Taat Setiawan
Unknown Affiliation

Published : 7 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

Sistem Aliran Air Tanah Akuifer Kars Fakfak, Papua Barat, Berdasarkan Karakter Kelurusan dan Hidrogeokimia Taat Setiawan
Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi Vol 6, No 1 (2015)
Publisher : Badan Geologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2749.018 KB) | DOI: 10.34126/jlbg.v6i1.74

Abstract

ABSTRAKDaerah Fakfak dan sekitarnya memiliki sistem hidrogeologi kars yang ditunjukkan oleh berkembangnya sistem rekahan, jaringan rongga, dan mata air kars. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui sistem aliran air tanah akuifer kars berdasarkan atas analisis kelurusan morfologi dan hidrogeokimia berupa indeks kejenuhan terhadap CaCO3 (Sic) dan tekanan parsial CO2 (Pco2) yang dikompilasi dengan data hasil observasi lapangan. Analisis kelurusan morfologi menunjukkan bahwa pola aliran air tanah dipengaruhi oleh sistem rekahan berarah relatif barat laut – tenggara (N1540E atau N3340E). Daerah resapan air tanah berada pada zona densitas kelurusan tinggi di sekitar pungggungan Semenanjung Onin pada level elevasi 600 – 1000 m aml. dan di bagian selatan pada level elevasi 60 – 250 m aml. Air mengalir melalui sistem rekahan dan muncul sebagai mata air kars pada zona kontras antara densitas kelurusan morfologi tinggi dan rendah. Karakter aliran air tanah berdasarkan atas analisis hidrogeokimia dibagi menjadi tiga tipe. Tipe pertama berupa mata air pada elevasi > 50 m aml. dengan karakter jenuh terhadap mineral kalsit (SIc > 0) dan Pco2 relatif rendah yang diinterpretasikan berasal dari zona epikars melalui mekanisme difusi atau aliran lambat.Tipe kedua berupa mata air di sekitar pantai dengan karakter bersifat agresif (SIc < 0) dan Pco2 relatif tinggi yang diinterpretasikan sebagai air yang bergerak melalui sistem jaringan rongga atau konduit. Tipe ketiga berupa mata air yang berasal dari internal runoff yang terjadi pada musim hujan.Kata kunci: densitas kelurusan, hidrogeokimia, akuifer kars, FakfakABSTRACTFakfak and the surrounding area have karst hydrogeological system indicated by the development of the fracture system, cavity network, and karst springs. This study was conducted to determine the groundwater flow system based on the lineament analysis and hydrogeochemistry as saturation index of CaCO3 (SIc) and partial pressure of CO2 (Pco2) compiled with field observations data. Lineament analysis showed that the groundwater flow pattern is influenced by the northwest - southeast (N154oE or N334oE) fracture system. The catchment area lies at high lineament density zone around top of Semenanjung Onin at elevation of 600-1000 m asl. and in the southern part at elevation of 60-250 m asl. Water flows through the fracture system and appears as karst springs in the zone of high and low lineament density contrast. Groundwater flow character based on analysis is divided into three types. The first type is the springs lie at elevation of > 50 m asl. with saturated of calcite (Sic > 0) and relatively low of Pco2 interpreted derived from epikarst zone through the diffusion mechanism. The second type is the springs lie around the shoreline with aggressive character (SIc <0) and relatively high of Pco2 interpreted as water moves through the cavity or conduit network system. The third type is the spring formed by internal runoff during rainy season.Keywords: lineament density, hydrogeochemistry, karst aquifer, Fakfak
Sistem Akuifer Kars Waekabubak, Sumba Barat, Berdasarkan Analisis Densitas Kelurusan Morfologi dan Variasi Spasial Hidrogeokimia Taat Setiawan
Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi Vol 7, No 2 (2016)
Publisher : Badan Geologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (6235.421 KB) | DOI: 10.34126/jlbg.v7i2.97

Abstract

ABSTRAKSistem akuifer kars di daerah Waekabubak dan sekitarnya menarik untuk diteliti mengingat potensi air tanahnya yang besar. Penelitian ini menggunakan analisis kelurusan morfologi, besaran debit mata air kars, isotop stabil 2H dan 18O, indeks kejenuhan CaCO3, dan tekanan parsial CO2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada saat musim kemarau, air tanah dominan berasal dari sistem aliran difusi. Daerah imbuhan air tanah utama terletak pada zona densitas kelurusan sedang hingga tinggi (1,0-2,5/km2) pada elevasi >450 mdpl dengan karakteristik besaran debit mata air lebih kecil dari 10 l/det, ringannya kandungan isotop stabil 18O, dan air tanah dalam kondisi tidak jenuh, hingga setimbang terhadap CaCO3. Daerah lepasan air tanah terletak pada elevasi 390 – 450 mdpl.dengan karakter kandungan isotop 18O relatif sedang hingga berat dan air tanah dalam kondisi jenuh terhadap CaCO3. Pada daerah ini terdapat mata air permanen dengan debit terbesar ±1.300 l/det. dan dijumpai mata air serta sumur bor artesis.Kata kunci: kelurusan, kejenuhan CaCO3, isotop stabil, akuifer kars, WaekabubakABSTRACTKarstic aquifer system in Waekabubak and its surrounding area have highgroundwater potential. This study was conducted using an analysis of lineament density, karstic spring discharge, stable isotopes of 2H and 18O, saturation index of CaCO3, and partial pressure of CO2. The results show that during dry season, groundwater flow system dominantly come from diffusion system. The main ground-water recharge area lies on the medium to high lineament density zone (1.0 to 2.5 / km2) at the elevation of > 450 masl. with the character of spring discharge less than 10 l / sec, lightness of the stable isotopes 18O content, and in the condition of under- saturated until equilibrium with respect to CaCO3. The main ground-water discharge area lies at the elevation of 390-450 m asl with moderate to heavy of stable isotopes 18O content, and in the condition of saturated with respect to CaCO3. This area also has permanent springs with the largest discharge ± 1,300 l / sec, and artesian spring and well.Keywords: lineament, saturation of CaCO3, stable isotope, karst aquifer, Waekabubak
Proses hidrogeokimia pengontrol salinitas air tanah tidak tertekan di utara Cekungan Air Tanah Jakarta Taat Setiawan
Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi Vol 5, No 1 (2014)
Publisher : Badan Geologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3608.711 KB) | DOI: 10.34126/jlbg.v5i1.63

Abstract

ABSTRAKAnalisis fasies air tanah dan diagram bivariat berbagai parameter hidrokimia sangat bermanfaat untuk mengetahui proses-proses yang mengontrol salinitas air tanah tidak tertekan di utara Cekungan Air Tanah Jakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembentukan fasies air tanah tidak tertekan terutama dipengaruhi oleh proses-proses hidrogeokimia berupa pencucian air tanah oleh perkolasi air hujan, tukar kation, dan penyusupan air laut. Pada Endapan Pematang Pantai (Qbr), pencucian air tanah oleh perkolasi air hujan berlangsungrelatif cepat disertai oleh tukar kation antara ion Ca2+ dan Mg2+ oleh ion Na+, sehingga air tanah didominasi oleh fasies Ca-HCO3, Mg-HCO3, dan Na-HCO3 dengan karakter air bersifat tawar hingga sedikit asin. Pada Endapan Aluvial (Qa), pencucian air tanah oleh perkolasi air hujan dan proses tukar kation antara ion Ca2+ dan Mg2+ oleh ion Na+ berlangsung relatif lambat sehingga air tanah didominasi oleh fasies Na-HCO3 dan Na-Cl dengan karakter air bersifat sedikit asin hingga asin. Pada daerah pantai, beberapa lokasi menunjukkan adanya indikasi penyusupan air laut.Kata kunci: pencucian air tanah, tukar kation, penyusupan air laut, JakartaABSTRACTGroundwater facies and bivariate analysis of various hydrochemistry parameters were very useful to know the processes that control the groundwater salinity at the northern part of Jakarta Groundwater Basin. The results show that the formation of groundwater facies mainly influenced by hydrogeochemical processes such as groundwater leaching due to rainwater percolation, cation exchange, and seawater intrusion. At the Beach Ridge Deposits (Qbr), groundwater leaching process due to rainwater percolation was relatively fast accompanied by cation exchange between Ca2+ and Mg2+ ions replaced by Na+ ions. The groundwater was dominated by Ca-HCO3, Mg-HCO3 facies and Na-HCO3 with fresh to slightly saline character. On Alluvial Deposits (Qa), the groundwater leaching process by rainwater percolation and cation exchange between Ca2+ and Mg2+ ions replaced by Na+ ions was relatively slow, so that the groundwater was dominated by Na-HCO3 facies and Na-Cl with slightly to moderately saline characters. In areas which are relatively close to the coast, some of them show the presence of seawater intrusion.Keywords: groundwater leaching, cation exchange, seawater intrusion, Jakarta
Analisis Karakteristik Akuifer dan Zonasi Kuantitas Air Tanah di Dataran Kars Wonosari dan Sekitarnya, Kabupaten Gunungkidul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Taat Setiawan; Nofi M.Alfan Asgaf
Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi Vol 7, No 3 (2016)
Publisher : Badan Geologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (6559.956 KB) | DOI: 10.34126/jlbg.v7i3.106

Abstract

ABSTRAKDataran Kars Wonosari dan sekitarnya secara hidrogeologis memiliki sistem akuifer produktif yang ditandai dengan banyaknya sumur bor air tanah, baik untuk keperluan domestik maupun irigasi. Penelitian ini dilakukan dengan menganalisis data uji pemompaan sumur bor untuk mengetahui jenis dan karakteristik akuifer, serta zonasi kuantitas air tanah secara spasial. Hasil analisis tersebut menunjukkan sistem akuifer di daerah penelitian termasuk ke dalam jenis semi tertekan dan secara lokal bersifat tertekan. Hasil perhitungan nilai transmisivitas akuifer menggunakan data uji pemompaan memiliki korelasi yang kuat (R2 = 0,918) dengan estimasi empiris data kapasitas jenis sumur bor. Berdasarkan atas nilai transmisivitas akuifer, kuantitas air tanah di daerah penelitian bervariasi secara spasial, dari potensi sedang untuk domestik dan sangat jelek untuk irigasi (1 - 8 m2/hari), hingga potensi sangat baik untuk domestik dan baik untuk irigasi (1.000 - 10.000 m2/hari).Kata kunci: transmisivitas, kapasitas jenis, kuantitas air tanah, WonosariABSTRACTWonosari karst plateau area hydrogeologically has productive aquifer system characterized by the number of groundwater wells for domestic and irrigation purposes. This research was conducted by analyzing pumping test data to determine the type and characteristics of aquifer and spatial zonation of the groundwater quantity. The analysis shows that the aquifer system of the studied area has semiconfined character and locally confined. The results of the aquifer transmissivity value calculation using pumping test data have a strong correlation (R2 = 0.918) with the empirical estimation of the specific capacity data. Based on the value of aquifer transmissivity, the groundwater quantity of the studied area varies spatially from medium potential for domestic and very poor for irrigation (1 - 8 m2/ day), up to very good potential for domestic and good for irrigation (1,000-10,000 m2/day).Keywords: transmissivity, specific capacity, groundwater quantity, Wonosari
Kendali Struktur Geologi Terhadap Keterdapatan Air Tanah Kars di Pulau Sumba Bagian Barat Taat Setiawan; Nofi M.Alfan Asgaf
Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi Vol 6, No 2 (2015)
Publisher : Badan Geologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (7278.611 KB) | DOI: 10.34126/jlbg.v6i2.78

Abstract

Penelitian ini merupakan identifikasi awal terhadap air tanah kars Pulau Sumba bagian barat berdasarkan analisis sistem sesar dan rekahan serta analisis keterdapatan dan besaran debit mata air kars. Hasil penelitian menemukan 23 mata air kars dengan debit maksimum ±1300 l/det. Keterdapatan mata air kars terutama dikontrol oleh struktur geologi baik berupa sesar, sistem rekahan, maupun kontak batuan yang berbeda. Berdasarkan atas analisis pola kelurusan morfologi terlihat bahwa air tanah pada Satuan Perbukitan Kars memiliki pola aliran baratlaut-tenggara hingga utara-selatan, kemudian terluahkan pada Satuan Plato Kars karena kontrol rekahan dan sesar normal yang berarah relatif barat-timur. Berdasarkan karakter keterdapatan mata air, diduga sesar tersebut bertindak sebagai penghubung antara unit hidrostratigrafi pada Satuan Perbukitan Kars dengan Satuan Dataran Kars. Hal tersebut menunjukkan bahwa sistem hidrogeologi kars utama di daerah penelitian merupakan integrasi antara air tanah yang berasal dari Satuan Perbukitan Kars dengan air tanah yang dilepaskan pada Satuan Plato Kars di daerah Waekabubak dan sekitarnya.  Kata kunci : air tanah,  kelurusan,  mata air kars, sesar, Sumba BaratABSTRACT This study was preliminary identification of karstic groundwater in the western part of Sumba Island based on fault and fracture system analysis as well as the karst springs occurrence and magnitude analysis. The study found 23 karst springs with the maximum discharge ± 1300 l/sec. Karst springs occurrence was controlled by the geological structure in the form of fault, fracture system, and lithological boundaries. Based on lineament pattern analysis shown that groundwater in Karst Hills have flow patterns of northwest-southeast to north-south, then discharged on Plato Karst that was controlled by fracture and normal faults system relatively east-west trending. Based on the character of karst springs occurrence, the fault was supposed as a conductor between the hydrostratigraphy unit of Karst Hills and Plato Karst. It shown that the main karst hydrogeological system in the study area is the integration between groundwater from Karst Hills and discharging on Plato Karst of Waekabubak and the surrounding area.Keyword : groundwate,  lineament,  karst spring, fault, West Sumba   
INTRUSI AIR LAUT PADA SISTEM AKUIFER TERTEKAN CEKUNGAN AIR TANAH JAKARTA BERDASARKAN ANALISIS HIDROKIMIA DAN HIDROISOTOP Taat Setiawan; Eli Yermia; Budi Joko Purnomo; Haryadi Tirtomihardjo
JURNAL RISET GEOLOGI DAN PERTAMBANGAN Vol 27, No 1 (2017)
Publisher : Indonesian Institute of Sciences

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1366.863 KB) | DOI: 10.14203/risetgeotam2017.v27.430

Abstract

 The seawater intrusion phenomenon in the Jakarta groundwater basin is still on going debate, in terms of the scale, mechanism, and its existence. This paper elaborates the characteristics of hydrochemistry and hydroisotopes (18O dan 2H) as well as the piezometric hydrograph to identify seawater intrusion in the Jakarta groundwater basin. Analyses show that saline groundwater is originated from upper confined aquifer with distance of less than 3 km from coastline, while the slightly saline groundwater is originated from both upper confined aquifer and middle confined aquifer with distances of less than 9 km from coastline. The indicated groundwater intruded by seawater with TDS > 1000 mg/L, Na/Cl < 1, and Cl/HCO3> 0,55 is showed by sample from areas of Kapuk, Tongkol, and Sunter for the upper confined aquifer, and areas from Daan Mogot, Cakung, and Tongkol for the middle confined aquifer. Only in Kapuk the seawater intrusión associated with the piezometric drop that continuely occur up to present. Quantitatively, seawater intrusión in this area have reached mixing scales of up to c.a. 11 – 21 %, based on the composition of 18O dan 2H. Abstrak Fenomena intrusi air laut di Cekungan Air Tanah (CAT) Jakarta sampai saat ini masih menjadi perdebatan baik dari segi skala, mekanisme, maupun ada atau tidaknya fenomena tersebut. Tulisan ini mengelaborasi karakter hidrokimia dan hidroisotop (18O dan 2H), serta hidrograf pisometrik untuk mengidentifikasi fenomena intrusi air laut pada CAT Jakarta. Hasil analisis menunjukkan air tanah yang bersifat asin berasal dari sistem akuifer tertekan atas dengan jarak kurang dari 3 km dari pantai, sedangkan air tanah yang bersifat sedikit asin berasal baik dari akuifer tertekan atas maupun akuifer tertekan tengah dengan jarak kurang dari 9 km dari pantai. Air tanah yang terindikasi intrusi air laut dengan TDS > 1000 mg/L, Na/Cl < 1, dan Cl/HCO3> 0,55 ditunjukkan oleh conto dari daerah Kapuk, Tongkol, dan Sunter untuk akuifer tertekan atas, serta daerah Daan Mogot, Cakung, dan Tongkol untuk akuifer tertekan tengah. Hanya di daerah Kapuk proses intrusi air laut tersebut berhubungan dengan penurunan pisometrik yang masih berlangsung hingga saat ini. Secara kuantitatif, intrusi air laut di daerah ini telah mencapai tingkat pencampuran sekitar 11 – 21 % berdasarkan komposisi isotop 18O dan 2H.
Karakteristik Interaksi Air - CO2 - CaCO3 dan Analisis Sistem Aliran Air Tanah Karst Musim Kemarau di Kab. Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta Taat Setiawan; Soeharti Isnaini; Novi M. A. Asghaf; Idham Effendi
JURNAL RISET GEOLOGI DAN PERTAMBANGAN Vol 29, No 2 (2019)
Publisher : Indonesian Institute of Sciences

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14203/risetgeotam2019.v29.1022

Abstract

Penelitian ini dilakukan dengan pengukuran sifat fisika dan kimia air di lapangan berupa suhu, daya hantar listrik, pH, dan ion HCO3-, serta analisis hidrokimia di laboratorium terhadap contoh air dari sumur bor, mata air, dan sungai bawah tanah. Interpretasi aliran air tanah karst sebagai bentuk interaksi antara air (H2O), CO2, dan CaCO3 dilakukan dengan menghitung indeks kejenuhan CaCO3 dan tekanan parsial CO2. Hasil analisis menunjukkan air tanah pada mata air dan sungai bawah tanah memiliki tingkat interaksi air- CaCO3 lebih singkat dan interaksi air-CO2 lebih lama dibanding air tanah pada sumur bor. Kondisi tersebut mengindikasikan bahwa sistem akuifer karst pada satuan plato Wonosari memiliki karakter aliran difusi yang bersifat tertutup, sedangkan pada satuan perbukitan karst Gunungsewu menunjukkan adanya perubahan karakter aliran secara difusi pada zona epikarst menjadi aliran konduit.This study was conducted by measuring the physical and chemical properties of water in the field: temperature, electrical conductivity, pH, and HCO3-, as well as hydrochemical analysis of major ions in the laboratory against water samples from boreholes, springs, and underground rivers. Groundwater flow system as a result of water-CO2-CaCO3 interaction is interpreted by calculating the saturation index of CaCO3 and the partial pressure of CO2. The results of the analysis show that groundwater in springs and underground rivers have shorter water-rock interaction and longer water-CO2 interactions than groundwater in boreholes. This condition indicates that the karst aquifer system in the Wonosari plateau unit has a character of diffusion flow (closed system), whereas in the Gunungsewu karst hills shows a change in the character of the flow diffusion in the epikarst zone into a conduit flow.