Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Edukasi Manajemen Keuangan dan Costing Pergelaran Wayang Kulit Kepada Dalang Se-Solo Raya Djoko Suhardjanto; Supriyono Supriyono; Wahyu Widarjo; Agung Nur Probohudono; Setyaningtyas Honggowati; Sri Hartoko; Irwan Trinugroho
Jurnal Abdimas PHB : Jurnal Pengabdian Masyarakat Progresif Humanis Brainstorming Vol 5, No 1 (2022): Jurnal Abdimas PHB : Jurnal Pengabdian Masyarakat Progresif Humanis Brainstormin
Publisher : Politeknik Harapan Bersama

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30591/japhb.v5i1.3087

Abstract

Kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat ini bertujuan untuk memberikan edukasi tentang manajemen keuangan dan costing pergelaran wayang kulit untuk para Dalang se Solo Raya.  Tema kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini di latar belakangi oleh adanya pandemik covid-19 yang telah berlangsung selama kurang lebih 2 tahun dan berdampak pada menurunnya permintaan pergelaran wayang  karena adanya PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat. Adanya PPKM memunculkan peluang untuk melakukan pentas wayang kulit secara daring. Dalam kegiatan pengabdian masyarakat ini digunakan metode edukasi untuk memberikan pemahaman. Pemahaman tersebut dilakukan dengan pelatihan dan workshop costing untuk pergelaran wayang kulit yang dilakukan baik secara daring, luring, dan hybrid. Hasil dari kegiatan ini adalah adanya komunitas Dalang senior dan yunior yang mampu melakukan pengelolaan keuangan dan investasi untuk keberlanjutan usaha.
PRAKTIK PENGUNGKAPAN SOSIAL: STUDI KOMPARATIF DI ASIA TENGGARA Edy Supriyono; Djoko Suhardjanto
Jurnal Siasat Bisnis Vol. 17 No. 2 (2013)
Publisher : Management Development Centre (MDC) Department of Management, Faculty of Business and Economics Universitas Islam Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20885/jsb.vol17.iss2.art5

Abstract

AbstractThis research aims to examine the effect of corporate governance on the corporate social disclosure in the South East Asia companies as well as to test the difference of the level of corporate social disclosure (CSD) between three countries: Indonesia, Malaysia, and Thayland. Variables in the research are: the number of commissioners, board competence, the proportion of independent commissioners, audit committee size, the proportion of independent audit committees, and ownership of managerial. Global Reporting Initiative 2006 is used to measurement CSD. Sample in this study were drawn from the company's annual report on Indonesia Stock Exchange, Kuala Lumpur Stock Exchange, and Thayland Stock Exchange in 2009. There are a significant predictors namely the competency of the board of director, numbers of audit committee and proportion independent audit committees on corporate social disclosure. The number of commissioners, the proportion of independent commissioners, and ownership of managerial are not as determinant significant that only firms size and industry type. There are different corporate social disclosure practice in Indonesia, Malaysia and Thayland. Level of disclosure in Indonesia over an average of 40,14%, 58,52% in Malaysia, and 54,12% in Thayland. This is caused by differences in corporate governance practices in those countries.Keywords: corporate social disclosure, corporate governance, comparative study.AbstraksiPenelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh corporate governance terhadap pengungkapan sosial perusahaan pada perusahaan-perusahaan di Asia Tenggara serta untuk menguji perbedaan tingkat pengungkapan sosial perusahaan (CSD) antara tiga negara: Indonesia, Malaysia, dan Thailand. Variabel dalam penelitian ini adalah: jumlah komisaris, dewan kompetensi, proporsi komisaris independen, ukuran komite audit, proporsi komite audit independen, dan kepemilikan manajerial. Global Reporting Initiative 2006 digunakan untuk pengukuran CSD. Sampel dalam penelitian ini diambil dari laporan tahunan perusahaan di Bursa Efek Indonesia, Kuala Lumpur Stock Exchange dan Bursa Efek Thailand pada tahun 2009. Hasil penelitian menunjukkan adanya prediktor yang signifikan yaitu kompetensi dewan direktur, jumlah komite audit dan proporsi komite audit independen terhadap pengungkapan sosial perusahaan. Jumlah komisaris, proporsi komisaris independen, dan kepemilikan manajerial tidak sebagai penentu signifikan yang ukuran hanya perusahaan dan industri jenis. Ada perbedaan pengungkapan sosial perusahaan dalam praktik di Indonesia, Malaysia dan Thailand. Tingkat pengungkapan di Indonesia lebih dari rata-rata sebesar 40,14%; 58,52% di Malaysia dan 54,12% di Thailand. Hal ini disebabkan oleh perbedaan dalam praktik tata kelola perusahaan di negara-negara tersebut.Kata kunci: pengungkapan sosial perusahaan, tata kelola perusahaan, komparatif
PENGUNGKAPAN INOVASI DISRUPTIF INDUSTRI PERBANKAN INDONESIA Djoko Suhardjanto; Agung Nur Probohudono; Indrian Supheni
EKUITAS (Jurnal Ekonomi dan Keuangan) Vol 5 No 3 (2021)
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya(STIESIA) Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (254.127 KB) | DOI: 10.24034/j25485024.y2021.v5.i3.4997

Abstract

Voluntary disclosure is corporate communication to the broader public than disclosures required by capital market regulations. The disclosure of information is beneficial as a consideration in making decisions. The Disruptive innovation disclosure is a voluntary disclosure that provides information about the state of extraordinary innovation in the company. Disruptive innovation is used to describe revolutionary innovations and not evolutionary innovations (Thomond and Lettice, 2002). Outstanding innovation to expand, develop new markets and provide new functions, affecting existing market relationships. This research is critical to know the company's adaptive capacity, going concern, sustainability, and value creation. This study examines whether financial capital, human capital, and organizational capital affect the disruptive innovation disclosure. This quantitative study uses data from banking financial services companies listed on the IDX from 2015 to 2019. There are 205 data observations observed—processing and data analysis using OLS regression. Additional analysis performed was the ANOVA difference test. The results showed that the level of disruptive innovation disclosure was 30.96%. The disclosure story is low and means that adaptive and innovative power is critical in the highly competitive banking industry. Financial capital, human capital and organizational capital have a significant positive effect on the disruptive innovation disclosure.