Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Potensi Sumberdaya Arkeologi Maritim di Pesisir Pantai Tejakula, Buleleng, Bali Wayan Sumerata; Gendro Keling; Ati Rati Hidayah
Berkala Arkeologi Sangkhakala Vol 20 No 1 (2017)
Publisher : Balai Arkeologi Sumatera Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1942.893 KB) | DOI: 10.24832/bas.v20i1.70

Abstract

AbstractTejakula has long been attracted a number of researchers as a potential site to be developed. The site is located along the coast of North Bali which, according to several sources, was part of a sailing route for ships to and from other areas in the Indonesian Archipelago and even foreign places. Among the research locations are Pantai Bangsal (Bangsal Coast) Site at the hamlet of Geretek Beberapa (Dusun Geretek) and along Bondalem Beach. The method of data collections were bibliographical study, land survey, and underwater exploration using SCUBA Diving technique. Results of this research include information about the contour and condition of the ocean floor of Sambirenteng, which are trough and muddy, as well as the finding of traces of a rock structure and pottery on Bangsal Coast, Geretek Hamlet, Sambirenteng Village. The structure and pottery show that there were activities on the coast area that were related to harbor or habitation. Furthermore, there are also prehistoric pottery finds, which are now submerged under the water because of severe beach abrasion at the village of Bondalem.AbstrakSitus Tejakula sejak dulu sudahdilirik oleh peneliti sebagai situs yang potensial untuk dikembangkan. Situs ini berada di kawasan pesisir Pantai Bali Utara yang menurut beberapa sumber merupakan jalur pelayaran bagi kapal dari berbagai wilayah lain di Nusantara bahkan dari luar negeri. Beberapa titik lokasi penelitian ini antara lain adalah Situs Pantai Bangsal di Dusun Geretek, dan Sepanjang Pantai Bondalem. Metode Pengumpulan data dilakukan dengan studi pustaka, survei berupa observasi di darat dan juga di bawah air dengan menggunakan teknik SCUBA Diving. Hasilnya diperoleh kontur dan kondisi dasar laut Sambirenteng yang berupa palung dan berlumpur, serta temuan bekas struktur berupa batu padas di Pantai Bangsal, Dusun Geretek, Desa Sambirenteng. Temuan struktur dan gerabah ini memperkuat adanya aktifitas di sekitar pantai yang terkait dengan aktivitas pelabuhan atau permukiman. Selain itu temuan gerabah dari masa prasejarah yang kondisi saat ini di bawah permukaan air karena abrasi pantai yang parah di Desa Bondalem.
JEJAK AUSTRONESIA DI SITUS GUA GEDE, PULAU NUSA PENIDA, BALI Ati Rati Hidayah
Forum Arkeologi VOLUME 30, NOMOR 1, APRIL 2017
Publisher : Balai Arkeologi Bali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1112.034 KB) | DOI: 10.24832/fa.v30i1.159

Abstract

The spread of Austronesian-speaking people to Southeast Asia and the Pacific Island happened about 3.500- 4.000 years ago through some routes. Nusa Penida Island located at a strategic place, at the edge of western route to eastern route or vice versa. So that, it is interesting to be studied. This research aims to trace the trail of Austronesian speakers occupancy in Gua Gede Site. The research method uses pottery residue analysis and context of the overall findings quantity. The finding of pottery at Gua Gede Site indicates the existence of Austronesian speakers at the site. Gua Gede was occupied by Austronesia speakers around 3.051±25 BP. Based on the result of the pottery residue analysis, plant utilization had been done and there was indication of subsistence alteration from hunting and food gathering to simple farming. Penyebaran penutur Austronesia ke wilayah Kepulauan Asia Tenggara dan Kepulauan Pasifik berkisar antara 3.500-4.000 tahun yang lalu melalui beberapa jalur. Pulau Nusa Penida terletak di wilayah yang strategis di ujung perbatasan jalur barat menuju ke timur atau sebaliknya, sehingga menarik untuk diteliti. Penelitian ini bertujuan untuk melihat adanya jejak penghunian Situs Gua Gede oleh Penutur Austronesia. Metode penelitian menggunakan analisis residu gerabah dan konteks kuantitas temuan secara keseluruhan. Temuan gerabah di Situs Gua Gede mengindikasikan adanya penghunian penutur Austronesia di situs tersebut. Gua Gede dihuni oleh penutur Austronesia pada 3.051±25BP. Berdasarkan dari hasil analisis residu gerabah, telah dilakukan pemanfaatan tumbuhan dan terdapat indikasi perubahan subsistensi dari berburu dan mengumpulkan makanan menjadi bercocoktanam sederhana.
GUA GEDE NUSA PENIDA DALAM KERANGKA HUNIAN PRASEJARAH DI INDONESIA Ati Rati Hidayah
Forum Arkeologi VOLUME 23, NOMOR 2, AGUSTUS 2010
Publisher : Balai Arkeologi Bali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2216.886 KB) | DOI: 10.24832/fa.v23i2.260

Abstract

SISA FAUNA SITUS GUA GEDE NUSA PENIDA BALI: STUDI PENDAHULUAN Ati Rati Hidayah
Forum Arkeologi VOLUME 24, NOMOR 2, AGUSTUS 2011
Publisher : Balai Arkeologi Bali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3435.626 KB) | DOI: 10.24832/fa.v24i2.135

Abstract

AKTIVITAS MASA LALU MASYARAKAT PENDUKUNG SITUS DORO MPANA, DOMPU Ni Putu Eka Juliawati; Sonny Chr. Wibisono; Luh Suwita Utami; Ati Rati Hidayah; Nyoman Rema
AMERTA Vol. 37 No. 2 (2019)
Publisher : Badan Riset dan Inovasi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstract, Past Community Activities in Doro Mpana Site, Dompu. Research at Doro Mpana Site started with a report from the Head of Kandai Satu Village about the findings of a number of objects which are suspected of being archaeological remains in the form of earthenware fragments, ceramics, metal objects, human bone fragments, and Batu Dimpa. Batu Dimpa is a term given by the community for flat stones which are believed to be ancient grave markers. The purpose of this study was to determine the activities carried out by the community of Doro Mpana Site in the past. Data was collected through excavation, survey, and interview methods. Data were analyzed using specific analysis that focused on the physical characteristics of artifacts and contextual analysis related to the connection between archeological data. Three excavation squares were opened in this first phase of research. The results of excavation are earthenware fragments, foreign ceramic fragments, andesite stones, Batu Dimpa, brick structures, and human bone fragments. In the past, Doro Mpana site was once used for burial. Foreign ceramics findings show that the community in the past had been in contact with the outside world in trade relations. Utilization of Doro Mpana as a settlement in more recent time is supported by brick findings and some historical records. Keywords: Doro Mpana, Dompu, Batu Dimpa   Abstrak, Penelitian di Situs Doro Mpana diawali dengan laporan Lurah Kandai Satu tentang temuan sejumlah benda yang diduga merupakan tinggalan arkeologi berupa fragmen gerabah, keramik, benda logam, fragmen rangka individu manusia, dan Batu Dimpa. Batu Dimpa adalah sebutan masyarakat untuk batu pipih yang dipercaya merupakan penanda kubur kuno. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui aktivitas masyarakat pendukung Situs Doro Mpana pada masa lalu. Pengumpulan data dilakukan dengan metode ekskavasi, survei, dan wawancara. Data dianalisis dengan menggunakan analisis khusus yang menitikberatkan ciri fisik artefak dan analisis kontekstual yang berkaitan dengan hubungan antardata arkeologi. Tiga buah kotak ekskavasi dibuka dalam penelitian tahap pertama ini. Adapun hasil ekskavasi adalah berupa fragmen gerabah, fragmen keramik asing, batu andesit, Batu Dimpa, struktur bata, dan fragmen tulang individu manusia. Pada masa lalu Situs Doro Mpana pernah dimanfaatkan untuk penguburan. Temuan keramik asing menunjukkan bahwa masyarakat pada masa lalu telah mengadakan kontak dengan dunia luar dalam hubungan perdagangan. Pemanfaatan Doro Mpana sebagai permukiman pada masa yang lebih muda didukung temuan bata dan catatan sejarah. Kata Kunci: Doro Mpana, Dompu, Batu Dimpa