Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

ANALISIS DEFORMASI GUNUNG API BATUR BERDASARKAN DATA PENGAMATAN GPS BERKALA TAHUN 2008, 2009, 2013, DAN 2015 DEFORMATION ANALYSIS OF BATUR VOLCANO BASED ON PERIODIC GPS OBSERVATIONS DATA IN 2008, 2009, 2013, AND 2015 Achmad Faris; Estu Kriswati; Irwan Meilano; Dina Anggreni Sarsito
Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi Vol 9, No 1 (2018)
Publisher : Badan Geologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2132.048 KB) | DOI: 10.34126/jlbg.v9i1.194

Abstract

ABSTRAKGunung Batur yang terletak di Kabupaten Bangli, Bali, terakhir meletus pada tahun 2000. Pada 2009 terjadi peningkatan aktivitas vulkanis di Gunug Batur walaupun tidak terjadi letusan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola deformasi pada Gunung Batur serta keterkaitannya dengan peningkatan vulkanis pada tahun 2009. Analisis didasarkan pada pola vektor pergeseran dan pola regangan masing-masing titik pengamatan GPS berkala pada area Gunung Batur tahun 2008, 2009, 2013, dan 2015. Berdasarkan pengamatan GPS Oktober 2008-November 2009 pola deformasi menunjukkan adanya inflasi dengan pola vektor pergeseran titik pengamatan GPS dominan ke arah luar dari Gunung Batur, selain itu pola regangan memperlihatkan bahwa pada area bagian utara dan timurlaut Gunung Batur dominan terjadi ekstensi. Pada pengamatan GPS untuk periode November 2009-Februari 2013 pola deformasi menunjukkan adanya deflasi pada Gunung Batur dengan pola vektor pergeseran titik pengamatan GPS berarah menuju Gunung Batur dan pola regangan memperlihatkan bahwa pada area Gunung Batur terjadi kompresi. Kata Kunci: Gunung Batur, deflasi, deformasi, pergeseran, GPS, inflasi, regangan. ABSTRACTBatur volcano located in Bangli, Bali, last erupted in 2000. Increased in the volcanic activity occurred in 2009 but did not followed by eruption. This study aims to determine ground deformation pattern in Batur volcano and its association with the increased in volcanic activity in 2009 based on the pattern of displacement vector and strain using 2008-2015 campaign GPS data. During period of October 2008-November 2009, Batur Volcano experience inflation and strain pattern shows that the area of the north and northeast of Batur Volcano experienced extension. During November 2009-February 2013, Batur Volcano experienced deflation with GPS displacement directed towards Batur Volcano and a strain pattern of compression around Batur Volcano. Keywords: Batur Volcano, deflation, deformation, displacement, GPS, inflation, strain.
Pertumbuhan Retakan Pada Peningkatan Aktivitas Gunung Egon, Nusa Tenggara Timur Periode Desember 2015 – Januari 2016 Estu Kriswati; Novia Antika Anggraeni; Sucahyo Adi; Devy K. Syahbana; Ilham Mardikayanta; Herman Yosef Mboro
Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi Vol 7, No 2 (2016)
Publisher : Badan Geologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1187.404 KB) | DOI: 10.34126/jlbg.v7i2.94

Abstract

ABSTRAKPeningkatan aktivitas Gunung Egon terjadi pada pertengahan Desember 2015. Tingkat aktivitas dinaikkan dari Level I (Normal) menjadi Level II (Waspada) pada 15 Desember 2015 dan kemudian dinaikkan menjadi level III (Siaga) pada 13 Januari 2016 sejalan dengan peningkatan aktivitas kegempaan yang makin intensif. Pemantauan kegempaan merupakan metode yang paling umum digunakan untuk menentukan tingkat aktivitas gunungapi dan untuk memprediksi letusan gunungapi. Pembahasan aktivitas vulkanik Gunung Egon ditujukan untuk memahami peningkatan aktivitas yang terjadi pada Desember 2015 – Januari 2016 berdasarkan analisis data kegempaan. Hal ini didukung oleh hasil pengamatan visual serta pengukuran kandungan gas di udara di sekitar gunung. Gempagempa vulkanik yang terekam pada seismometer Gunung Egon periode Desember 2015 - Januari 2016 meningkat dari segi jumlah dan mempunyai sumber yang dangkal di bawah puncak gunung. Peningkatan energi gempa vulkanik yang ditimbulkannya cukup signifikan. Analisis statistik terhadap gempa pada Gunung Egon yang memperlihatkan nilai-b cukup rendah, dan merupakan hasil dominansi jumlah gempa tektonik. Peningkatan nilai-b pada periode 2015 - 2016 dibandingkan periode 2014 - 2015 diartikan sebagai peningkatan retakan/rekahan di sekitar Gunung Egon. Kemungkinan adanya peningkatan retakan yang terjadi di Gunung Egon didukung oleh adanya peningkatan tinggi asap hembusan solfatara dan adanya peningkatan kandungan gas SO2 pada Januari 2016 yang melebihi ambang batas.Kata kunci: aktivitas gunungapi, gempa vulkanik, nilai-b, peningkatan retakanABSTRACTIncreasing the activity of Egon Volcano occured in mid-December 2015. The level of activity of the volcano raised from Level I to Level II on December 15, 2015 and raised Egon to level III on January 13, 2016 due to the intensif increase on the seismic activity. The seismic method is commonly applied for volcanic monitoring, volcanic eruption prediction, and determining the activity level of active volcanoes. Discussion of the volcanic activity of Egon Volcano aims to understand the increasing activity from December 2015 to January 2016 based on seismic data, supported by visual observation and gas content measurement in the air around Egon. Volcanic earthquakes at Egon Volcano in the period of December 2015 - January 2016 increased significantly in number, with hypocentres distributed in the shallow depth beneath the Egon summit. This means there was also a significant increase in volcanic earthquake energy. Statistic analysis of the earthquakes shows the b-value is quite low, indicating the dominancy of tectonic earthquakes. The increase in b-value during the period of 2015-2016 compared to the period of 2014 - 2015 is defined as the increasing of cracks/fissures in the vicinity of the volcano. The possibility of the increasing in cracks occurred at Egon Volcano was supported by the increase in the height of solfatara emission and the increase in SO2 gas content on January 2016, which was higher than the surrounding.Keywords: volcanic activity, volcanic earthquakes, b-value, increase of cracks
Pengaruh Gempabumi Tektonik Terhadap Aktivitas G. Gede Sri Hidayati; Cecep Sulaeman; Supartoyo Supartoyo; Estu Kriswati
Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral Vol. 19 No. 4 (2018): Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral
Publisher : Pusat Survei Geologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33332/jgsm.geologi.v19i4.423

Abstract

In addition to home for seven active volcanoes, West Java, is also having high tectonic activity, owing to its close distance from subduction zone and crustal fault. The Cimandiri Fault extends about 100 km from southwest to the northeast ward through Sukabumi area. Gede Volcano with high seismic activity is sitting 20 km north of Cimandiri Fault. Shallow earthquakes often occur around Gede volcano and their sources are fairly close to the Cimandiri valley. Feltearthquakes occurred in 2007, 2010, 2012 and 2014,where the source supposed to be around Cimandiri valley,were followed by volcano-tectonic (VT) earthquake swarms in Gede Volcano. These swarms probably indicate that there is a linkage between tectonic and Gede volcano activities. However, the swarms were followed by less significant changes in volcanic activity. GPS data during measurement period of 2006-2015 show the existence of a fault with main stress in the northwest-southeast direction. The mechanism of the Cimandiri Fault is reverse fault with sinistral slip component and sinistral strike slip fault, while the swarm of VT earthquakes in Gede Volcano is dominated by reverse and normal faults. Tectonic earthquakes may trigger nearby volcanic eruption; it depends on the state of magma of the volcano and the magnitude of the earthquake.Keyword: Tectonic, Cimandiri fault, VT earthquake, Gede Volcano.
Erupsi Semeru 1 Desember 2020: Kronologi Kejadian Aliran Piroklastik, Kondisi Pre-Eruptif, dan Laju Ekstrusi Material Volkanik Banggur, Wilfridus F S; Nareswari, Ratika Benita; Saina, Nazirah; Astyka Pamumpuni; Mirzam Abdurrachman; Estu Kriswati; Liswanto; Mukdas Sofian; Yadi Yuliandi; Kristianto; Sofyan Primulyana; Idham Andri Kurniawan
Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral Vol. 25 No. 3 (2024): JURNAL GEOLOGI DAN SUMBERDAYA MINERAL
Publisher : Pusat Survei Geologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33332/jgsm.geologi.v25i3.796

Abstract

Semeru merupakan gunungapi paling aktif di Jawa dengan tipe erupsi strombolian-vulkanian yang disertai pertumbuhan kubah lava. Erupsi eksplosif Semeru dapat menghasilkan guguran lava pijar dan runtuhan kubah lava yang disertai aliran piroklastik dengan jarak luncur mencapai 5-12 km ke arah selatan (Besuk Kembar dan Besuk Bang) atau tenggara (Besuk Kobokan) dari pusat erupsi. Pada 1 Desember 2020, terjadi aliran piroklastik dengan jarak luncur 11.5 km, yang merupakan jarak luncur terjauh sejak erupsi 2002. Rekonstruksi terhadap kronologi kejadian dan sebaran endapan aliran piroklastik 1 Desember 2020 secara detil dilakukan menggunakan data CCTV, press release, citra satelit, foto drone, portal berita, dan kanal media sosial. Kondisi pre-eruptif jangka pendek dikaji menggunakan citra satelit SAR Sentinel-1, Sentinel-2 dari MIROVA, dan frekuensi kegempaan. Algoritma MODVOLC digunakan untuk mengkaji laju ekstrusi produk material volkanik sebagai gambaran kondisi pre-eruptif jangka panjang. Rekonstruksi kejadian aliran piroklastik menunjukkan bahwa erupsi dimulai dengan guguran lava yang diikuti awan panas dengan beberapa perulangan dan kekuatan yang meningkat. Kondisi pre-eruptif sepanjang tahun 2020 menunjukkan perubahan morfologi bukaan kawah pusat, posisi titik runtuh guguran lava, serta posisi akumulasi material guguran di sekitar puncak yang menyebabkan arah luncuran aliran piroklastik lebih mengarah ke Besuk Kobokan. Sementara itu, peningkatan akumulasi volume dan laju ekstrusi material volkanik mengindikasikan kemungkinan peningkatan jarak luncuran ke depannya.