- Suhardi
Unknown Affiliation

Published : 5 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Seleksi Ketahanan Klon-klon Harapan Krisan terhadap Penyakit Karat K Budiarto; I B Rahardjo; - Suhardi
Jurnal Hortikultura Vol 18, No 3 (2008): September 2008
Publisher : Indonesian Center for Horticulture Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jhort.v18n3.2008.p%p

Abstract

ABSTRAK. Sifat ketahanan terhadap penyakit merupakan salah satu kriteria dalam seleksi progeni hasil persilangan untuk pelepasan varietas baru krisan. Untuk mendapatkan klon-klon unggul krisan tahan karat, sejumlah progeni telah dievaluasi ketahanannya. Penelitian dilaksanakan di Balai Penelitian Tanaman Hias (1.100 m dpl) dari bulan Oktober 2002 hingga September 2003 untuk mengevaluasi 13 aksesi yang terdiri dari 12 klon krisan, yaitu nomor 151.13, 159.79, 162.7, 164.28, 164.37, 164.64, 164.82, 164.88, 164.97, 164.102, 164.156, 165.12, dan 1 varietas kontrol (cv. White Reagent) terhadap penyakit karat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa awal terjadinya gejala dan insidensi penyakit bervariasi pada klon-klon yang dicoba. Berdasarkan kriteria tingkat ketahanan, terdapat 2 klon, yaitu No. 151.13 dan 164.64, dikategorikan sangat tahan terhadap penyakit karat. Selain itu terdapat 2 klon yang termasuk kriteria tahan dan 7 klon yang dikategorikan agak tahan. Sedangkan cv. White Reagent dan klon No. 164.37 termasuk dalam kategori agak rentan terhadap penyakit karat.ABSTRACT. Budiarto, K., I. B. Rahardjo, and Suhardi. 2008. Resistant Evaluation of Chrysysanthemum Promising Clones to Japanese White Rust Dise ase . Resistance to major disease is one of important criteria in the selection of chrysanthemum for new released varieties. Japanese white rust is considered one of constrained-diseases and become major problems in commercial chrysanthemum growers in Indonesia up to this moment. Thus, selection of progenies against this disease became important. The research was conducted from October 2002 to September 2003 to evaluate 13 accessions of chrysanthemum, comprised of 12 promising clones of no. 151.13, 159.79, 162.7, 164.28, 164.37, 164.64, 164.82, 164.88, 164.97, 164.102, 164.156, 165.12, and 1 commercial variety (cv. White Reagent) as control to white rust disease. The results of the experiments showed that the initial symptoms and white rust incidence were varied among clones tested. Among the 13 accessions, 2 clones (no. 151.13 and 164.64) were considered strongly resistant. The other 2 and 7 clones were included to the criteria of resistant and moderate resistant, respectively. While cv. White Reagent (control) and clone no. 164.37 were categorized as moderate susceptible.
Skrining Kemangkusan Mikroba Antagonis terhadap Penyakit pada Tanaman Krisan - Suhardi; - Hanudin; W Handayati; Asep Saepulloh
Jurnal Hortikultura Vol 17, No 2 (2007): Juni 2007
Publisher : Indonesian Center for Horticulture Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jhort.v17n2.2007.p%p

Abstract

ABSTRAK. Penelitian untuk mengetahui efikasi agens hayati terhadap penyakit pada tanaman krisan telah dilakukan di rumah kaca dan di lapangan. Sebanyak 20 isolat bakteri telah diuji efektivitasnya dengan cara disemprotkan dengan konsentrasi 108 cfu/ml merata seluruh tanaman. Evaluasi terhadap intensitas penyakit dilakukan pada saat panen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa di rumah kaca penyakit hawar daun kurang bisa berkembang, namun penyakit yang bukan merupakan target berkembang cukup berarti, yaitu penyakit layu fusarium dan embun tepung (Oidium sp). Di lapangan selain Pseudomonas cichorii dijumpai penyakit karat putih yang disebabkan oleh Puccinia horiana, dan penyakit busuk basah yang disebabkan oleh Erwinia sp.. Pseudomonas fluorescens isolat Pf 2 dan Pf 4A, serta Bacillus subtilis isolat Ba 13, Ba 16, dan Ba 17 efektif menekan intensitas penyakit hawar daun. Pseudomonas fluorescens isolat Pf 2, Pf 4A, dan Pf 16 efektif terhadap penyakit karat putih. Semua isolat yang diuji tidak efektif terhadap penyakit busuk basah dan penyakit layu fusarium. Pseudomonas fluorescens isolat Pf 2, MR 9, dan B. subtilis isolat Ba 9 efektif terhadap embun tepung di rumah kaca.Bacillus subtilis; Agens hayati; Pengendalian biologi.ABSTRACT. Suhardi, Hanudin, W. Handayati, and A. Saepulloh. 2007. Screening of the Efficacy of Biological Agents Against Pseudomonas cichorii and Other Diseases of Chrysanthemum. Research to know the efficacy of biological agents to control the diseases on chrysanthemum were done in a glasshouse and field. As many as 20 bacterial isolates were tested by spraying bacterial cells at 108 cfu/ml until run off. Evaluation was done at the harvest time in relation to disease intensity. Results indicates that leaf blight did not develop in the glasshouse, but other diseases such as fusarium wilt and powdery mildew progressed significantly. In the field, besides leaf blight, other diseases were found i.e. white rust caused by Puccinia horiana and soft rot caused by Erwinia sp.. Pseudomonas fluorescens isolate Pf 2 and Pf 4A, Bacillus subtilis isolate Ba 13, Ba 16, and Ba 17 were effectively suppressed blight intensity. Pseudomonas fluorescens isolate Pf 2, Pf 4A, and Pf 16 were effective to white rust. All isolates were not effective against soft rot. Pseudomonas fluorescens isolate Pf 2 and MR 9 and B. subtilis isolate Ba 9 were effective in controlling powdery mildew on chrysanthemum in glasshouse.
Adaptasi Agronomis dan Kelayakan Finansial Usahatani Krisan di Daerah Yogyakarta M F Masyhudi; - Suhardi
Jurnal Hortikultura Vol 19, No 2 (2009): Juni 2009
Publisher : Indonesian Center for Horticulture Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jhort.v19n2.2009.p%p

Abstract

ABSTRAK. Krisan merupakan salah satu tanaman hias yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan sangat populer dikalangan masyarakat Yogyakarta. Akan tetapi kebutuhan bunga potong ini, di Yogyakarta, justru didatangkan dariluar daerah, seperti Bandungan (Jawa Tengah) dan Batu, Malang (Jawa Timur). Pengkajian yang dilakukan BPTPYogyakarta sejak Juli 2005 sampai Februari 2007 di Dusun Wonokerso, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem,Kabupaten Sleman, ditujukan untuk membuktikan bahwa tanaman krisan dapat beradaptasi dan dibudidayakan denganbaik di Daerah Istimewa Yogyakarta. Berbagai varietas bunga krisan dapat tumbuh subur dan terbukti budidaya tanamanhias ini dapat meningkatkan kesejahteraan petani. Analisis ekonomi usahatani budidaya bunga krisan menunjukkanB/C rasio = 1,05 dan R/C rasio = 2,05 pada tahun 2005. Dengan meningkatnya pengalaman petani maka B/C rasio danR/C rasio berturut-turut menjadi 1,47 dan 2,47 pada tahun 2006, dan kemudian lebih meningkat lagi pada awal tahun2007 dengan B/C rasio= 2,12 dan R/C rasio= 3,12. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa budidaya tanamanbunga potong krisan sangat menguntungkan dan layak untuk dikembangkan di Daerah Istimewa Yogyakarta.ABSTRACT. Masyhudi, M.F. and Suhardi. 2009. Agronomical Adaptation and Financial Feasibility ofChrysanthemum in Yogyakarta Region. Chrysanthemum is one of the ornamental plants, potential to be developedin the area of Yogyakarta. It is very popular and has high economical value. However, the supply of this commodityin Yogyakarta was still fulfilled by other provinces such as Central Java (Bandungan) and East Java (Batu, Malang).The Assessment Institute for Agricultural Technology Yogyakarta (AIAT Yogyakarta) conducted some experiments onchrysanthemum from July 2005 to February 2007 in Hargobinangun Village, Pakem Subdistrict, Sleman District. Theobjectives of the study were to examine the agronomically adaptation and financial feasibility of chrysanthemum toprove that chrysanthemum can be cultivated and profitable in Yogyakarta. The results indicated that chrysanthemumadapted very well in Hargobinangun, Yogyakarta region. Several varieties of chrysanthemum growth well and gavebenefits to the local farmers. Financial analysis of chrysanthemum cultivation indicated that B/C ratio= 1.05 and R/Cratio = 2.05 can be reached in the first year (2005), with the increased experiences of the farmers in chrysanthemumfarming system, B/C ratio and R/C ratio were also increased to 1.47 and 2.47 in the year of 2006, and B/C ratio= 2.12and R/C ratio= 3.12 in 2007. It can be concluded that chrysanthemum was agronomically well adapted and financiallyviable, hence it was quite potential and prospective to be developed in Yogyakarta region.
Insidensi dan Intensitas Serangan Penyakit Karat Putih pada Beberapa Klon Krisan I B Rahardjo; - Suhardi
Jurnal Hortikultura Vol 18, No 3 (2008): September 2008
Publisher : Indonesian Center for Horticulture Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jhort.v18n3.2008.p%p

Abstract

ABSTRAK. Penyakit karat putih adalah salah satu kendala dalam meningkatkan produksi bunga krisan. Penyakit karat putih pada tanaman krisan disebabkan oleh cendawan Puccinia horiana. Salah satu alternatif pengendalian adalah menggunakan varietas resisten. Tujuan penelitian adalah mengetahui insidensi dan intensitas penyakit karat putih pada klon-klon krisan. Penelitian dilakukan di Rumah Plastik Balai Penelitian Tanaman Hias di Segunung (1.100 m dpl.), sejak bulan September 2002 sampai Februari 2003. Pada penelitian ini dievaluasi sebanyak 13 klon harapan krisan hasil seleksi tahun 2000. Perlakuan terdiri 13 klon harapan krisan yaitu klon nomor 116.44, 116.53, 116.57, 125.14, 130.8, 131.1, 133.59, 133.7, 133.95, 135.6, 136.1, 136.11, 150.4, var. Saraswati, dan var. White Reagent, menggunakan rancangan acak kelompok dengan 3 ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa klon nomor 136.10 adalah klon yang memiliki sifat baik, paling lambat terinfeksi penyakit karat (133 HST), pada 15 MST paling rendah insiden penyakitnya (12,67%). Intensitas serangan kedua terendah (5,08%) setelah klon nomor 133.95 (4,6%), dan intensitas penyakit waktu panen juga rendah (4,44%).ABSTRACT. Rahardjo I.B. and Suhardi. 2008. Incidence and Intensity of White Rust Disease on Several Chrysanthemum Clones. White rust disease is one of constrain in increasing the production of chrysanthemum flower. White rust disease on chrysanthemum caused by Puccinia horiana. One of the control alternative was the use of resistant variety. The aim of the experiment was to know incidence and disease intensity of white rust on chrysanthemum clones. The experiment was done in Plastichouse at Indonesian Ornamental Crop Research Institute, Segunung (1.100 m asl), from September 2002 to February 2003. Evaluations were done on 13 chrysanthemum promising clones from selection in 2000. The treatments consisted of 13 chrysanthemum promising clones namely : 116.44, 116.53, 116.57, 125.14, 130.8, 131.1, 133.59, 133.7, 133.95, 135.6, 136.1, 136.11, 150.4, var. Saraswati, and var. White Reagent. RCBD with 3 replications were used in this experiment. The results of the experiment showed that clone 136.10 indicated good characteristic, with latest of disease infection (133 days after planting), lowest disease incidence at 15 weeks after planting (12.67%), and the second lowest for disease intensity (5.08%) after clone 133.95 (4.6%). While clone 136.10 showed lowest disease intensity on harvesting time (4.44%).
Pengaruh Cara Tanam dan Metode Pinching terhadap Pertumbuhan dan Produksi Bunga Potong Anyelir S Wuryaningsih; K Budiarto; - Suhardi
Jurnal Hortikultura Vol 18, No 2 (2008): Juni 2008
Publisher : Indonesian Center for Horticulture Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jhort.v18n2.2008.p%p

Abstract

ABSTRAK. Anyelir merupakan salah satu tanaman penghasil bunga potong yang sangat penting dalam agribisnis florikultura di Indonesia. Peningkatan permintaan terhadap bunga potong ini menuntut perbaikan kualitas proses produksi yang menyangkut aplikasi teknik budidaya yang diharapkan meningkatkan produktivitas dan efisiensi pada skala usahatani. Perbaikan teknik budidaya ini antara lain perbaikan cara tanam (tata letak dan kerapatan tanaman) dan metode pinching. Penelitian dilaksanakan untuk mengetahui pengaruh tata letak dan kerapatan tanaman serta metode pinching terhadap pertumbuhan dan produksi bunga potong anyelir. Penelitian dilakukan di bawah kondisi rumah plastik di Kebun Percobaan Balai Penelitian Tanaman Hias, Segunung dari bulan September 2004 hingga Agustus 2005.  Penelitian menggunakan rancangan acak kelompok pola split-split plot dengan 3 ulangan. Petak utama adalah tata letak tanaman, yaitu zig-zag dan lurus dalam barisan. Anak petak adalah kerapatan tanaman, yaitu 25 dan 36 tanaman/m2. Sedangkan yang bertindak sebagai anak-anak petak adalah metode pinching, yaitu tunggal, 1½, dan piching ganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tata letak tanaman dalam bedengan tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi bunga anyelir. Tunas lateral lebih banyak tumbuh pada kerapatan tanaman yang lebih renggang. Namun demikian jumlah tanaman per satuan luas lebih banyak pada kerapatan tanaman yang lebih padat berkontribusi lebih nyata terhadap total produksi bunga. Perlakuan metode pinching yang diterapkan hanya berpengaruh pada jumlah tunas lateral dan panjang tangkai bunga yang dihasilkan. Metode pinching ganda memberikan jumlah tunas lateral dan panjang tangkai yang lebih tinggi secara signifikan dibandingkan metode 1½ dan pinching tunggal, namun tidak nyata pada parameter pertumbuhan dan parameter reproduktif yang lain.ABSTRACT. Wuryaningsih, S., K. Budiarto, and Suhardi. 2008. The Effects of Cultural Practices and Pinching Methods on the Growth and Flower Production on Carnation. Carnation is one of the important cut flowers in Indonesian floriculture trade. The demand of this commodity has increased significantly up to this moment. Improvement of cultural practices is needed to make the business more efficient and profitable. The research was conducted to find out the effect of plant arrangement, plant density, and method of pinching on growth and flower production of carnation. The experiment was carried out under plastichouse conditions at Segunung Research Station, Indonesian Ornamental Crops Research Institute from September 2004 to August 2005. A split-split plot randomized completely block design with 3 replications was used. The main plot was plant arrangements, namely zig-zag and straight in row pattern. The subplot was planting densities of 25 and 36 plants/m2, while the sub-subplot was pinching methods, namely single, 1½, and double pinching. The results of the experiment showed that the growth and flower production of carnation were not influenced by plant arrangement. Number of axillary buds was increased with less planting density. However, due to the higher number of plants per unit area, the number of harvested flowers was higher in the treatment of 36 plants/m2. Compared to 1½ and single pinching methods, double pinching only gave higher number of axillary buds and stalk length, but was not significant affect other growth and reproductive parameters.