Agit Kriswantriyono
Unknown Affiliation

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Pengembangan Ketahanan Pangan Melalui Pemberdayaan Masyarakat di Kawasan Rawan Konflik Timika Papua Rizal Syarief; . Sumardjo; Agit Kriswantriyono; Yulia Puspadewi Wulandari
Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia Vol. 22 No. 3 (2017): Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia
Publisher : Institut Pertanian Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (362.359 KB) | DOI: 10.18343/jipi/22.3.163

Abstract

Conflict handling in Papua so far is more often done with the repressive approach. The impact of conflict level is not decreasing, even international rejection is increasing. For that reason, a more humanistic approach is needed, including through empowerment. The purpose of this research is to study the community empowerment model in conflict-prone areas as an effort to realize the food security and the strategy of model replication in another area. The research method is done by action research, and SWOT analysis to formulate the strategy of model replication. The empowerment model conducted in several ways. First, gradually improve farming skills more productive-with the introduction of simple agricultural technology brings the change of community behavior from nomadic to the subsystem. Second, farming in order to provide for basic needs and also daily, weekly, monthly income as well as savings for families. Third, business development efforts by partnerships, with the government, companies, and religious institutions. The nodes of empowerment activities are conducted through the Agribusiness Training Center (ATC) that facilitates all empowerment activities. There are several things to consider in the replication model of empowerment: identification of program targets, needs assessment, institutional initiation, technology selection, assistance to the program, and partnerships with various stakeholders.
Pengembangan Pertanian dalam Mengurangi Ketimpangan Desa-Kota Menuju Penguatan Ekonomi Jawa Barat: Agricultural Development In Reducing Rural-Urban Inequality Towards Strengthening The Economy Of West Java Dahri Tanjung; Agit Kriswantriyono; Yulia Puspadewi Wulandari; Didik Suharjito; Yeti Lis Purnamadewi
Jurnal Resolusi Konflik, CSR dan Pemberdayaan (CARE) Vol. 8 No. 1 (2023): Pemberdayaan Masyarakat berbasis Inovasi Pertanian Berkelanjutan
Publisher : Center for Alternative Dispute Resolution and Empowerment (Care), Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat, IPB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Salah satu permasalahan pembangunan ekonomi Jawa Barat saat ini adalah masih tingginya ketimpangan yang terjadi antara pembangunan ekonomi di perkotaan dan pedesaan. Tahun 2022 terdapat 3.285 rural/desa dan 2.672 urban/perkotaan di Jawa Barat. Ada sebanyak 4,07 juta (7,98%) penduduk miskin di Jawa Barat, yang menyebar di pedesaan sebanyak 1,03 juta (9,75%) lebih tinggi daripada jumlah penduduk miskin di perkotaan yang sebanyak 3,02 juta (7,52%). Ketimpangan ini penting untuk segera diatasi, karena telah menjadi penyebab terus meningkatnya urbanisasi dari tahun ke tahun. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis pengembangan potensi ekonomi sektoral perdesaan untuk penguatan pembangunan ekonomi dan kehidupan yg berkelanjutan. Metode penelitian yang dilakukan adalah survey lapang ke beberapa desa di wilayah up-land-dan low-land Jawa Barat. Data primer dikumpulkan dan dianalisis menggunakan metode Sustainable Lifelihood Approach (SLA). Metode ini akan menilai perbedaan akses masyarakat pada aset: (1) aset sumberdaya alam (SDA), (2) sumber daya manusia (SDM), (3) sumberdaya ekonomi/finansial, (4) sumberdaya fisik/infrastruktur, dan (5) aset sumberdaya sosial. Hasil penelitian menunjukkan peran penting dari sumberdaya alam di pedesaan (pertanian dan laut). Sehingga pemanfaatannya menjadi potensi utama pendorong ekonomi desa. Namun keterbatasan pengetahuan dan keahlian SDM masih menjadi penghambat pengembangannya. Pada sisi sistem agribisnis, sumberdaya finansial seperti permodalan masih menjadi kendala bagi produsen. Peran pedagang perantara/agen/perusahaan menjadi sangat penting. Sementara peran pemerintah desa masih minim terkait pengembangan produk, lebih banyak peran pemerintah kota/Kabupaten, Provinsi dan Pusat. Peran BUMDES terhadap pengembangan produk unggulan desa juga terbilang minim. Dari sisi tipologi desa, wilayah dengan ciri lowland lebih kondusif dalam pengembangan agribisnis pertanian dilihat berdasarkan indikator SDM, SDI dan SDE. Sementara desa dengan tipologi upland cenderung kondusif berdasarkan indikator SDA dan SDS. Dengan demikian implikasi penelitian ini adalah: diperlukannya peningkatan potensi SDM agar mampu meningkatkan kualitas usaha tani yang lebih professional; diperlukannya peningkatan infrastruktur pendukung pengembangan komoditi unggulan di desa; serta diperlukannya dukungan pemerintah desa dengan pendampingan kepada pelaku usaha.
Uma Palak Lestari: Inovasi Sosial Program Community Development di Kota Denpasar, Bali Firmansyah, Adi; Noor Aisyah Amini; Agit Kriswantriyono; Farkha Alfa Centauri; Erly Yeniska Hermitasari; Putri Kinasih Endah Arum Adi Astiti Jati; Muhammad Saghar Septian
Jurnal Resolusi Konflik, CSR dan Pemberdayaan (CARE) Vol. 8 No. 2 (2023): Inovasi Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat
Publisher : Center for Alternative Dispute Resolution and Empowerment (CARE) IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Alih fungsi lahan pertanian, berkurangnya minat bertani, permasalahan pengairan dalam pertanian adalah berbagai masalah yang dihadapi sektor pertanian saat ini, sebagai dampak dari pembangunan kota dan perubahan iklim. Permasalahan yang sama juga terjadi di Kota Denpasar, Provinsi Bali, dimana data menunjukkan bahwa hingga akhir tahun 2022, lahan pertaniannya telah menyusut sebesar 538 ha jika dibandingkan tahun 2017. PT Pertamina Patra Niaga DPPU Ngurah Rai (Pertamina) melihat adanya potensi pada sektor pertanian, khususnya di Kecamatan Denpasar Utara yang dapat dikembangkan dengan lebih baik, di mana Kecamatan Denpasar Utara memiliki lahan pertanian terbesar dibandingkan kecamatan lain di Kota Denpasar. Selain itu, terdapat awig-awig atau peraturan Desa Adat yang melarang pengalihfungsian lahan pertanian serta masih terdapat kelompok subak yang aktif memegang adat dan tradisi, termasuk juga ibu-ibu petani produktif. Untuk itu, Pertamina mengembangkan Program Ekowisata Uma Palak Lestari sejak tahun 2020, dengan 2 kegiatan utama yaitu pengembangan ekowisata (Program Ekowisata Subak Sembung) dan pengembangan Pembangkit Listrik Mikro Hidro (Program Si Uma). Kajian ini bertujuan untuk melakukan analisa inovasi sosial terhadap program tersebut, dengan mengacu kepada Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2021 tentang Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup, yang menunjukkan hasil bahwa bahwa Program Uma Palak Lestari, memenuhi unsur-unsur inovasi sosial yang mencakup Unsur Kebaruan, Unsur Core Competency dan Transfer Pengetahuan, Efektivitas dan memenuhi Status Inovasi Sosial. Program ini memiliki dampak terhadap bidang ekonomi, dan lingkungan yang dirasakan anggota dan masyarakat sekitar, dalam bentuk tambahan pendapatan bagi anggota melalui pengembangan ekowisata Subak Sembung, pengurangan emisi karbon melalui penerapan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro dan pengurangan zat kimia terserap tanah melalui penerapan pertanian organik.