Claim Missing Document
Check
Articles

Found 11 Documents
Search

ASSESSMENT SISTEM SUMBER INDUSTRI KECIL DI DESA SUKAMAJU KECAMATAN MAJALAYA KABUPATEN BANDUNG Meilanny Budiarti Santoso
Share : Social Work Journal Vol 3, No 2 (2013): Share Social Work Journal
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/share.v3i2.10023

Abstract

Industri kecil sering kali menghadapi berbagai permasalahan. Persoalan utama yang biasanyadihadapi oleh industri kecil adalah keterbatasan modal dalam artian tidak mempunyai aksesterhadap sumber modal seperti kredit dari perbankan serta terbatasnya akses ke pasar untukmemasarkan hasil industri mereka. Banyak faktor yang dapat menghambat perkembangan industrykecil. Namun, tersimpan berbagai potensi yang membuat industri kecil tetap mampu bertahan,bahkan berkembang dalam situasi krisis. Salah satu potensi yang dimiliki industri kecil adalahkeberadaannya yang berbasis pada komunitas. Hal tersebut sejalan dengan hasil penelitian yangtelah dilakukan, di mana terungkap bahwa kekuatan atau sumber potensial yang dimiliki oleh parapengusaha industri kecil adalah ketekunan, motivasi dan visi dalam bekerja sehingga dapatmenghasilkan usaha yang mampu bertahan dan bersaing di tengah gejolak krisis dan persainganglobal. Sistem sumber informal yang mereka miliki adalah hubungan-hubungan sosial di antarasaudara, kerabat dan tetangga sehingga membentuk jaringan sosial informal. Sistem sumberformal yang dimanfaatkan oleh sebagian pengusaha adalah Bank, Departemen Kesehatan RI danMajelis Ulama Indonesia (MUI). Koperasi dan asosiasi pedagang merupakan sistem sumberkemasyarakatan yang dapat membantu pengembangan maupun perkembangan usaha.
JARINGAN SOSIAL KEBERTAHANAN KEGIATAN USAHA INDUSTRI KECIL DI DESA SUKAMAJU KECAMATAN MAJALAYA KABUPATEN BANDUNG Meilanny Budiarti Santoso
AdBispreneur : Jurnal Pemikiran dan Penelitian Administrasi Bisnis dan Kewirausahaan Vol 1, No 3 (2016): AdBispreneur : Jurnal Pemikiran dan Penelitian Administrasi Bisnis dan Kewirausa
Publisher : Departemen Ilmu Administrasi Bisnis, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, UNPAD

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (170.243 KB) | DOI: 10.24198/adbispreneur.v1i3.11210

Abstract

THE SOCIAL NETWORK OF SMALL INDUSTRY ACTIVITY SUSTAINABILITY AT SUKAMAJU VILLAGE MAJALAYA, MANUCIPALITY OF BANDUNG Meilanny Budiarti SDepartment of Social WelfareFaculty of Social and Political Science, Padjadjaran UniversityEmail: meilannybudiarti13@gmail.com ABSTRACTThis study explained the social network owned by the small industries. The small industry proven able to survive and continue to grow in the middle of crisis because the sectors still take the local resources, both human resources, capital, raw materials, and equipment for the business. It means that they are not dependent on the import goods.The social network owned by the entrepreneur of small industry could be both supporting and barrier factor for the survival of their business activity. The supporting factor of small business activities are: 1) A proper relationship; 2) A close relationship, personal and informal; 3) Communication and through communication media; 4) Being honest and open to both input and criticism; 5) The informal and flexible cooperation; 6) A proper deliberation; 7) Network extension. On the other hand, the barrier factors of the survival of small business is there are no association of the entrepreneurs and, the barriers of marketing. Keywords : social networking, small industries, the survival business activities  JARINGAN SOSIAL KEBERTAHANAN KEGIATAN USAHA INDUSTRI KECIL DI DESA SUKAMAJU KECAMATAN MAJALAYA KABUPATEN BANDUNG  ABSTRAK Kajian ini memaparkan jaringan sosial yang dimiliki oleh pengusaha industri kecil. Industri kecil terbukti mampu bertahan dan terus berkembang di tengah krisis hal tersebut terjadi karena pada umumnya sektor ini masih memanfaatkan sumber daya lokal, baik itu sumber daya manusia, modal, bahan baku, hingga peralatan, artinya sebagian besar kebutuhan industry kecil dan menengah tidak mengandalkan barang impor.Ditemukan jaringan sosial yang dimiliki oleh pengusaha industri kecil dan menjadi faktor pendorong dan penghambat kebertahanan kegiatan usaha mereka. Faktor pendukung kegiatan usaha pengusaha industri kecil, meliputi: 1). Hubungan yang baik; 2). Terbangunnya hubungan yang erat, personal dan informal; 3). Komunikasi dan mengoptimalkan penggunaan media komunikasi; 4). Adanya sikap jujur dan terbuka terhadap masukan dan kritik; 5). Kerjasama dilakukan secara informal dan fleksibel; 6). Pengutamaan musyawarah; 7). Perluasan jaringan. Adapun faktor penghambat kebertahanan kegiatan usaha industri kecil adalah belum adanya asosiasi pengusaha dan hambatan dalam pemasaran. Kata kunci : jaringan sosial, industri kecil, keberlanjutan usaha
PENCITRAAN BANDUNG SEBAGAI DAERAH TUJUAN WISATA: MODEL MENEMUKENALI IKON BANDUNG MASA KINI Dian Indira; Slamet Usman Ismanto; Meilanny Budiarti Santoso
Sosiohumaniora Vol 15, No 1 (2013): SOSIOHUMANIORA, MARET 2013
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (342.779 KB) | DOI: 10.24198/sosiohumaniora.v15i1.5238

Abstract

Penelitian ini dilatarbelakangi ketidakjelasan pencitraan ‟brand image kota Bandung karena masyarakatnya yang dinamis dan perkembangan wilayah yang cenderung tidak terkendali. Akibatnya pencitraan lama bergeser, sementara pembentukan pencitraan baru terhambat oleh banyak kepentingan. Tujuan penelitian ini adalah menjelaskan kondisi dan potensi obyek wisata dan daya tarik yang dimiliki Bandung; kebijakan pemerintah terkait dengan upaya menjadikan Bandung sebagai tujuan wisata; dan proses pembentukan pencitraan „brand image‟ kota Bandung sebagai daerah tujuan wisata, terutama dalam pandangan para tokoh masyarakat, akademisi, budayawan, dan seniman. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Hasil penelitian antara lain menunjukkan bahwa pariwisata di Bandung masih belum mempunyai visi dan konsep pengembangan yang jelas serta belum didukung oleh pengaturan dan pengelolaan kota yang terencana dan konsisten, strategi yang jelas, dan implementasi nyata di lapangan yang berdampak pada pembentukan pencitraan Bandung sebagai daerah tujuan wisata.
Mengatasi Distorsi Kognisi pada Remaja Camelia Kristika Pepe; Meilanny Budiarti Santoso
EMPATI: Jurnal Ilmu Kesejahteraan Sosial Vol 5, No 1 (2016): Empati Edisi Juni 2016
Publisher : Social Welfare Study Program

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15408/empati.v5i1.9777

Abstract

Teenager is one of the phase that will be experienced in by all of an adult human being. The failure in meet the needs and the development of duty during adolescence can become difficulties to have a self actualization. The difficulties’ symptoms can be started from the appearance of thought and selftalk negative on theirselves. It is known with the term cognitive distortion. The distortion is cognitive deviation the thought that is experienced by individuals. Deviation this thinking consist of personalization, over generalization, mental filter, mind reading, development with equity should the statement and also minimization. Social workers as a profession assistance having stage practices to do and starting from initial phase namely assessment into termination. In the case of clients by distortion cognitive, social workers may provide various technique therapy to change the mind automatic (selftalk) for client from negative to be  positive selftalk. One technique therapy which could be provided by a social worker in clients by distortion cognitive is therapeutic cognitive three colom. This therapy is intended to transform the mind clients which was originally irrational being rational, reduce their negative thoughts and change dysfunctional thought process . When social workers use this therapy in help clients  the clients should make self report which serves to see the replacement of irrational thought after they have been given the therapy.Keywords: Distorsi Kognitif, Selftalk, Kognitif Tiga Kolom.
Penggunaan Token Economies pada Anak untuk Meningkatkan Kedisiplinan dalam Menaati Peraturan Mutiara Mardina; Meilanny Budiarti Santoso
EMPATI: Jurnal Ilmu Kesejahteraan Sosial Vol 6, No 1 (2017): Empati Edisi Juni 2017
Publisher : Social Welfare Study Program

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15408/empati.v6i1.9783

Abstract

The use of economies token for 12 years children aims at improving the discipline in complying with the rules at an orphanage institution. In the handled cases, the client has a problem against disciplinary, particularly related to the rules of the institutions, with the result that the client was often scolded. This article argues on the important of this token to uphold discipline guidance and mentoring. In this practice, the theory used is a behavioral therapy with the technique of economy token. The use of therapy behavioral methods intended to improve or maintain adaptive behavior, reduce or eliminate the maladaptive behavior, and reduce or eliminate the excessive behavior. By using economy token method, it is expected to help the client to have guidelines for improving discipline in complying with the rules. Based on 4 months of field assistance approach, the results of the assistance for 12 years old children who needs assistance in disciplinary training with economy token, communication and good thinking have become an important factor in relation to the development of a person, so that clients can reduce negative thoughts and changing dysfunctional thinking process.Keywords: discipline, behavioral therapy, economy token, 12 years old children.
The Involvement of Parents in the Children’s Care Process; a Comparison of Various Countries Meilanny Budiarti Santoso
EMPATI: Jurnal Ilmu Kesejahteraan Sosial Vol 7, No 1 (2018): Empati Edisi Juni 2018
Publisher : Social Welfare Study Program

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15408/empati.v7i1.10008

Abstract

Abstract. To be a parent means to put the commitment of time and unselfish self during serving as a parent as well as spouse, part of big family, friends, and colleagues. Someone is becoming a parent because adults have been prepared to respond positively to the existing of a baby as well as strong community drive as the influence to have children. This article is aiming at describing the parental involvement in child care influenced by culture and geographical location of their living. This article is formulated using literature study on child care practices around the world. Parent is defined as individuals who provide care, protection, and guidance since the baby until growing up. During conducting their role in providing care, guidance and needs fulfillment, the parent is very much influenced by culture and geographical location. Therefore the role and parental involvement in child care practice are unique in every region/country.Abstrak. Menjadi orang tua berarti menempatkan komitmen waktu dan tak mementingkan diri sendiri selama berperan sebagai orang tua dan suami/istri, bagian dari keluarga besar, teman dan kolega. Seseorang yang sedang menjadi orang tua dikarenakan masa dewasa yakni sudah disediakan untuk merespon secara positif kehadiran bayi. Juga dukungan dan pengaruh kuat dari masyarakat agar memiliki anak. Artikel ini bertujuan menggambarkan keterlibatan orang tua dalam mengasuh anak yang dipengaruhi oleh kebudayaan dan lokasi geografis tempat tinggal. Artikel ini disusun menggunakan studi pustaka tentang praktik pengasuhan anak di dunia. Orang tua diartikan sebagai individu yang memberikan kepedulian, perlindungan dan arahan sejak bayi hingga tumbuh dewasa. Selama berperan memberi perawatan, arahan dan memenuhi kebutuhan anak, orang tua sangat dipengaruhi oleh budaya dan lokasi geografis. Maka dari itu, peran dan keterlibatan orang tua dalam praktik mengasuh anak bersifat unik di setiap daerah/negara.
Kelekatan Antara Ibu dan Anak Usia Sekolah (Studi pada Ibu Sebagai Orang Tua Siswa Kelas 1 SDN Hanjuang Samijaya) Meilanny Budiarti Santoso; Megawati B
EMPATI: Jurnal Ilmu Kesejahteraan Sosial Vol 6, No 1 (2017): Empati Edisi Juni 2017
Publisher : Social Welfare Study Program

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15408/empati.v6i1.9782

Abstract

Mother possesses a central role in the process of educating children. Mother spends more time with children at home than in the school. Thus, the attachment between the child and the mother becomes a benchmark as having required the ability to perform interaction within constructed social relations of school-aged children. This study was conducted using an explorative study that focused on the ‘eyecatching’ of information and issues that obtained in the process of this study. Interview, observation and documentation techniques are applied. The results show that the attachment between mother and child is built on the basis of the various skills that must be owned by school-aged children. This also means the role and function of the mother in educating school-aged children, expecially teaching process, that is caring, willingness to share, respect, politeness and responsibility. Providing good role models is the best way to instill values   in children, thus becoming the foundation for good attachment building between mother and child. Keywords: attachment, mother, children, school-age children.
ASSERTVENESS TRAINING UNTUK MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI NARAPIDANA REMAJA Putri Saeza Ramadhini; Meilanny Budiarti Santoso
Prosiding Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Vol 6, No 2 (2019): Prosiding Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (154.837 KB) | DOI: 10.24198/jppm.v6i2.21905

Abstract

AbstrakBerbagai perubahan yang dialami remajapada penampilan fisik akibat bekerjanya hormone dan perubahan dalam lingkungan sosialnya sangat mempengaruhi perkembangan remaja. Upaya remaja untuk dapat diterima dalam kelompok pertemanannya akan sangat berpengaruh terhadap perilaku remaja. Dalam situasi demikian, banyak remaja tidak dapat menghadapi berbagai perubahan tersebut dengan baik, sehingga mengakibatkan remaja harus berhadapan dengan kasus hokum kemudian membuat remaja menjadi narapidana dan ditempatkan di Lembaga Pemasyarakatan Khusus Anak (LPKA). Dalam situasi demikian, remaja membutuhkan pendampingan untuk membantu mereka agar dapat tetap percaya diri dan dapat berkomunikasi dengan baik terutama di hadapan umum. Metode yang digunakan dalam melakukan kegiatan assertiveness training ini adalah dengan menggunakan metodologi pelatihan andragogi. Hasil yang diperoleh dengan dilakukannya assertiveness training dan proses pendampingan terhadap klien adalah bahwa klien telah mampu untuk mengekspresikan pikiran, perasaan, dan kebutuhan dirinya, baik secara verbal maupun non verbal secara bebas, tanpa perasaan takut, cemas, dan khawatir. Klien juga mampu untuk berkomunikasi secara terbuka, langsung, jujur, terus terang sebagaimana mestinya. Kata kunci: assertiveness training, kepercayaan diri, narapidana, remaja
EDUKASI SANITASI LINGKUNGAN DENGAN MENERAPKAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) PADA KELOMPOK USIA PRASEKOLAH DI TAMAN ASUH ANAK MUSLIM AR-RIDHO TASIKMALAYA Intania Ihsani; Meilanny Budiarti Santoso
Prosiding Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Vol 6, No 3 (2019): Prosiding Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/jppm.v6i3.22987

Abstract

Tahun 2015 kondisi sanitasi di Indonesia masih dalam kondisi buruk. Masih banyak kegiatan yang mengakibatkan tercemarnya sanitasi, salah satunya yaitu BABs. Perilaku BAB di area terbuka seperti sungai telah menjadi kebiasaan yang sering dilakukan oleh kebanyakan masyarakat yang tinggal di bantaran sungai. Aktivitas tersebut mengakibatkan terkontaminasinya sumber air. Pada umumnya masyarakat menengah kebawah masih menganggap bahwa masalah hidup bersih dan sehat merupakan urusan pribadi yang tidak terlalu penting. Berdasarkan kondisi tersebut, edukasi mengenai perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) sebagai bagian dari peningkatan kesadaran terhadap sanitasi lingkungan sangat diperlukan tidak hanya untuk kelompok usia dewasa, tapi juga kelompok usia prasekolah. Karena pada kisaran umur pada kelompok tersebut, manusia belajar melalui pengamatan terhadap lingkungan sekitar termasuk kegiatan yang dilakukan oleh orang tua dan gurunya. Maka dari itu peran orang tua di rumah dan guru di sekolah sangatlah penting dalam memberikan edukasi mengenai sanitasi lingkungan. Edukasi dapat disampaikan tidak hanya dalam bentuk formal, namun pemberian contoh dalam kehidupan sehari-hari seperti mencuci tangan sebelum beraktivitas dan menggunakan toilet dengan baik dan benar dinilai penting untuk meningkatkan kesadaran sanitasi lingkungan. Dengan dimulainya kebiasaan yang dilakukan sejak dini, anak akan mulai terbiasa dan mempraktekkannya di kemudian hari. Diharapkan, kelompok usia prasekolah dapat menjadi agen perubahan dalam menerapkan hidup bersih dan sehat di kehidupan sehari-hari. Penelitian ini menggunakan metode studi literatur yang berfokus pada edukasi sanitasi lingkungan untuk kelompok usia prasekolah dengan menerapkan program Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).  In 2015 sanitation conditions in Indonesia are still in poor condition. There are still many activities that cause pollution to sanitation, one of which is Open Defecation. Defecation behavior in open areas such as rivers has become a habit that is often done by most people who live on the banks of the river. These activities resulted in contamination of water sources. In general, the middle class and below still consider that the problem of clean and healthy living is a personal matter that isn't too important. Based on these conditions, education about The pattern of clean and healthy life (PHBS) as part of increasing awareness of environmental sanitation is needed not only for the adult age group, but also the preschool age group. Because in the age range of the group, humans learn through observation of the surrounding environment, including activities carried out by parents and teachers. Therefore the role of parents at home and teachers at school is very important in providing education about environmental sanitation. Education can be delivered from giving examples in daily life such as washing hands before doing activities and using the toilet properly. With the start of the habit that is done early, the child will start to get used to it. It’s hoped that preschool age groups can be agents of change in implementing clean and healthy living in everyday life. This study uses a literature study method that focuses on environmental sanitation education for preschool age groups by implementing The pattern of clean and healthy life (PHBS) program.
PENTINGNYA PEMBENTUKAN PROGRAM SEKOLAH SIAGA BENCANA BAGI KABUPATEN BANDUNG BARAT Muhammad Husaini Ansori; Meilanny Budiarti Santoso
Prosiding Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Vol 6, No 3 (2019): Prosiding Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/jppm.v6i3.22975

Abstract

Kabupaten Bandung Barat (KBB) merupakan salah satu wilayah di Jawa Barat yang memiliki kerawanan bencana yang tinggi. Kontur wilayah yang didominasi dataran tinggi, perbukitan, gunung, dan tebing, membuat daerah pecahan dari Kabupaten Bandung ini setiap tahun dilanda Bencana Alam, selain itu Kabupaten Bandung Barat juga dilalui oleh sebuah Sesar Lembang yang sewaktu-waktu bisa menimbulkan gempa yang cukup besar. Upaya kesiapsiagaan ditengah-tengah masyarakat terlebih anak-anak dan remaja masih perlu ditingkatkan, karena anak-anak dan remaja termasuk dalam golongkan rentan terhadap dampak bencana oleh karenanya membutuhkan upaya khusus untuk menambah pengetahuan tentang mitigasi bencana. Penelitian ini bertujuan untuk melihat sejauh mana urgensi dari Sekolah Siaga Bencana bagi Kabupaten Bandung Barat. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa, Sekolah Siaga Bencana merupakan sebuah program mitigasi bencana yang sangat dibutuhkan bagi kawasan-kawasan yang rawan akan bencana alam dalam hal ini Kabupaten Bandung Barat merupakan salah satu diantara kawasan dengan potensi bencana yang cukup tinggi tersebut. Melalui Sekolah Siaga Bencana, diharapkan anak-anak dan remaja menjadi lebih mengerti tentang kebencanaan dan bisa menjadi jembatan penghubung sosialisasi kepada masyarakat terutama kepada keluarga terdekat. Sekolah Siaga Bencana ini menjadi alternative terbaik dalam mengurangi dampak bencana karena sekolah merupakan wahana yang efektif dalam memberikan efek tular informasi, pengetahuan dan keterampilan kepada Masyarakat teruma anak-anak dan remaja.