AbstrakBeberapa tahun belakangan maraknya pemberitaan media mengenai kasus perselingkuhan pada rumah tangga seseorang yang membuat istilah pelakor ini mencuat. Dalam perselingkuhan ada dua pihak yang terlibat, namun hanya pihak perempuan yang mendapatkan istilah dengan konotasi negatif seperti ini yang membentuk kesan-kesan tertentu terhadap seorang wanita selingkuhan seorang pria yang sudah beristri. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif eksploratif. Dengan mengumpulkan data melalui observasi, dan wawancara terhadap 5 informan. Teori yang digunakan dalam penelitian ini yakni teori Dramaturgi, Erving Goffman. Hasil dari penelitian ini menunjukkan adanya perbedaan gaya dan perilaku pelakor saat berada di panggung depan dan panggung belakang adanya pengelolaan kesan tertentu untuk menghasilkan konsep diri dari dirinya sendiri maupun orang lain terutama saat berada di panggung depan pelakor cenderung menjadi sosok yang lebih berkarakter, dan memiliki cara berpenampilan, ekspresi maupun perilaku yang lebih formal baik dalam bentuk komunikasi secara verbal maupun non verbal. Sedangkan saat berada di panggung belakang pelakor lebih menunjukkan cara berpenampilan dan bersikap yang lebih apa adanya sebagai bentuk interpretasi pada lingkungan sekitarnya. Kata Kunci : Fenomena, Pelakor, Dramaturgi, Erving Goffman AbstractA few years ago there was a lot of media coverage of an affair in someone's household that made the term pelakor appear. In the affair there are two parties involved, but only the women who get the term with a negative connotation like this which forms certain impressions of a woman having an affair with a married man. This research uses explorative qualitative. By collecting data through observation, and interviews with 5 informants. The theory used in this research is Dramaturgi Theory of Erving Goffman. The results of this research shows the different styles and behavior of the actors when they are on the front stage and the back stage of the management of certain impressions to produce self-concepts from themselves and others, especially when they are on the front stage, pelakor tend to be more character, and have a way of appearance, expression and more formal behavior both in the form of verbal and non verbal communication. Whereas when they are on the back stage, pelakor show more natural ways of looking and acting as a form of interpretation of the surrounding environment.Keywords: Phenomenon, home wrecker, Dramaturgy Theory, Erving Goffman