Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Perkecambahan Biji Dictyoneura acuminata Blume. pada Cahaya Merah dan Merah Jauh Fitri Fatma Wardani; Dian Latifah
Jurnal Hortikultura Indonesia Vol. 7 No. 1 (2016): Jurnal Hortikultura Indonesia
Publisher : Indonesian Society for Horticulture / Department of Agronomy and Horticulture

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (333.81 KB) | DOI: 10.29244/jhi.7.1.49-55

Abstract

ABSTRACTDictyoneura acuminata Blume is one of species from Sapindaceae which is native to Borneo (Sabah, South Kalimantan, East Kalimantan), the Philippines, Sulawesi, Maluku and Papua New Guinea. Economically, D. acuminata is usually used as an ornamental plant because it has attractive leaves and flowers. D. acuminata propagation can be done by using seed but information on seeds and their germination is still limited. The aim of this study was to determine the pattern ofgermination and the effect of red and far red light on D. acuminata germination. The experimental design was completely randomized design with one factor and 5 levels. The factors was light with red light, far red light, dark, greenhouse control, and laboratory controls as levels. Each level was repeated 4 times with 10 seeds in each experimental unit. Data showed that far red light causes the seeds germinate 10 days faster than seeds germinated in the greenhouse. D. acuminata seedlingheight was affected by light. The seedling could grow higher when the light intensity decreased, a process called etiolation.Keywords: Dictyoneura acuminata Blume, germination, lightABSTRAKDictyoneura acuminata Blume adalah salah satu spesies dalam famili Sapindaceae yang merupakan tanaman asli Borneo (Sabah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur), Filipina, Sulawesi, Maluku dan Papua Nugini. Secara ekonomi, D. acuminata biasanya dimanfaatkan sebagai tanaman hias karena memiliki daun dan bunga yang menarik. Perbanyakan D. acuminata dapat dilakukan dengan menggunakan biji tetapi informasi mengenai biji dan perkecambahannya masih terbatas. Tujuan penelitian ini ialah mengetahui pola perkecambahan dan pengaruh cahaya merah dan merah jauh terhadap perkecambahan biji D. acuminata. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan satu faktor dan 5 taraf. Faktor yang digunakan yaitu cahaya dengan cahaya merah, cahaya merah jauh, gelap, kontrol rumah kaca, dan kontrol laboratorium sebagai tarafnya. Setiap taraf diulang sebanyak 4 kali dengan 10 biji pada setiap satuan percobaan. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa cahaya merah jauh menyebabkan biji berkecambah lebih cepat 10 hari dibandingkan dengan biji yang dikecambahkan di rumah kaca. Tinggi kecambah D. acuminata dipengaruhi oleh perlakuan cahaya yaitu semakin sedikit intensitas cahaya semakin panjang tinggi kecambah, suatu proses yang disebut etiolasi.Kata kunci: cahaya, Dicyoneura acuminata Blume, perkecambahan
Mikromorfologi dan Perkecambahan In Vitro Biji Anggrek Endemik Sulawesi: Phalaenopsis venosa Shim & Fowlie Rahayu, Eka Martha Della; Winda Utami Putri; Fitri Fatma Wardani; Lydia Natalia Endewip
Jurnal Agronomi Indonesia (Indonesian Journal of Agronomy) Vol. 50 No. 1 (2022): Jurnal Agronomi Indonesia
Publisher : Indonesia Society of Agronomy (PERAGI) and Department of Agronomy and Horticulture, Faculty of Agriculture, IPB University, Bogor, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (654.242 KB) | DOI: 10.24831/jai.v50i1.39012

Abstract

Phalaenopsis venosa Shim & Fowlie adalah anggrek endemik Sulawesi terancam punah sehingga perlu dilakukan upaya konservasi. Tujuan penelitian untuk mengetahui mikromorfologi dan media perkecambahan in vitro untuk mendukung upaya konservasi P. venosa. Biji P. venosa dipanen pada enam bulan setelah penyerbukan dan disimpan di freezer pada suhu -4 °C selama sembilan bulan. Pengamatan mikromorfologi menggunakan mikroskop cahaya OPTIKA M-699. Biji P. venosa memiliki panjang 91.99±17.73 µm, lebar 20.64 ±4.34 µm; serta embrio dengan panjang 52.27±12.13 µm, lebar 16.72±3.42 µm, dan rongga udara 13.25% ± 11.65%. Pengujian perkecambahan menggunakan rancangan acak lengkap dengan satu faktor, yaitu enam macam media, dan enam ulangan. Media perkecambahan yang diujikan yaitu Hyponex modifikasi (HS), Vacin & Went modifikasi (mVW), Knudson’s C modifikasi (mKC), Knudson’s C (KCA), Murashige & Skoog setengah konsentrasi (1/2MS), dan Murashige & Skoog (MS). Tingkat perkecambahan tertinggi pada 12 minggu setelah tanam (12 MST) terdapat pada media HS (70.52%) dengan rata-rata 14.35 biji berkecambah. Perkembangan protokorm di media HS lebih lambat dibandingkan perkembangan protokorm di media 1/2MS yang menunjukkan pembentukan rhizoid dan pucuk daun. Hal itu karena media 1/2MS lebih kaya nutrisi dibandingkan dengan media HS. Kata kunci: media perkecambahan, mikromorfologi biji, Orchidaceae