Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

EKSISTENSI SENI HIAS RUMAH TRADISIONAL KUDUS Arif Suharson; Dharsono Dharsono; Bambang Sunarto; Nanik Sri Prihatin
Corak : Jurnal Seni Kriya Vol 10, No 1 (2021): MEI 2021
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/corak.v10i1.5502

Abstract

This study aims to understand the existence of Kudus traditional house decorative art that is formed in conjunction with the culture that enters the cultural life of the Kudus people. The presence of decorative art has an important meaning for the community because it is closely related to the noble values that become a learning vehicle for the next generation. Decorative art in Kudus traditional house made with a variety of decorative diversity that is behind it is a form of strong cultural perspective. The decorative art is deliberately made to have beautiful forms of stilisasi, magnificent but also related to the meaning of symbols. Grounded research with three steps of activity simultaneously, namely:  data reduction, data presentation, and verification or withdrawal of conclusions with inter-pretative model analysis conducted to produce valid research. As a result of human culture, the phenomenon of artifacts is certainly inseparable from the sociocultural context in art. The decorative art of Kudus traditional house characterized by coastal culture was born with the strengthening of socio-economic progress of the community with the concept of "gusjigang" “bagus, ngaji, and dagang” that upholds the values of teachings in Islam.Penelitian ini memiliki tujuan untuk memahami eksistensi seni hias rumah tradisional Kudus yang terbentuk bersamaan dengan budaya yang masuk dalam kehidupan budaya masyarakat Kudus. Kehadiran seni hias memiliki arti penting bagi masyarakat karena berkaitan erat dengan nilai-nilai luhur yang menjadi wahana pembelajaran bagi generasi penerusnya. Seni hias pada rumah tradisional Kudus yang dibuat dengan keberagaman ragam hias yang melatarbelakanginya merupakan wujud perspektif budaya yang kuat. Seni hiasnya sengaja dibuat agar memiliki bentuk-bentuk stilasi yang indah, megah, tetapi juga berkaitan dengan makna simbol. Pendekatan grounded research dengan tiga langkah kegiatan secara bersamaan, yaitu: reduksi data, penyajian data, dan verifikasi atau penarikan simpulan dengan  analisis model interpretatif dilakukan untuk menghasilkan penelitian yang valid. Sebagai hasil kebudayaan manusia, fenomena artefak ini sudah barang tentu tidak dapat dipisahkan dari konteks sosiokultural dalam berkeseniannya. Seni hias rumah tradisioal Kudus yang bercirikan budaya pesisiran lahir dengan menguatnya kemajuan sosial ekonomi masyarakat dengan konsep “gusjigang” “bagus, ngaji, dan dagang” yang memegang teguh nilai-nilai ajaran dalam agama Islam.
PENCIPTAAN SELENDANG BATIK SRI KUNCORO KHAS BUDAYA SAMIN MARGOMULYO BOJONEGORO Sugeng Wardoyo; Tri Wulandari; Guntur Guntur; Dharsono Dharsono; Zulkarnain Zulkarnain
Gorga : Jurnal Seni Rupa Vol 10, No 2 (2021): Gorga : Jurnal Seni Rupa
Publisher : Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/gr.v10i2.28123

Abstract

The focus of this creation is to design batik motifs for the distinctive scarves of the Samin Margomulyo Bojonegoro community with a source of inspiration from the noble teachings of Samin Surosentiko. So far, there have been no scarf artefacts with the characteristic batik motif of the Samin Margomulyo community. The method used is the method of creating practice-based research and combined with art creation methods. . This creation aims to design, create, and realize a scraves with Sri Kuncoro batik motifs to explore the culture of the people of Samin Margomulyo Bojonegoro. This stage of research begins with data collection, data analysis, and the presentation of analytical results. The analysis results will be used for product design materials, starting from pre-design, design, embodiment, and presentation. The results of this study in the form of Sri Kuncoro batik scarves functioned as a complement and identity of people's clothing Samin Margomulyo. The Sri Kuncoro batik motif means a hope for the bride and groom to get adequacy of halal windfall and happiness and inner peace in fostering home life.Keywords: scarves, batik, culture, samin margomulyo. AbstrakFokus penciptaan ini adalah merancang motif batik untuk selendang khas masyarakat Samin Margomulyo Bojonegoro dengan sumber inspirasi dari ajaran luhur Samin Surosentiko. Selama ini belum ditemukan artefak selendang dengan ciri khas motif batik masyarakat Samin Margomulyo. Metode yang digunakan adalah metode penciptaan practice based research dan dikombinasi dengan metode penciptaan seni. Tujuan penciptaan ini adalah merancang, menciptakan, dan mewujudkan selendang dengan motif batik Sri Kuncoro denagn mengeksplorasi budaya masyarakat Samin Margomulyo Bojonegoro. Tahapan penelitian ini diawali dengan pengumpulan data, analisis data, dan penyajian hasil analisis. Hasil analisis akan dipergunakan untuk bahan perancangan produk, dimulai dari pra perancangan, perancangan, perwujudan, dan penyajian. Hasil penelitian ini berupa selendang batik Sri Kuncoro yang difungsikan sebagai pelengkap dan identitas busana masyarakat Samin Margomulyo. Motif batik Sri Kuncoro memiliki arti sebuah pengharapan bagi pengantin untuk mendapatkan kecukupan rejeki yang halal dan kebahagiaan serta ketentraman batin dalam membina kehidupan rumah tangga.Kata Kunci: selendang, batik, budaya, samin margomulyo. Authors:Sugeng Wardoyo : Institut Seni Indonesia YogyakartaTri Wulandari : Institut Seni Indonesia YogyakartaGuntur : Institut Seni Indonesia SurakartaDharsono : Institut Seni Indonesia SurakartaZulkarnain : Institut Seni Indonesia Surakarta References:Anfalia, R., Rachmawati, Y., & Yulindrasari, H. (2020, February). Values and characters of the Samin society. In International Conference on Educational Psychology and Pedagogy-" Diversity in Education"(ICEPP 2019) (pp. 220-223). Atlantis Press.Delila, T., & Wiratma, S. (2017). Kerajinan Batik Dan Perkembangany Studi Kasus Pada Ardhina Batik Medan. Gorga : Jurnal Seni Rupa, 6(2), 89. https://doi.org/10.24114/gr.v6i2.11026.Febrasari, A., Dartono, F. A., & Santoso, R. E. (2018). Batik Tulis Padang Lamun (Padang Lamun Sebagai Sumber Ide Perancangan Batik Tulis Untuk Selendang Sutra). Corak, 7(2), 163–172. https://doi.org/10.24821/corak.v7i2.2683.Hanifah, U. (2019). Transformasi Sosial Masyarakat Samin Di Bojonegoro (Analisis Perubahan Sosial dalam Pembagian Kerja dan Solidaritas Sosial Emile Durkheim). Jurnal Sosiologi Agama: Jurnal Ilmiah Sosiologi Agama dan Perubahan Sosial, 13(1), 41–74. https://doi.org/http//dx.doi.org/10.14421/.Hendriyana, Husen, (2018). Metodologi Penelitian Penciptaan Karya.   Bandung: Sunan Ambu Press.Huda, K. (2020). Peran Perempuan Samin dalam Budaya Patriarki di Masyarakat Lokal Bojonegoro. Sejarah dan Budaya: Jurnal Sejarah, Budaya, dan Pengajarannya, 14(1), 76–90. https://doi.org/10.17977/um020v14i12020p76.Huda, K., & Wibowo, A. M. (2013). Interaksi Sosial Suku Samin Dengan Masyarakat Sekitar (Studi Di Dusun Jepang Desa Margomulyo Kecamatan Margomulyo Kabupaten Bojonegoro). Jurnal Agastya, 3(1), 127–148.Ishwara, H., L.R.Yahya, & Moeis, X. (2011). Batik Pesisir Pusaka Indonesia, Koleksi Hartono Sumarsono. Jakarta: KPG Kepustakaan Populer Gramedia.Kartika, Dharsono Sony. (2016). Kreasi Artistik, LPKBN. Solo: Citra Sains.Leavy, P. (2015). Method Meets Art, Second Edition: Arts-Based Research Practice (Second). https://books.google.com/books?hl=en&lr=&id=BOJdBgAAQBAJ&pgis=1 (diakses tanggal 01 Januari 2020).Miles, M. B., & Huberman, A. M. (1992). Analisis Data Kualitatif: Buku Sumber Tentang Metode-Metode Baru. Jakarta: UI Press.Munawaroh, S., Ariyani, C., & Suwarno. (2015). Etnografi Masyarakat Samin di Bojonegoro (Potret Masyarakat Samin Dalam Memaknai Hidup). Yogyakarta: Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) Yogyakarta.Prayudi, Susilo, E., & Prastiwi. D. (2017). Samin: Bojonegoro dan Dunia. Bojonegoro: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Bojonegoro.Sari, P. C., H, S. R., & S, R. E. (2019). Perancangan Batik Dengan Inspirasi Cengkeh Dan Pace Untuk Selendang. Ornamen Jurnal Kriya, 16(01), 15–23.Wardoyo, S. (2019). Motif Batik Untuk Udheng Masyarakat Samin Dusun Jepang Kabupaten Bojonegoro. 3rd International and Interdisciplinary Conference on Arts Creation and Studies (IICACS 2019), 3rd IICACS, 185–199.Wulandari, T. (2021). Eksistensi Batik Encim Dalam Arena Produksi Kultural Di Pekalongan. Gorga : Jurnal Seni Rupa, 10(1), 164. https://doi.org/10.24114/gr.v10i1.25255.
Design paradigm and syntagm of woven bamboo packaging (besek) Andika Agung Sutrisno; Bambang Sunarto; Dharsono Dharsono
Bahasa dan Seni: Jurnal Bahasa, Sastra, Seni, dan Pengajarannya Vol 50, No 1 (2022)
Publisher : Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (508.241 KB) | DOI: 10.17977/um015v50i12022p128

Abstract

Design paradigm and syntagm of woven bamboo packaging (besek)Abstract: Communication becomes a powerful means of cultural diffusion and an alternative choice for the community. Recently, modern society has been observed to be highly consumeris­tic, where the image becomes a consideration in the decision-making to pur­chase. Visual design on the packaging has an effect on consumers' purchasing decisions. The traditional woven bamboo packaging (besek) has an exciting phenomenon in modern society today (urban). The qualitative approach was used with narrative construction or textual de­scriptions of phenomena. Formal analysis and sign interpreta­tion were used to answer research problems. The formal analytical method was used to identify the way syntag­matic shapes produce paradigms in meaning. The alternative modern packaging that follows the recent developments does not significantly replace the presence of besek as a medium to come to the collective memory of the target audi­ence. Besek is a small part of existing past cultural products that compete with the modern packaging para­digm. Every past cultural product that successfully maintains its existence enables the establishment of an image and becomes a bridge to collective memory in the contempo­rary era.Keywords: paradigm, essence, memory  colective, design, packagingParadigma dan syntakmatik desain kemasan anyam bambu (besek)Abstrak: Komunikasi menjadi sarana difusi budaya, sekaligus alternatif pilihan bagi masya­ra­kat. Fenomena pada masyarakat modern kapitalis adalah konsumerisme yang sangat ting­gi, dimana citra menjadi preferensi dalam menimbang sebuah keputusan untuk membeli. Visual desain pada kemasan memiliki pengaruh kepada konsumen dalam ke­putusan pembelian. Kemasan produk masa lalu (besek) memiliki fenomena menarik di masya­rakat modern kini (urban). Pendekatan kualitatif digunakan dalam konstruksi naratif atau deskripsi tekstual atas fenomena. Analisis formal dan pendekatan inter­pretasi tanda digunakan untuk menjawab permasalahan penelitian. Metode analisis formal yang digunakan guna untuk mengetahui bagaimana bentuk secara syntakmatik yang akan menghasilkan paradigma dalam makna. Medium produk budaya masa lalu (besek) yang memiliki alternatif kemasan dengan wujud yang konvensional, mengikuti perkembangan ternyata tidak secara signifikan mengantikan kehadiran sebagai medi­um untuk masuk kedalam memori kolektif khalayak sasaran. Besek merupakan bagian kecil dari produk budaya masa lalu yang eksistensinya masih bertahan dengan segala pradig­ma kemasan modern yang bersaing. Produk budaya masa lalu dalam wujud apa­pun yang eksisten­sinya bertahan, secara esensial sangat memungkinkan memben­tuk citra dan menjadi jembatan kedalam memori kolektif di era kontemporer.Kata kunci: paradigma, esensi, memori kolektif, desain, kemasan
Analisis Hermeneutika Maskot Osi dan Ji Paku Kusuma; Dharsono Dharsono; Martinus Dwi Marianto; Guntur Guntur
Mudra Jurnal Seni Budaya Vol 37 No 3 (2022)
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31091/mudra.v37i3.1889

Abstract

Osi and Ji are city mascots that were inaugurated at the end of 2016 by the city government of Malang in conjunction with the celebration of its 103rd anniversary. The mascots which are resulted from a contest were made by Papang Jakfar and won through several stage stages process including presentation from hundreds of participants. This brings its own fascination as the use of mascots as city icons has not been so popular in Indonesia due to the complex composition of its creation process, from its relationship with the culture, resources, community characteristic to infrastructure facilities of a city. This complexity is summed up in the form of a city mascot as a paradox. Form in hermeneutics is text and can be viewed polisemically, so interpretation becomes a central problem. Thus, hermeneutics aims to verstehen (comprehend) through the method of abduction, not just interpreting. Interpretation is always a reconstruction of the meaning of a text. Analysis with hermeneutics method becomes an immanent part in the mascot's profanity as a design product, mascot's form is an entity created from the results of thinking in design that is loaded with consideration and ability of a qualified individual. Osi and Ji mascots are specifically analyzed by applying Paul Ricouer's theory of Hermeneutics, in which hermeneutics can be brieflydefined as a theory or philosophy of interpretation of meaning that analyzes the various symbols in its form. The objective of the research is to analyze more deeply and interpret the existing circumstances or relationships, ongoing processes, ongoing effects or emerging phenomena, since the results of the Osi and Ji analysis generate to a new knowledge formed from various entities.
TRANSFORMASI ESTETIK SENI KRIYA; KELAHIRAN DAN KRIYA MASA KINI Riswel Zam; Dharsono Dharsono; Timbul Raharjo
Gorga : Jurnal Seni Rupa Vol. 11 No. 2 (2022): Gorga : Jurnal Seni Rupa
Publisher : Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/gr.v11i2.36026

Abstract

This paper discusses the aesthetic transformations in craft art.  The discussion focuses on craft art as a form of socio and cultural bonding in the past that developed into a part of individual culture and a means of self-expression in the present.  Studies are conducted on aesthetic components, such as the form, purpose, and expressive content found in crafts.  To achieve the goals, studies in the form of qualitative research using cultural and artistic methods are employed.  According to the research, craft art is ingrained in human life and has existed from prehistoric times to the present.  The philosophy that guided the development of ancient crafts is founded on a metaphysical perspective, a charge of spiritual, religious, and magical principles that form works of high quality crafts and reflect the soul of their era.  The philosophy that guided the development of ancient crafts is founded on a metaphysical perspective, a charge of spiritual, religious, and magical principles that form works of high quality crafts and reflect the soul of their era.  Modern or contemporary craft art, which displays aesthetic inclinations as a result of the interaction and effect of freedom of expression, is currently referred to as art craft.  The thought and philosophy of art also influenced the creation of crafts, by adapting of understanding Western™s fine art to the archipelago's cultural norms. These adaptations and acculturations make craft art a manifestation that is affected and reflects societal changes that occur in Indonesia or along with the soul of the times.   Keywords: aesthetic transformation, art craft. AbstrakTulisan ini membahas transformasi estetik dalam seni kriya. Pembahasan difokuskan pada seni kriya sebagai ikatan sosio-kultural pada masa lampau yang berkembang ke dalam aspek individu-kultural sebagai media ekspresi personal pada saat ini.  Kajian dilakukan terhadap unsur-unsur estetik yang meliputi bentuk, fungsi, dan muatan ekspresi yang terkandung dalam kriya. Untuk mencapai tujuan digunakan kajian berupa penelitian kualitatif melalui pendekatan kebudayaan dan pendekatan estetik. Temuan yang diperoleh adalah bahwa seni kriya melekat dan berjalan seiring dengan kehidupan manusia sejak masa prasejarah sampai sekarang. Penciptaan kriya masa lampau dilandasi oleh filosofi yang berorientasi pada pola pikir metafisis, muatan nilai-nilai spiritual, religius, dan magis yang menghasilkan karya-karya kriya adiluhung dan mencerminkan jiwa zamannya. Sementara seni kriya modern atau kontemporer menunjukkan kecenderungan estetik sebagai interaksi dan pengaruh kebebasan berekspresi, kriya ini dikenal dengan kriya seni. Pemikiran dan filsafat seni juga memberi pengaruh pada penciptaan kriya, dengan mengadopsi aliran-aliran seni rupa Barat yang disesuaikan dengan kebudayaan nusantara. Penyesuaian dan akulturasi tersebut menjadikan seni kriya sebagai manifestasi kesenian yang dipengaruhi serta mencerminkan perubahan-perubahan sosial yang terjadi di Indonesia atau seiring dengan jiwa zaman.Kata Kunci:transformasi estetik, seni kriya. Authors:Riswel Zam : Institut Seni Indonesia PadangpanjangDharsono : Institut Seni Indonesia SurakartaTimbul Raharjo : Institut Seni Indonesia Yogyakarta References:Adryamarthanio, V. (2022). Batik Pesisir: Sejarah, Ciri-ciri, dan Motif. https://kompas.com/stori/read/2022/04/27/090000579/batik-pesisir--sejarah-ciri-ciri--dan-motif (diakses tanggal 1 November 2022).Ahmad, A. S. E. (2021). Kritik Sejarah Batik Sidoarjo. Gorga¯: Jurnal Seni Rupa, 10(1), 137. https://doi.org/10.24114/gr.v10i1.24626.Burhan, M. A. (1999). Nilai Estetik dalam Seni Lukis di Indonesia. Jurnal Seni, ISI Yogyakarta., VI(3).Dharsono, D. (2016). Kreasi Artistik, Perjumpaan Tradisi Modern dalam Paradigma Kekaryaan Seni. Yogyakarta: Citra Sains.Dillistone, F. (2002). The Power of Symbols. Jakarta: Penerbit Kanisius.Feldman, E. B. (1967). Art As Image and Idea. USA: Prentice Hall.Gie, T. L. (2004). Filsafat Seni: Sebuah Pengantar. Yogyakarta: Pusat Belajar Ilmu Berguna.Guntur, G. (2021). Kriya Retro, Biutifikasi dan Legatimasi Artistik. Yogyakarta: Pusat Belajar Ilmu Berguna.Gustami, S. (2007). Butir-butir Mutiara Estetika Timur, Ide Dasar Penciptaan Seni Kriya Indonesia. Yogyakarta: Prasista.Joedawinata, A. (2001). Seni Kriya dan Desain di Lingkungan Perguruan Tinggi. Jurnal SR&D Fakultas Seni Rupa Dan Disain ITB, Bandung, 1.Junaedi, D. (2016). Estetika Subjek, Objek, dan Nilai. Yogyakarta: ArtCiv.Kamal, M. N. (2020). Kerajinan Perak Tinjauan Pada Proses Dan Makna Simbolis Ornamen Di Home Industry Di Koto Gadang. Gorga¯: Jurnal Seni Rupa, 9(2), 409. https://doi.org/10.24114/gr.v9i2.21229.Kartika, D. S. dan N. G. P. (2004). Pengantar Estetika. Yogyakarta: Rekayasa Sains.Marianto, M. D. (2011). Menempa Quanta Mengurai Seni. Yogyakarta: Badan Penerbit ISI Yogyakarta.Najoan,Stephanie Jill., J. C. M. (2011). Transformasi Sebagai Strategi Desain. Media Matrasain, 8(2), 117“130. https://doi.org/https://doi.org/10.35792/matrasain.v8i2.330Nugraha, A. (1999). Kriya Indonesia, Sebuah Wilayah Sumber Inspirasi Yang Tak Terbatas. Yogyakarta: Prasista.Ponimin, & Guntur. (2021). The COVID-19 War in Ceramic Arts: Navigating Aesthetic and Symbolic Expressions. Aisthesis. Pratiche, Linguaggi e Saperi Dell™estetico, 14(1), 81“99. https://doi.org/10.36253/aisthesis-12056.Raharjo, T. (2011). Seni Kriya dan Kerajinan. Yogyakartaa: Program Pascasarjana Institut Seni Indonesia Yogyakarta.Sakti, Z. (2017). Pengertian Unsur Estetika dan Unsur Ergonomis Produk Kerajinan. https://www.aelilmu.com/2017/09/pengertian-unsur-estetika-dan-unsur-ergonomis-produk-kerajinan-html (diakses tanggal 1 November 2022).Soedarso. (2006). Trilogi Seni; Penciptaan, Eksistensi, dan Kegunaan Seni (Cetakan Pe). Yogyakarta: BP ISI Yogyakarta.Strauss, A. dan J. C. (2007). Dasar-dasar Penelitian Kualitatif. Jakarta: Pustaka Pelajar.Sullivan, L. (1896). Number BY. Lippincott´s, 403“409.Sunarto, K. (2004). Pengantar Sosiologi (Revisi). Jakarta: Lembaga Penerbitan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.Zam, R. (2006). Cerek dalam Ekspresi Kriya Logam. Yogyakarta: Institut Seni Indonesia Yogyakarta.Zam, R., & Ferawati, F. (2020). POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN KERAJINAN COR KUNINGAN SUNGAI PUAR DALAM ERA REVOLUSI INDUSTRI 4.0. Artchive: Indonesia Journal of Visual Art and Design, 1(1), 46. https://doi.org/10.53666/artchive.v1i1.1561.Zuhdi, B. M. (2010). PERKEMBANGAN KONSEP KRIYA. Imaji, Fakultas Bahasa dan Seni, 1(1). https://doi.org/10.21831/imaji.v1i1.142.