serta  metode  analisis interaktif dan analisis gender Longwe. Penelitian dilaksanakan di Kecamatan Lumbir Kabupaten Banyumas. Penelitian ini menyimpulkan  upaya perempuan penerima manfaat meningkatkan  pemberdayaan dengan cara yang unik yaitu menjadi perempuan yang kanggoan (kanggo: berguna). Makna kanggoan mereka yakini apabila sudah berguna di lingkungan masyarakatnya. Artinya mereka ingin meningkatkan kesadaran bantuan sosial yang diterima seyogyanya untuk peningkatan perempuan dalam partisipasi di masyarakat, meningkatkan ekonomi Kelompok Usaha Bersama (Kube) dan peningkatan peranan perempuan dalam keluarga. Implikasi dari penelitian ini adalah  pemerintah  seharusnya membuat penanggulangan kemiskinan melalui bantuan sosial yang partisipatif, responsif gender dan sustainable yaitu berupa penguatan-penguatan pada elemen pemberdayaan untuk individu (perempuan), keluarga, kelembagaan (kelompok perempuan) dan masyarakat.
Perlindungan Buruh Migran Indonesia Melalui Pelatihan Paralegal di Banyumas Sri Wijayanti; Nurul Azizah Zayzda; Tyas Retno Wulan; Rani Hendriani
JPPM (Jurnal Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat) VOL. 2 NOMOR 1 MARET 2018 JPPM (Jurnal Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat)
Publisher : Lembaga Publikasi Ilmiah dan Penerbitan (LPIP)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (582.042 KB) | DOI: 10.30595/jppm.v2i1.1968

Abstract

ABSTRAK                Berdasarkan hasil penelitian, website milik Paguyuban SERUNI yaitu http ://www.seruni.or.id/ dan Seruni Banyumas (akun di facebook) adalah media yang digunakan oleh Paguyuban Seruni Banyumas untuk membantu permasalahan BMI yang sedang bekerja di luar negeri. Melalui media tersebut, Paguyuban Seruni telah menerima 15 kasus pengaduan BMI. Sebanyak 6 kasus telah ditangani dan sisanya masih dalam proses penanganan.Salah satu kendala yang dihadapi oleh Paguyuban SERUNI adalah masih sedikitnya sumberdaya manusia yang memiliki pengetahuan tentang hukum dan rendahnya kemampuan untuk melakukan pendampingan kasus. Hal ini berakibat pada kasus untuk para BMI yang sedang mengalami permasalahan tidak maksimal untuk didampingi. Berdasarkan hal tersebut, pengabdian ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas sumberdaya manusia melalui Pelatihan Paralegal untuk buruh migran di kabupaten banyumas.Pelatihan ini menggunaka metode penyuluhan dan praktik pendampingan kasus.Dari pelatihan ini, para buruh migran semakin percaya diri untuk menjadi paralegal dan mampu untuk melakukan pendampingan kasus-kasus buruh migran.Mereka berhasil membentuk sebuah divisi advokasi bernama Paralegal Banyumas. Kata kunci : Buruh Migran, Kasus, Paralegal, Pelatihan. ABSTRACT    The Paguyuban Seruni’s website in  http ://www.seruni.or.id/ and Seruni’s account on facebook are the tools that paguyuban Seruni used to help migrant worker’s problem who are having stay overseas. Through it, Paguyuban Seruni have accepted 15 cases, 6 cases solved but the rest is going to be solved. The research also found that one of obstacles why the cases is going to be solved is lack of the human resources who do not have enough knowledge about law and low skills in dealing with how to handle the case. Consequently, the cases had not been well-handled.Based on that background, this public service focused on improving the quality and quantity of human resources through The Training of Paralegal for Protection of Migrant Workers in Banyumas.The method is used teaching and practicing theories to solve the cases. After they finished the training, there are become braver and braver as a paralegal, moreover they can do help to solve migrant worker’s problems.  They also succeeded to build an organization named Paralegal Banyumas. Keyword : Case, Paralegal, Migrant Worker, Training
Pengaruh Kegiatan Penyuluhan Pertanian terhadap Tingkat Eksistensi Petani Muda di Kecamatan Pacet Lili Sunarya; Tyas Retno Wulan; Lucie Setiana
Jurnal READ (Research of Empowerment and Development) Vol 2 No 2 (2021): Oktober 2021
Publisher : Pascasarjana Universitas Jenderal Soedirman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20884/1.read.2021.2.2.5031

Abstract

Farmer regeneration aims to increase agricultural competitiveness due to the aging of farmers towards the existence of young farmers. The results of the 2018 inter-census survey showed that young farmers aged less than 35 were 11.66%. This situation encourages the importance of finding solutions to realize the regeneration of farmers. This study describes the existence of young farmers through increasing agricultural extension activities and the role of the family. The analysis used in this study is multiple linear regression, and the sample in this study amounted to 90 young farmers. The purpose of the study was to determine the influence of the role of agricultural extension workers and the level of regeneration on the existence of young farmers in Kecamatan Pacet. The results showed that agricultural extension activities and the level of regeneration had a positive and significant influence on the presence of young farmers, meaning that young farmers needed support to take action or behavior for their farming activities; the existence of young farmers could not be separated from the role of farmers in general who motivated them by introducing the function—farmer groups to develop sustainable agriculture.