Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

KONDISI TELUR PADA BERBAGAI BAGIAN CABANG KARANG Acropora nobilis Chair Rani; Dedi Soedharma; Ridwan Affandi; , Suharsono
Jurnal Ilmu-Ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia Vol. 11 No. 1 (2004): Juni 2004
Publisher : Institut Pertanian Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (301.031 KB)

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui distribusi telur menurut tingkat perkembangannya, rataan jumlah telur per polip dan proporsi polip yang reproduktif pada berbagai bagian cabang karang A. nobilis. Sebanyak 10 koloni A. nobilis yang berdiameter > 15 cm diambil contohnya secara acak di bagian barat laut perairan terumbu karang Pulau Barrang Lompo, Kepulauan Spermonde, Makassar pada tanggal 27 Januari 2002 (satu hari sebelum bulan purnama). Polip dari tiga bagian cabang (apikal, tengah dan basal) diperiksa jumlah telur yang dikandungnya secara histologis. Terdapat interaksi antara pertumbuhan dan reproduksi terhadap alokasi sumber daya pada berbagai bagian koloni karang. Alokasi sumber daya terhadap fungsi biologi tertentu akan mengorbankan fungsi biologi lainnya. Pertumbuhan karang yang terlokalisasi pada bagian tertentu suatu koloni karang berhubungan dengan rendahnya aktivitas reproduksi. Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan yang nyata (p < 0.001) distribusi telur menurut tingkat perkembangannya pada berbagai bagian cabang karang. Bagian tengah cabang memiliki proporsi polip karang yang berkaitan dengan lokasi energi untuk pertumbuhan yang lebih reproduktif (100%) dengan kandungan rataan jumlah telur yang lebih tinggi (5.22 butir/potongan polip) dibanding bagian apikal dan basal cabang.Kata kunci: Distribusi, telur, cabang karang, Acropora nobilis
PERIKANAN DAN TERUMBU KARANG YANG RUSAK: BAGAIMANA MENGELOLANYA? Chair Rani
Bionatura Vol 5, No 2 (2003): Bionatura Juli 2003
Publisher : Direktorat Sumber Daya Akademik dan Perpustakaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (328.45 KB)

Abstract

Terumbu karang telah mengalami degradasi yang serius oleh berbagai aktivitasmanusia. Di sisi lain, nelayan pesisir sangat bergantung pada perikanan terumbukarang. Terumbu karang memberikan beberapa fungsi ekologi terhadap biotalaut (ikan dan invertebrata), yaitu sebagai daerah pemijahan, daerahpembesaran, dan daerah mencari makan. Terumbu karang yang sehat denganstruktur bio-fisik yang kompleks akan menyediakan makanan yang maksimalterhadap pelbagai organisme, menyediakan mikrohabitat yang baik untukberlangsungnya proses-proses reproduksi dan perlekatan larva, dan memberiperlindungan fisik dari predator (khususnya untuk larva). Kerusakan terumbukarang akan memberikan pengaruh tidak hanya berupa penurunan keragamanhayati tetapi juga berdampak sosial-ekonomi bagi masyarakat pesisir (nelayan).Oleh karena itu, diperlukan kegiatan-kegiatan yang terkait dengan usaha-usahaagar dapat membatasi kerusakan tersebut (regulasi), dan melindungi ataumelakukan restorasi terhadap terumbu karang yang rusak.
Aplikasi Metode Multycriteria Decision Making (MCDM)dengan Teknik Pembobotan Dalam Mengidentifikasi dan Mendesain Kawasan Konservasi Perairan Daerah di Kabupaten Luwu Utara, Provinsi Sulawesi Selatan Chair Rani; M. Natsir Nessa; Ahmad Faizal; M. Farid Samawi
Jurnal IPTEKS Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Vol. 1 No. 2 (2014)
Publisher : Hasanuddin University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1780.473 KB) | DOI: 10.20956/jipsp.v1i2.69

Abstract

The study, in 2012, has successfully formulated with the MCDM for each allocation of  space in KKPD allotment (core areas, sustainable fisheries zone, used zone, and other zones). This weighting techniques need to be tested and  be implemented in identifying and designing the KKPD in the study area. This study aims to identify and map the biophysical conditions and the potential of coastal and marine natural resources in marine conservation area candidate, North Luwu Regency; to identify the areas suitable for the KKPD based on weighting technique with the MCDM method; and to evaluate potential candidates for marine protected areas in the coastal region. This study used a survey method to perform in  situ measurements of physico-chemical parameters, conducted a survey of coastal ecosystems using the transect method. The socio-economic data of coastal communities were collected using the questionnaire. The biophysical conditions and marine resources were analyzed using descriptive statistical methods. The results showed that the candidate region has a rich diversity  of coastal ecosystems, but the ecosystem, particularly seagrass beds and coral reefs have been in damaged category. Only the mangrove ecosystem that was still in a good condition category with moderate-to-heavy levels of density. There were 6 species of seagrasses and 6 species of mangroves and 71 species of reef fish. It was discovered 2 regions  corresponding to the allotment of the Core Zone, which is in the Region I and III with the total area of 654.22 hectares. For sustainable fisheries zone, Region  II and IV would be the first choice with the total area of 620.27 hectares. The Used Zone was identified in the Region V with total area of 480.66 hectares. The total area of the region was equal to 1755.15 hectares. Marine protected areas of was suggested to the protection of coastal ecosystems including mangroves, seagrass beds, and coral reefs and its associated biota, especially the protection of local feeding ground of several species (sea turtles and dugongs). 
Prediksi Daerah Potensial Penangkapan Ikan Pelagis Besar di Daerah Kabupaten Mamuju Safruddin Safruddin; Mukti Zainuddin; Chair Rani
Jurnal IPTEKS Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Vol. 1 No. 2 (2014)
Publisher : Hasanuddin University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (700.287 KB) | DOI: 10.20956/jipsp.v1i2.72

Abstract

Large pelagic species such as tuna are known to be abundant in Mamuju Waters,  Makassar Strait.  The distribution and abundance of the fish in that area are expected to be  related to the distributions of sea surface temperature and chlorophyll-a concentration. This study aims to predict spatial and temporal distribution of the species during the period of June 2013-May 2014.  Probability indices used for detection of tuna potential fishing zones (PFZs) were constructed from a model of satellite-based SST and chlorophyll data in relation to tuna fishery. Results showed that the occurrence of tuna species in Mamuju Water were mostly predicted in areas of 118°12’-118°48’ E 1°48’ – 2°30’S with the total area of approximately 7,495 km2.   The potential fishing zones were mainly found in August.  It was likely that tuna potential fishing zones associated with the preferred oceanographic factors throughout the study area.
Skrining Metabolit Sekunder pada Sirip Ekor Hiu Carcharhinus melanopterus Andi Annisar Dzati Iffah; Chair Rani; Muhammad Farid Samawi
Prosiding Simposium Nasional Kelautan dan Perikanan Vol. 5 (2018): PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL V KELAUTAN DAN PERIKANAN UNHAS
Publisher : Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan (FIKP), Universitas Hasanuddin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (581.063 KB)

Abstract

Hiu merupakan ikan laut yang banyak dimanfaatkan metabolit primernya untuk kebutuhan konsumsi, sedangkan senyawa metabolit sekunder khususnya pada bagian sirip hiu dikatakan memiliki banyak manfaat di bidang kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui golongan senyawa metabolit sekunder pada sirip ekor hiu Carcharhinus melanopterus. Pengambilan sampel dilakukan di Pangkalan Pendaratan Ikan Paotere Kota Makassar. Sampel yang diambil adalah bagian sirip ekor ikan hiu jenis Carcharhinus melanopterus. Ekstraksi dilakukan dengan metode maserasi dengan pelarut metanol, kloroform dan dan n-heksan p.a. Hasil ekstrak yang diperoleh dari proses maserasi (metanol:.1,03%, kloroform: 0,49%, dan n-heksan: 0,034%). Pada ekstrak C. melanopterus menggunakan ketiga pelarut diidentifikasi golongan senyawa metabolit sekunder jenis alkaloid, flavonoid, saponin, steroid, dan poliphenol. Hasil identifikasi senyawa metabolit sekunder pada ekstrak sirip C. melanopterus dilakukan dengan uji warna. Skrining senyawa metabolit sekunder yang didapatkan pada ekstrak dengan pelarut metanol yaitu senyawa flavonoid dan saponin, pada ekstrak dengan pelarut kloroform mengandung senyawa saponin, sedangkan pada ekstrak dengan pelarut n-heksan positif mengandung senyawa alkaloid; flavonoid; dan saponin. Berdasarkan hasil uji warna terhadap identifikasi golongan senyawa terhadap ketiga jenis pelarut positif mengandung senyawa saponin sedangkan nilai negatif pada keberadaan senyawa steroid dan poliphenol. Kata Kunci: Carcharhinus melanopterus, Sirip Hiu, Metabolit Sekunder, Ekstraksi, Uji Warna. 
KELIMPAHAN JENIS PLANKTON DI PERAIRAN MUARA SUNGAI PANGKEP SULAWESI SELATAN Nurfadilah Nurfadilah; Chair Rani; Muhammad Lukman
Jurnal Kelautan, Lingkungan, dan Perikanan Vol 1 No 2 (2020): MANFISH JOURNAL
Publisher : Jurusan Ilmu Kelautan dan Perikanan Politeknik Negeri Pontianak

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (344.483 KB) | DOI: 10.31573/manfish.v1i02.111

Abstract

Kualitas air mempunyai peranan penting dalam meningkatkan laju pertumbuhan dan kehidupan ekosistem laut dan pesisir di perairan akan tetapi seringkali mengalami ketidak stabilan diakibatkan karena perubahan struktur dan tingkat kelimpahan plankton. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji persentasi kelimpahan plankton, dominansi jenis plankton pada lokasi pengamatan dan membandingkan persentasi kelimpahan di muara sungai dan perairan pulau. Sampel plankton kemudian dianalisa untuk komposisi jenis, dan persentasi kelimpahan jenis pada setiap lokasi. Hasil menunjukkan bahwa komposisi jenis tertinggi di dapatkan di muara sungai Labakkang (0,67%) dan Pangkep (60%), sedangkan persentasi kelimpahan tertinggi didapatkan jenis Chetoceros di muara Labakkang, Barru dan Pangkep sedangkan perairan pulau persentasi kelimpahan plankton jauh lebih rendah dari muara sungai.
CORAL REEF CONSERVATION INDEX IN SAMALONA ISLAND, CITY OF MAKASSAR Pangadongan, Aksel Willyam Reynaldi; Chair Rani; Abdul Rasyid J
Jurnal Ilmu Kelautan SPERMONDE VOLUME 11 NUMBER 1, 2025
Publisher : Hasanuddin University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35911/jiks.v11i1.42047

Abstract

This study sought to evaluate the quality of benthic organisms and coral fish, as well as analyze the coral reef conservation index in the waters surrounding Samalona Island. The research was conducted in the northern, southern, and western waters of Samalona Island, encompassing five reef zones: reef flat, reef crest, upper and lower reef slopes, and reef base. The line intercept transect (LIT) method was employed in conjunction with the belt transect for the collection of benthic data, while the underwater visual census (UVC) was utilized for capturing reef fish data. Further assessments of the quality of benthic organisms and reef fish were conducted using the suspension technique outlined by McMellor (2007). The findings indicated that the quality of coral reef organisms on Samalona Island was suboptimal, with scores of 21, 19, and 28 for the southern, western, and northern sides, respectively. The quality of reef fish was categorized as moderate-low, with scores of 27, 31, and 33 on the southern, western, and northern sides of the island, respectively. Consequently, the coral reefs in the waters surrounding Samalona Island were evaluated using the D3–D4 conservation index for both the southern and western sides of the island. Although the northern side has a conservation index of E3 and includes degraded habitat, it is not recommended for designation as a conservation area.