Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Optimasi Formulasi Nanoemulsi Minyak Mimba Terhadap Mortalitas Rayap Kayu Kering Menggunakan Metode Taguchi Fitri, Aulia Nur; Pradipta, Mokhammad Fajar; Cahyandaru, Nahar
Jurnal Konservasi Cagar Budaya Vol. 18 No. 1 (2024): Jurnal Konservasi Cagar Budaya
Publisher : Balai Konservasi Borobudur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33374/jurnalkonservasicagarbudaya.v18i1.329

Abstract

Konservasi kayu telah umum dilakukan oleh para konservator di lingkungan kepurbakalaan dengan menggunakan bahan tradisional dalam kegiatan konservasinya (Cahyandaru dkk., 2010). Pembasmian rayap yang menyerang cagar budaya dapat dilakukan menggunakan minyak mimba karena memiliki senyawa utama Azadirachtin (Okanlawon dkk., 2020). Pengaplikasian minyak mimba secara langsung di lapangan kurang optimal karena minyak atsiri bersifat volatil, dan mudah terdekomposisi oleh panas, kelembapan dan oksigen. Dalam ukurannya pada rentang nanometer, formula nanoemulsi minyak atsiri dapat mengurangi volatilitas, meningkatkan absorptivitas dan bioefisiensi (Katata-Seru dkk., 2017). Formulasi nanoemulsi dibuat menggunakan metode Energi Rendah Emulsifikasi Spontan dan didesain dengan metode statistik Taguchi menggunakan software Minitab 22. Stabilitas nanoemulsi minyak mimba diuji melalui pengamatan organoleptis, turbiditas, stabilitas termal, cycling test, dan uji stabilitas mekanik menggunakan sentrifugasi selama 30 menit dengan kecepatan 3800 rpm. Pengujian mortalitas rayap dilakukan dengan mengaplikasikan nanoemulsi minyak mimba dalam skala laboratorium pada rayap kayu kering. Kondisi optimum pembuatan nanoemulsi yang menghasilkan komposisi terbaik yaitu pada kondisi rasio SNES (minyak: Tween 80: PEG 400: akuades) sebesar (2,5:20:2,5:75)%, kecepatan pengadukan 2400 rpm dan waktu pengadukan 10 menit yang diperoleh dengan ukuran 15,0 nm dan menghasilkan mortalitas rayap kayu kering sebesar 90,00%. Konsentrasi minyak mimba minimum 2,5% dalam nanoemulsi telah efektif membunuh rayap. Penelitian menunjukkan bahwa nanoemulsi minyak mimba berpotensi dikembangkan sebagai pembasmi yang dapat diaplikasikan pada cagar budaya berbahan kayu.
Sintesis Nanofiber Polycaprolactone Sebagai Pelapis Pada Konservasi Kertas Arsip Aulinnashru Ilma A; Zakki Fahmi, Mochamad; Cahyandaru, Nahar
Jurnal Konservasi Cagar Budaya Vol. 18 No. 1 (2024): Jurnal Konservasi Cagar Budaya
Publisher : Balai Konservasi Borobudur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33374/jurnalkonservasicagarbudaya.v18i1.332

Abstract

Nanofiber polikaprolakton (PCL) merupakan serat ultrafine dengan ukuran nano, sehingga dapat dicetak menjadi lapisan yang sangat tipis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja nanofiber PCL ketika digunakan sebagai pelapis pada kertas arsip. Nanofiber PCL disintesis dengan metode elektrospinning pada variasi konsentrasi polimer polycaprolactone (11% – 19%). Sintesis nanofiber PCL dilakukan dengan menggunakan bahan padatan polikaprolakton dan flow rate elektrospinning sebesar 1 mL/h. Hasil uji sudut kontak menunjukkan nanofiber PCL memiliki tingkat hidrofilitas rendah dibandingkan dengan tisu Jepang. Hasil uji kekuatan tarik menunjukkan nilaielongasi nanofiber lebih besar dibandingkan dengan tisu Jepang dengan selisih sebesar 125,8%, sedangkan nilai tegangan nanofiber lebih kecil dibandingkan dengan tisu Jepang sebesar 3,28 N/mm. Hasil uji morfologi nanofiber PCL menunjukkan ukuran serat nano lebih kecil dibandingkan serat tisu Jepang. Hasil uji gugus fungsi nanofiber PCL menunjukkan adanya karakter khusus dari PCL yaitu adanya gugus peregangan C-O, peregangan asimetris jembatan C-O-C, deformasi CH2, dan ikatan ester karbonil (C=O). Hasil uji termal menunjukkan nanofiber PCL terdegradasi pada suhu 310-467℃ dengan penurunan berat sebesar 93%. Sifat hidrofilitas dan fleksibilitas PCL yang lebih baik dari tisu jepang didukung dengan opasitas yang baik pada laminasi kertas, menjadikan nanofiber PCL sebagai alternatif yang menjanjikan untuk konservasi kertas arsip.
Exploring Local Plant-Based Antimicrobials for Conservation of Art and Cultural Objects in Indonesia: A Review Baroroh, Septiyana; Cahyandaru, Nahar
3BIO: Journal of Biological Science, Technology and Management Vol. 7 No. 2 (2025)
Publisher : School of Life Sciences and Technology, Institut Teknologi Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5614/3bio.2025.7.2.6

Abstract

Indonesia possesses a rich collection of art and cultural objects made from both organic and inorganic materials, which are highly susceptible to biodeterioration, particularly in the warm and humid tropical climate. Microorganisms are one of the primary causes of deterioration, leading to structural degradation, aesthetic changes, and the loss of historical and cultural value. Therefore, effective conservation strategies are needed to control the growth of microorganisms in conservation. This study examines various local plants used in traditional conservation in Indonesia, analyzing their bioactive compounds, effectiveness, and antimicrobial activity through a literature review. This study reviews various local plants used in traditional conservation in Indonesia by integrating ethnobotanical and microbiological conservation data from scientific literature. The analysis focuses on identifying bioactive compounds, reported antimicrobial activity, and their relevance to cultural material conservation. Findings indicate that Indonesian plants such as lemongrass, tobacco, clove, and nutmeg contain bioactive compounds with proven antimicrobial properties against microorganisms such as eugenol, alkaloids, citral, geraniol, monoterpenes and flavonoids. Although traditional conservation practices have been applied for a long time and have shown effectiveness, some of these practices lack scientific validation and require further research. Plant-based materials also generally have lower efficacy than synthetic chemicals, necessitating enhancement strategies such as nanoparticle technology. Further studies are essential to identify the mechanisms of active compounds in inhibiting microbial growth on cultural heritage objects, their long-term effectiveness, and their impact on various types of cultural materials. This study highlights the potential of local plants as antimicrobial agents in conservation of art and cultural objects. Further research is needed to optimize their application in modern conservation practices.