Claim Missing Document
Check
Articles

PERBANDINGAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION (GI) MENGGUNAKAN MEDIA LABORATORIUM RIIL DAN LABORATORIUM VIRTUAL DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL DAN INTERAKSI SOSIAL SISWA Sulastri, Sri; Maridi, Maridi; Prayitno, Baskoro Adi
Jurnal Inkuiri Vol 4, No 3 (2015): Jurnal Inkuiri
Publisher : Universitas Sebelas Maret

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (33.496 KB)

Abstract

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan hasil belajar siswa pada pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI) menggunakan media laboratorium riil dan laboratorium virtual ditinjau dari kemampuan awal dan interaksi sosial siswa. Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 2 Karanganyar Semester 2 tahun pelajaran 2013/2014. Metode yang digunakan adalah metode eksperimen dengan desain faktorial 2x2x2. Populasi penelitian adalah siswa kelas VII SMP Negeri 2 Karanganyar. Sampel penelitian ditentukan secara acak dengan teknik cluster random sampling terdiri dari dua kelas. Kelas eksperimen I diberi perlakuan menggunakan model Group Investigation(GI) laboratorium riil terdiri dari 28 siswa dan kelas eksperimen II diberi perlakuan menggunakan model Group Investigation(GI) laboratorium virtual terdiri dari 29 siswa.Teknik tes digunakan untuk mengumpulkan data prestasi belajar aspek kognitif. Uji coba instrumen tes kognitif meliputi validitas isi, tingkat kesukaran, daya beda, dan reliabilitas. Uji prasyarat meliputi uji normalitas dan homogenitas, dengan α = 0,05 disimpulkan bahwa sampel berasal dari populasi yang terdistribusi normal dan mempunyai variansi yang homogen. Teknik non tes untuk data interaksi sosial dan lembar observasi untuk aspek afektif dan aspek psikomotor. Uji hipotesis penelitian menggunakan anava tiga jalan dengan uji lanjut scheffe menggunakan bantuan software SPSS 18. Hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut; (1) Ada pengaruh model pembelajaran terhadap prestasi belajar kognitif, afektif, dan psikomotor siswa; (2) Ada pengaruh kemampuan awal terhadap prestasi belajar afektif siswa, tetapi tidak terdapat pengaruh kemampuan awal terhadap prestasi belajar kognitif dan psikomotor siswa; (3) Ada pengaruh interaksi sosial terhadap prestasi belajar afektif dan psikomotor siswa, tetapi tidak terdapat pengaruh interaksi sosial terhadap prestasi belajar kognitif siswa; (4) Ada interaksi antara model belajar dengan kemampuan awal terhadap prestasi belajar kognitif, afektif, dan psikomotor siswa; (5) Ada interaksi antara model belajar dengan interaksi sosial terhadap prestasi belajar kognitif dan psikomotor siswa, tetapi tidak ada interaksi antara model belajar dengan interaksi sosial terhadap prestasi belajar afektif siswa; (6) Tidak ada interaksi antara kemampuan awal dan interaksi sosial terhadap prestasi belajar kognitif, afektif, dan psikomotor siswa; dan (7) Tidak ada interaksi antara model pembelajaran, kemampuan awal, dan interaksi sosial terhadap prestasi belajar kognitif, afektif, dan psikomotor siswa.
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Siswa Tunarungu Sulastri, Sri; Jati, Roko Patria
MUDARRISA: Jurnal Kajian Pendidikan Islam Vol 8, No 1 (2016): MUDARRISA
Publisher : Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (425.056 KB)

Abstract

Jenis penelitian ini adalah kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi. Responden adalah Kepala Sekolah, guru PAI, dan guru kelas. Data dikumpulkan berdasarkan hasil wawancara, dokumentasi dan catatan lapangan kemudian data ditranskip menjadi data yang lengkap. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran Pendidikan Agama Islam siswa tunarungu di SMPLB Wantu Wirawan Salatiga berpedoman pada kurikulum KTSP SMP dengan modifikasi guru. Materi yang disampaikan ditekankan pada materi akhlak dan fiqih dengan bobot materi lebih ringan dengan menggunakan metode ceramah, tanya jawab, latihan demonstrasi, menggunakan bahasa yang sederhana, suara yang keras, pelan, jelas, menghadap ke siswa agar melihat gerak bibir guru, dan menggunakan alat peraga. Hasil pembelajaran PAI menunjukkan bahwa siswa tunarungu sudah menjalankan ritual keagamaan dalam keseharian dan berperilaku seperti tuntunan agama, yaitu siswa tunarungu sangat sopan, ramah dan terbiasa melakukan wudhu dan sholat wajib. Kendala yang dialami guru pendidikan agama Islam diantaranya kurangnya jumlah guru PAI, kurangnya pemanfaatan media, kurang disiplinnya siswa. Guru SMPLB-B dalam mengajar menggunakan pendekatan individual, pembiasaan, latihan, dan pengulangan. Anak tunarungu sulit mengartikan konsep abstrak dan kurangnya kemampuan bahasa untuk berkomunikasi sehingga guru melatih dalam meningkatkan bahasa dengan menggunakan bahasa isyarat, menulis, berbicara dan pengejaannya, maupun campuran diantara keseluruhannya. It is a qualitative descriptive research approach. Data collected through interviews, observation, and documentation. The respondents are the Principal, Islamic religious (PAI) teachers, and classroom teachers. Data were collected by interviews, documentation and field notes. The results showed that the learning of Islamic Education of deaf students in SMPLB Wantu Wirawan, Salatiga based on the curriculum based competence (KTSP) with modification. Materials are presented by emphasis on material of morals and jurisprudence by lighter weight using lectures, discussion, and exercise demonstrations. SLMP-LB uses a simple language and its delivery should be with aloud, slowly, clearly, and face to face, so that students can see the teachers lips move. Learning media employs more props. The learning results show that deaf students are already do a religious ritual in everyday life and behave like religious guidance, such as they act politely, friendly and used to perform ablution and prayer. Constraints experienced by the Islamic religious education teachers include lack of teachers of PAI, the lack of ability of teachers to use the media, lack of discipline students. SMPLB-B teachers are more patient, loving, and the individualized teaching approach, habituation, exercise, model, and repetition. Children with hearing impairment is difficult to interpret the abstract concept and the lack of language skills to communicate so that teachers train in enhancing language using sign language, writing practice, speaking practice, train justification speech, or a mixture of sign language, writing, speech and utterance justification.
EKSISTENSI PEKERJA SOSIAL DI RANAH INDUSTRI INDONESIA Septianto, Danny Dwi; Sulastri, Sri; Basar, Gigin Ginanjar Kamil
Prosiding Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Vol 2, No 3 (2015): Prosiding Penelitian & Pengabdian Kepada Masyarakat
Publisher : Prosiding Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (470.288 KB)

Abstract

Setiap pekerja industri di seluruh dunia pasti memiliki resiko kecelakaan yang besar khususnya di Indonesia, hal tersebut tentu membuat perasaan cemas ke para pekerja di perusahaan tersebut belum lagi resiko kehilangan pekerjaan yang bukan karena kinerja mereka buruk atau kesalahan kerja, melainkan karena adanya pergantian pekerja dari manusia ke mesin hal itu tentu member rasa cemas yang bertambah besar dan belum lagi masalah sosial kronis seperti alienation,alcoholism,absenteeism,accidents dan abuse yang masih menyelimuti banyak pekerja yang bekerja di ranah industrialisasi. Dan di Indonesia masih belum ada indikasi bahwa Indonesia akan lebih memperhatikan dan mensejahterakan para pekerja dan lebih memanusiawi kan pekerja di ranah industrialisasi khususnya kepada pekerja yang tidak memiliki jabatan yang tinggi. Mungkin karena para pekerja tersebut dianggap tidak berpengaruh atau memang belum ada atau sengaja tidak mengadakan program pelayanan sosial bagi pegawai, yang jelas adalah Indonesia kini butuh pekerja sosial industri untuk memperhatikan pekerja, memberi rasa aman bagi para pekerja dan memberi rasa aman kepada keluarga yang ditinggalkan pekerja baik itu untuk keluar kota karena pekerjaan atau meninggal dunia. Serta dengan metode yang dimiliki pekerja sosial khususnya pekerja sosial industri maka masalah sosial kronis yang diderita oleh pekerja yang bekerja di ranah industrialisasi dapat ditangani agar pekerja dapat melakukan fungsi sosialnya dengan baik dan member dampak positif pada perusahaan. Hal tersebut yang harus di perhatikan oleh perusahaan-perusahaan Indonesia saat ini mengingat industrialisasi merupakan salah satu faktor prnting pembangunan sebuah negara.
PEMENUHAN HAK PARTISIPASI ANAK MELALUI FORUM ANAK DALAM IMPLEMENTASI KEBIJAKAN KOTA LAYAK ANAK DI KOTA BANDUNG: (Studi Kasus Forum Komunikasi Anak Bandung) Rizki, Devi Ayu; Sulastri, Sri; Irfan, Maulana
Prosiding Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Vol 3, No 3 (2016): Prosiding Penelitian & Pengabdian Kepada Masyarakat
Publisher : Prosiding Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (450.043 KB)

Abstract

-
TINGKAT PEMENUHAN KEBUTUHAN ASPEK BIOLOGI, PSIKOLOGI, SOSIAL DAN SPIRITUAL PADA WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN (WBP) DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN WANITA KLAS IIA BANDUNG (LAPAS WANITA SUKAMISKIN) Pebriani, Chika Nur; Sulastri, Sri; S., Meilanny Budiarti
Prosiding Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Vol 3, No 1 (2016): Prosiding Penelitian & Pengabdian Kepada Masyarakat
Publisher : Prosiding Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) merupakan seseorang yang mengalami penghilangan kemerdekaan dikarenakan putusan hukum yang resmi dari negara. Warga Binaan Pemasyarakatan merupakan istilah yang digunakan untuk menggantikan penyebutan narapidana. Penghilangan kemerdekaan pada Warga Binaan Pemasyarakatan dilakukan dengan menempatkan mereka pada Rumah Tahanan (RUTAN) atau Lembaga Pemasyarakatan (LAPAS). Lembaga Pemasyarakatan (LAPAS) menjadi tempat bagi para Warga Binaan Pemasyarakatan untuk menjalani hidup mereka selama menjalani masa hukuman. LAPAS bertanggung jawab untuk membina para Warga Binaan Pemasyarakatan agar mereka dapat kembali menjalani kehidupan mereka kembali secara normal setelah mereka keluar dari lingkungan LAPAS. Warga Binaan Pemasyarakatan pada hakikatnya merupakan manusia yang sama – sama memiliki hak seperti manusia lain walaupun mereka hidup di dalam lingkungan LAPAS. Salah satu hak mereka adalah mendapatkan akses untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup mereka sebagai manusia. Pemenuhan kebutuhan bagi manusia setidaknya dapat dilihat dari empat aspek yaitu kebutuhan pada aspek biologi, psikologi, sosial serta spiritual. Keterbatasan akses para Warga Binaan Pemasyarakatan untuk dapat memenuhi kebutuhan – kebutuhan tersebut menjadikan LAPAS untuk memfasilitasi mereka agar dapat mendapatkan pemenuhan kebutuhan tersebut. Walaupun tidak dapat dihindari bahwa kebutuhan di LAPAS bagi WBP dapat “dikebiri”. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif karena penelitian bertujuan untuk mengukur dan menggambarkan tingkat pemenuhan kebutuhan aspek biologi, psikologi, sosial dan spiritual pada warga binaan pemasyarakatan sehingga tidak dibutuhkan pemaknaan mendalam pada data yang didapatkan selama di lapangan. Hasil penelitian ini mengungkapkan berapa tingkat pemenuhan kebutuhan pada setiap aspek serta penggambaran kualitas pemenuhan kebutuhan tersebut.
PERLINDUNGAN TERHADAP ANAK YANG BERHADAPAN DENGAN HUKUM Pratama, Rendy H; Sulastri, Sri; Darwis, Rudi Saprudin
Prosiding Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Vol 2, No 1 (2015): Prosiding Penelitian & Pengabdian Kepada Masyarakat
Publisher : Prosiding Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (474.268 KB)

Abstract

Penyimpangan tingkah laku atau perbuatan melanggar hukum yang dilakukan anak disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain adanya dampak negatif dari perkembangan pembangunan yang cepat, arus globalisasi dibidang komunikasi dan informasi, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta perubahan gaya dan cara hidup sebagian orang tua, telah membawa perubahan sosial yang mendasar dalam kehidupan masyarakat yang sangat berpengaruh terhadap nilai dan perilaku anak. Hal ini dikarenakan pada usia dini, sang anak masih dalam keadaan labil dan mudah terbawa arus kehidupan masyarakat dan lingkungan sekitar yang dapat mempengaruhi pola tingkah laku anak itu sendiri. Dalam menghadapi dan menanggulangi berbagai perbuatan tingkah laku anak yang diduga melakukan suatu tindakan pidana, harus bisa dibedakan dengan kasus yang dialami oleh orang dewasa. Tidak sewajarnya anak dibawah umur mendapat penyidangan yang terlalu lama, yang dapat menjadikan trauma pada perkembangan mental anak. Menurut UU no 11 tahun 2012 pasal 91 ayat 3, setelah melakukan persidangan anak harus menjalani rehabilisasi sosial, yang bertujuan untuk memulihkan kondisi fisik dan mental anak yang tersandung kasus agar bisa kembali melaksanakan fungsi sosialnya.
PENERAPAN PENGETAHUAN DAN KETERAMPILAN PEKERJA SOSIAL OLEH RELAWAN DALAM PENDAMPINGAN KEPADA ANAK PENDERITA KANKER Arliani, Pradini Nur’amalia; Sulastri, Sri; Taftazani, Budi M.
Prosiding Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Vol 2, No 1 (2015): Prosiding Penelitian & Pengabdian Kepada Masyarakat
Publisher : Prosiding Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (407.239 KB)

Abstract

Kanker dapat menyerang bagian manapun dari anggota tubuh manusia dan tidak memandang usia manusia. Kanker bisa juga terjadi pada anak-anak. Bagi penderita kanker, menanggulangi penyakit kanker dan prosedur pengobatannya bukanlah hal yang mudah. Hal ini tentu juga sangat dirasakan oleh anak penderita kanker. Selain itu, jika salah satu anggota keluarga terkena kanker, maka dampaknya akan sangat dirasakan oleh anggota keluarga yang lain. Penanganan anak penderita kanker tidak hanya tergantung pada tim medis tetapi juga dilihat dari penyelesaian masalah yang mencakup psikologis dan sosialnya. Salah satu unsur dapat membantu memberikan pengobatan non-medis kepada pasien adalah relawan. Oleh karena itu, tujuan dari artikel ini adalah untuk memahami peranan relawan yang menerapkan pengetahuan dan keterampilan dalam memberikan pendampingan kepada anak penderita kanker dan keluarga.Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif. Penelitian kualitatif dipilih karenapeneliti ingin melihat peran relawan dalam menerapkan pengetahuan dan keterampilan pekerja sosial dalam melakukan pendampingan kepada anak penderita kanker. Kemudian metode yang digunakan yaitu penelitian deskriptif, dengan menggambarkan keadaan nyata subyek yang akan diteliti yaitu pelayanan yang diberikan oleh Pekerja Sosial Medis dan relawan di Bangsal Kanker Anak – Rumah Sakit Kanker Dharmais.Dari hasil temuan yang ada di lapangan dapat dilihat bahwa bentuk peran yang dijalankan relawan dalam memberikan pendampingan bagi anak penderita kanker dan keluarganya tampak seperti bentuk peran Pekerja Sosial Medis (PSM). Maka penting melibatkan PSM agar pelayanan pengobatan yang terpadu dapat diberikan kepada pasien dan keluarganya, dari yang memiliki penyakit kronis apapun dan dalam seluruh kelompok usia, karena seorang PSM mempunyai bekal pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill), dan nilai (value) sebagai bentuk kesatuan dari the helping profession.
PEMENUHAN HAK PARTISIPASI ANAK MELALUI FORUM ANAK DALAM IMPLEMENTASI KEBIJAKAN KOTA LAYAK ANAK DI KOTA BANDUNG Rizki, Devi Ayu; Sulastri, Sri; Irfan, Maulana
Share : Social Work Journal Vol 5, No 1 (2015): Share Social Work Journal
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (83.31 KB) | DOI: 10.24198/share.v5i1.13085

Abstract

Anak adalah harapan setiap orang tua dan keluarga. Dalam cakupan luas, anakadalah harapan bangsa dan negara bahkan dunia di masa yang akan datang. Oleh sebab itu, menjadi hal yang krusial dan komitmen bersama untuk memenuhi hak-hak anak sebagai manusia serta mewujudkan dunia yang layak bagi mereka.Pada tahun 1989, Perserikatan Bangsa-Bangsa mengeluarkan Konvensitentang Hak-hak Anak (KHA) dan menetapkan kewajiban bagi pemerintah yang meratifikasi untuk membuat langkah-langkah implementasi. Secara garis besar, Konvensi Hak-hak Anak (KHA) tersebut mengelompokkan hak-hak anak ke dalam 4(empat) kelompok hak dasar, yaitu hak untuk bertahan hidup (survival rights), hak untuk tumbuh dan berkembang (development rights), hak atas perlindungan (protection rights), dan hak untuk berpartisipasi (participation rights).Pemerintah Republik Indonesia telah meratifikasi konvensi tersebut pada tahun1990 melalui Keppres Nomor 36 tahun 1990 kemudian mengesahkan Undang-undangPerlindungan Anak Nomor 23 tahun 2002. Dengan meratifikasi KHA, Indonesiamenyepakati bahwa seluruh hak anak adalah hak asasi manusia seorang anak yang setara pentingnya dan bahwa Indonesia akan melakukan segala upaya untuk memastikan seluruh hak tersebut dihormati, dilindungi, dan dipenuhi.Sejak diratifikasi Konvensi Hak Anak, pemerintah mulai menyusun berbagaistrategi untuk membuat kebijakan maupun program yang betujuan untuk mewujudkanhak-hak anak. Salah satunya adalah Peraturan Menteri Pemberdayaan Perempuandan Perlindungan Anak Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2011 Tentang KebijakanPengembangan Kota Layak Anak. Terdapat 40 kabupaten dan 34 kota di Indonesia yang telah dicanangkan sebagai salah satu kabupaten/kota menuju layak anak.Bandung adalah kota yang pertama kali memiliki inisiatif untuk mengembangkanKota Ramah Anak pada tahun 2004. Pada tahun 2006 Kota Bandung telah mendapatkan dua penghargaan sebagai pemerintahan yang memiliki komitmen kuatdalam upaya perlindungan anak sehingga telah dicanangkan sebagai Kota Layak Anak.Dalam kebijakan ini, salah satu prinsipnya adalah partisipasi anak dalam pembangunan lingkungan yang juga sebagai salah satu hak dari 31 hak anak. MenurutPeraturan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2011 Pasal 1 Ayat 2, “Partisipasi Anak adalah keterlibatan anak dalam proses pengambilan keputusan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan dirinya dan dilaksanakan atas kesadaran, pemahaman serta kemauan bersama sehingga anak dapat menikmati hasil atau mendapatkan manfaat darikeputusan tersebut. Anak perlu dilibatkan dalam pengambilan keputusan, termasukdalam pengambilan keputusan rencana pembangunan daerah untuk mewujudkankota yang layak bagi mereka.Hal di atas menunjukkan bahwa partisipasi anak sesungguhnya merupakan dasar dan batu pijakan yang menjamin bahwa anak-anak merupakan subyek darihak asasi manusia yang sama sehingga tidak selalu menjadi objek dari suatu prosespembangunan. Saat ini, pemerintah telah membentuk dan membina wadah partisipasianak yang disebut Forum Anak, yang didalamnya beranggotakan seluruh anak danpengurusnya terdiri dari perwakilan kelompok-kelompok anak. Forum anak ini dibentuk dengan tujuan untuk menjembatani kepentingan anak-anak dan kepentinganorang dewasa. Forum anak merupakan media, wadah atau pranata untuk memenuhihak partisipasi anak tersebut, untuk secara khusus menegaskan pasal 10 Undang undang Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. Sebagai bentuk komitmen dalam merespon kesepahaman atas pentingnya hak partisipasi anak untukmewujudkan Dunia yang layak bagi anak, Pemerintah Kota Bandung juga membentukdan membina wadah partisipasi anak (forum anak) yang bernama Forum Komunikasi Anak Bandung (FOKAB).Akan tetapi, hal ini agaknya juga masih sulit diimplementasikan. Anak sampai saat ini masih berada dilatarbelakang saja dalam proses pembangunan. Kesejahteraananak diasumsikan akan terjadi bila pembangunan berjalan dengan baik. Jadi anak hanya ada dalam anggapan dan tidak pernah dikedepankan secara sadar dan sengaja sebagai wawasan pembangunan dan bukan subyek pembangunan. Mereka hanya menjadi indikator pembangunan, seperti angka kematian bayi, angka kematian balita dan anak, derajat partisipasi dalam pendidikan, dan sebagainya.Konsep anak sendiri juga masih bias. Anak dipandang sebagai orang dewasa yangbelum ‘jadi’, atau tengah dalam proses ‘menjadi’, sehingga tidak perlu diperhitungkan. Padahal anak adalah warga negara yang penuh akal, yang mampu membantu pembangunan masa depan lebih baik bagi semua orang.Berdasarkan pernyataan tersebut, penelitian ini dilakukan dengan tujuan untukmengetahui sejauh mana pemenuhan hak partisipasi anak melalui forum anak dalam implementasi kebijakan kota layak anak.
PROSES REHABILITASI SOSIAL WANITA TUNA SUSILA DI BALAI REHABILITASI SOSIAL KARYA WANITA (BRSKW) PALIMANAN KABUPATEN CIREBON RAMADHANI, WIDYA SUCI; SULASTRI, SRI; NURHAQIM, SONI AKHMAD
Prosiding Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Vol 4, No 2 (2017): Prosiding Penelitian & Pengabdian Kepada Masyarakat
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (379.772 KB) | DOI: 10.24198/jppm.v4i2.14292

Abstract

Masalah pelacuran atau prostitusi merupakan masalah sosial yang sangat kompleks karena populasi setiap tahunnya masih terlihat sangat banyak. Kemudian perilaku para pekerja pelacuran merupakan hal yang sangat bertentangan dengan norma dan nilai yang berlaku didalam masyarakat. Oleh karena itu perlu adanya penanganan yang serius untuk merespon permasalahan ini. Rehabilitasi sosial adalah salah satu intervensi yang dapat digunakan untuk mengatasi permasalahan wanita tuna susila (WTS). Rehabilitasi sosial juga merupakan ranah praktik pekerjaan sosial, maka dari itu perlu adanya kontribusi dari pekerja sosial dalam penanganan masalah tersebut. Salah satu lembaga pemerintah yang melaksakan fungsi rehabilitasi sosial adalah Balai Rehabilitasi Sosial Karya Wanita (BRSKW) Palimanan Kabupaten Cirebon. Adapun waktu rehabilitasi dilakukan kurang lebih selama enam bulan. Dari hal tersebut penulis tertarik untuk meneliti proses rehabilitasi yang dilakukan oleh pihak lembaga, dan hasil dari proses rehabilitasi tersebut. Karena pada kebanyakan kasus para WTS yang sudah mengikuti rehabilitasi akan kembali lagi menjadi WTS.
PELAYANAN LANJUT USIA TERLANTAR DALAM PANTI Sulastri, Sri; Humaedi, Sahadi
Prosiding Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Vol 4, No 1 (2017): Prosiding Penelitian & Pengabdian Kepada Masyarakat
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1268.26 KB) | DOI: 10.24198/jppm.v4i1.14225

Abstract

Jumlah penduduk lanjut usia (60 tahun keatas) akan terus meningkat. Peningkatan jumlah penduduk lanjut usia berhubungan positif dengan Ageing index dan sebaliknya berhubungan negatif dengan Potential Support Ratio. Jika pendapatan penduduk yang bekerja sebagai pendukung penduduk lansia tidak menunjukkan peningkatan berarti, maka jumlah penduduk lansia terlantar akan terus meningkat. Jumlah penduduk lansia wanita cenderung lebih banyak dan lebih rentan daripada pria karena tingkat partisipasi angkatan kerjanya rendah, lebih banyak yang berstatus lajang dan tinggal sendiri, dan berpendidikan rendah. Kebijakan perlindungan lansia saat ini lebih mengedepankan pelaksanaan kesejahteraan sosial dengan kelompok sasaran prioritas yaitu penduduk lansia terlantar. Kegiatan pelayanan lebih ditujukan untuk perlindungan dan rehabilitasi sosial, diantaranya melalui panti reguler. Dalam RPJMD 2015-2019 dikembangkan kebijakan Perawatan Jangka Panjang (Long-Term Care) yang dilaksanakan oleh 3 komponen utama yaitu pemerintah, masyarakat, dan rumah tangga. Pemerintah bertugas untuk menyediakan sistem asuransi LTC dan layanan berbasis institusi melalui panti; masyarakat menyediakan layanan berbasis komunitas, dan rumah tangga melaksanakan layanan berbasis rumah tangga. Tulisan ini ditujukan untuk mengidentifikasi masalah yang dihadapi penduduk lanjut usia dan pelayanan lanjut usia terlantar dalam panti. Dari hasil penelusuran beberapa literatur terkait diperoleh informasi bahwa Kelompok sasaran pelayanan sosial dalam panti, termasuk yang dikelola oleh pemerintah masih memilih lansia yang mampu mandiri dan memiliki keluarga, padahal mereka dapat dilayani melalui model layanan home care dan community care. Pelayanan dalam panti seyogyanya memilih lansia yang sudah tidak memiliki kemandirian yang tidak dapat ditangani oleh model pelayanan lain. Untuk itu, diperlukan pengembangan mekanisme penjangkauan lansia tersebut, proses pelayanan yang relevan, penyediaan sumberdaya manusia dan sarana pelayanan yang memadai.
Co-Authors Achmad W, R Willya Agus Sukarno Ahmad Sarbini, Ahmad Akbar, M. Taufik Alfan, Muhammad Anam, Rif’at Shafwatul Anisa Zairina Aprianti, Nisa Aprilia, Marwah Dwita Arida, Arida Arif Rahman Hakim Asteriniah, Femi Astuti , Nurwidya Astuti, Nerry Yudi Bagas Anggara BASAR, GIGIN G. KAMIL Baskoro Adi Prayitno Benoto, Krisna Budi M. Taftazani Budiman Tampubolon Chika Nur Pebriani, Chika Nur Danny Dwi Septianto, Danny Dwi Darwis, Rudi S. Depriadi, Depriadi Desi Ariyati Dessy Hasanah Siti Asiah Devi Ayu Rizki, Devi Ayu Didik Suprayitno Diena Widyastuti Dwi yuliani Ekawarni, Riniarti Dian Faijah, Anisa Safaatul Fanesa, Mawar Farhan Febrianza, Muhammad Ferdian, Muh. Agus Firman Firman Gigin Ginanjar Kamil Basar Harahap, Aprilia Sintha Herdiana, Dedi Hetty Krisnani, Hetty Hidayat, Raden Aldi I Made Sudana Irfansyah Irfansyah Iskandar, Aulia Pratiwi Jaya, Asrul Jusriana, Andi Khofiffah, Fanesha Kurniasih, Fonny Kurniawan, Ahmad Kurdi Kurniawan, Muh Idham Lusianai, Wa Ode M. Chothibul Umam Assa’ady Malau, Endang R. Mardianto Mardianto Marfuah, Luk-luk Atin Maridi Maridi Masrul Maulana Irfan, Maulana Meilanny Budiarti S., Meilanny Budiarti Moulina, Widia Muhammad Ferdryansyah, Muhammad Mulawarman, Logi Nandang Mulyana, Nandang Novan Ardy Wiyani NURHAQIM, SONI AKHMAD Nurliana Cipta Apsari Nurul Qalbiah, Nurul Pradini Nur’amalia Arliani, Pradini Nur’amalia Pratama, Yudhistira Anugerah Pudiyanto, S. Putra, Angganata Rona Syah Ramadhani, Inas Wulan RAMADHANI, WIDYA SUCI Rendy H Pratama, Rendy H Roko Patria Jati, Roko Patria Rosadi, Elda Mnemonica Rudi Saprudin Darwis Rudi Saprudin Darwis, Rudi Saprudin Ruliansyah, Muhammad Sahadi Humaedi Sakir, Icuk M. Sandy, Amiruddin Santoso Tri Raharjo, Santoso Tri Soni Akhmad Nulhaqim Sopiyani, Nuzula Sunaiyah, Sunaiyah Suryani . Susilo Talidobel Sutinah Sutinah Widayati Widya Hary Cahyati Wulandari, Arinda Putri Zuber, Konar