Claim Missing Document
Check
Articles

Found 19 Documents
Search

Perkembangan Trend Kamen Wanita Di Bali Leliana Sari, Dewa Ayu Putu
Segara Widya : Jurnal Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Institut Seni Indonesia Denpasar Vol 6 No 2 (2018): November
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (308.589 KB) | DOI: 10.31091/sw.v6i2.554

Abstract

Tulisan ini bertujuan untuk menelusuri tentang bagaimana perkembangan salah satu bagian dari busana adat tradisional yaitu kamen di Bali baik yang digunakan pada saat upacara adat ke Pura, sehari-hari maupun upacara manusa yadnya. Subjek yang paling menonjol dalam perkembangan pakaian adat Bali yaitu wanita Bali. Ruang lingkup tulisan ini yaitu kamen wanita yang dikenakan pada saat ke pura maupun pesta adat (dalam agama hindu disebut dengan manusa yadnya). Pada awalnya, pakem busana adat Bali ke Pura, yaitu :Pertama diawali dengan memakai kamen tetapi lipatan kamen melingkar dari kanan ke kiri sesuai dengan konsep sakti. Putri sebagai sakti bertugas menjaga agar si laki-laki tidak melenceng dari ajaran Dharma. Tinggi kamen putri kra-kira setelapak tangan karena pekerjaan putri sebagai sakti sehingga langkahnya lebih pendek. Setelah menggunakan kamen untuk putri memakai bulang yang berfungsi untuk menjaga rahim, untuk mengendalikan emosi. Sekitar 5 tahun lalu terjadi pergeseran bentuk kamen dari yang seharusnya dikenakan pada saat ke Pura. Perubahan bentuk kamen tersebut dikarenakan pengaruh kaum fashionista dan sosialita yang merombak cara berkain dengan system ikat dan draping. Pakem kamen wanita yang seharusnya dikenakan pada saat persembahyangan ke pura serta trend yang sedang in pada bentuk, motif serta warna kamen. Perkembangan motif berupa kain printing dengan motif kain tradisional Bali, batik-batik serta kain yang dibordir dengan motif songket. Serta dalam perkembangan warna kamen yang dikenaan lebih berani, tidah hanya menggunakan warna-warna khas Bali. This paper aims to explore how the development of one part of traditional traditional clothing namely kamen in Bali is good that is used during traditional ceremonies to the temple, daily and manusa yad ceremony. The most prominent subject in the development of Balinese traditional clothing is Balinese women. The scope of this paper is that women are worn when they go to temples or traditional parties (in Hindu religion they are called manusa yadnya). In the beginning, the custom of Balinese clothing to the temple, namely: First begins with wearing kamen, but the folds of kamen circle from right to left according to the magic concept. The princess as a magician is in charge of keeping the man from deviating from the teachings of the Dharma. The height of the princess is about the palm of the hand because the work of the princess is powerful so the steps are shorter. After using kamen for the daughter to use a bone that serves to protect the uterus, to control emotions. About 5 years ago there was a shift in the form of kamen from what was supposed to be worn at the temple. Changes in the form of kamen are due to the influence of the fashionistas and socialites who overhauled the way to deal with the tie and draping systems. The ingredients for women’s kamen that should be worn when praying to temples and trends that are currently in shape, motif and color are kamen. The development of motifs in the form of printing cloth with traditional Balinese cloth motifs, batik and cloth embroidered with songket motif. As well as the development of kamen colors that are recognized more boldly, not only use Balinese colors. 
Biografi Ni Nyoman Sani ; Perupa Wanita Dengan Lukisan Bergaya Ilustrasi Fashion Leliana Sari, Dewa Ayu Putu; Gumana Putra, I Gusti Ngurah
Segara Widya : Jurnal Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Institut Seni Indonesia Denpasar Vol 7 No 1 (2019): Maret
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (779.346 KB) | DOI: 10.31091/sw.v7i1.672

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsep berkarya dan tahapan proses kreatif seniman perempuan Ni Nyoman Sani serta dijabarkan secara deskriptif intepretatif. Penggunaan data primer pada penelitian ini memiliki fungsi dan kedudukan sebagai data utama dalam sumber analisis. Sumber data primer dalam penelitian ini adalah 1) data tulis dan foto dokumentasi lukisan Ni Nyoman Sani baik dokumen pribadi seniman maupun dokumentasi peneliti, 2) data audio/ rekaman video serta naskah wawancara dengan seniman perupa Ni Nyoman Sani, 3) catatan lapangan ketika observasi ke rumah dan studio seniman. Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian studi tokoh/biografi. Pengumpulan data melalui metode observasi, dokumentasi, wawancara, dan pencatatan. Peneliti berperan sebagai instrumen penelitian. Sampel ditentukan dengan purposive sampling. Hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa latar belakang Sani yang mayoritas anggota keluarganya adalah perempuan, menggugah perasaannya sebagai seniman untuk mengangkatnya dalam karya rupa. Hingga akhirnya Sani menetapkan dunia mode sebagai dasar konsep berkarya. Dalam dunia mode kecenderungan obyek perempuan yang menjadi pedoman atau tolak ukur. Namun selain melukis ilutrasi fashion, Sani pun terkadang melukis sesuatu hal yang terakumulasi dari endapan perasaan, baik itu senang, sedih dan perasaan lainnya. Ide pemantik melahirkan karya seni yang dituangkan dalam konsep karya Sani didapat dari melihat pameran, pagelaran/fashion show, membaca majalah seni rupa serta fashion, namun yang terutama yaitu pengalaman pribadi melihat dunia sekitar serta memperhatikan peristiwa, alam ataupun sosial. Dalam wawancara Sani mengatakan bahwa, tahapan proses kreatif yang dilakukannya beragam. Berawal dari penyerapan, penerapan, serta global visual. Lalu untuk proses penuangan ide ke kanvas tergantung situasi/mood, biasanya global teknik dulu, ataupun bias sketsa, namun komposisinya dapat pula terbalik. Sani berupaya untuk merombak dan mengaplikasikan apapun yang terbersit, serta tidak bergantung pada satu hal saja. Begitu halnya pada desain mode yang beragam cabang seni, medium dapat dijadikan sebagai media di dalamnya. Selain melukis pada kanvas, Sani biasa melukis pada kertas, kain, kayu serta kulit.
Perkembangan Trend Kamen Wanita Di Bali Dewa Ayu Putu Leliana Sari
Segara Widya : Jurnal Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Vol. 6 No. 2 (2018): November
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (308.589 KB) | DOI: 10.31091/sw.v6i2.554

Abstract

Tulisan ini bertujuan untuk menelusuri tentang bagaimana perkembangan salah satu bagian dari busana adat tradisional yaitu kamen di Bali baik yang digunakan pada saat upacara adat ke Pura, sehari-hari maupun upacara manusa yadnya. Subjek yang paling menonjol dalam perkembangan pakaian adat Bali yaitu wanita Bali. Ruang lingkup tulisan ini yaitu kamen wanita yang dikenakan pada saat ke pura maupun pesta adat (dalam agama hindu disebut dengan manusa yadnya). Pada awalnya, pakem busana adat Bali ke Pura, yaitu :Pertama diawali dengan memakai kamen tetapi lipatan kamen melingkar dari kanan ke kiri sesuai dengan konsep sakti. Putri sebagai sakti bertugas menjaga agar si laki-laki tidak melenceng dari ajaran Dharma. Tinggi kamen putri kra-kira setelapak tangan karena pekerjaan putri sebagai sakti sehingga langkahnya lebih pendek. Setelah menggunakan kamen untuk putri memakai bulang yang berfungsi untuk menjaga rahim, untuk mengendalikan emosi. Sekitar 5 tahun lalu terjadi pergeseran bentuk kamen dari yang seharusnya dikenakan pada saat ke Pura. Perubahan bentuk kamen tersebut dikarenakan pengaruh kaum fashionista dan sosialita yang merombak cara berkain dengan system ikat dan draping. Pakem kamen wanita yang seharusnya dikenakan pada saat persembahyangan ke pura serta trend yang sedang in pada bentuk, motif serta warna kamen. Perkembangan motif berupa kain printing dengan motif kain tradisional Bali, batik-batik serta kain yang dibordir dengan motif songket. Serta dalam perkembangan warna kamen yang dikenaan lebih berani, tidah hanya menggunakan warna-warna khas Bali. This paper aims to explore how the development of one part of traditional traditional clothing namely kamen in Bali is good that is used during traditional ceremonies to the temple, daily and manusa yad ceremony. The most prominent subject in the development of Balinese traditional clothing is Balinese women. The scope of this paper is that women are worn when they go to temples or traditional parties (in Hindu religion they are called manusa yadnya). In the beginning, the custom of Balinese clothing to the temple, namely: First begins with wearing kamen, but the folds of kamen circle from right to left according to the magic concept. The princess as a magician is in charge of keeping the man from deviating from the teachings of the Dharma. The height of the princess is about the palm of the hand because the work of the princess is powerful so the steps are shorter. After using kamen for the daughter to use a bone that serves to protect the uterus, to control emotions. About 5 years ago there was a shift in the form of kamen from what was supposed to be worn at the temple. Changes in the form of kamen are due to the influence of the fashionistas and socialites who overhauled the way to deal with the tie and draping systems. The ingredients for women’s kamen that should be worn when praying to temples and trends that are currently in shape, motif and color are kamen. The development of motifs in the form of printing cloth with traditional Balinese cloth motifs, batik and cloth embroidered with songket motif. As well as the development of kamen colors that are recognized more boldly, not only use Balinese colors. 
Biografi Ni Nyoman Sani ; Perupa Wanita Dengan Lukisan Bergaya Ilustrasi Fashion Dewa Ayu Putu Leliana Sari; I Gusti Ngurah Gumana Putra
Segara Widya : Jurnal Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Vol. 7 No. 1 (2019): Maret
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (779.346 KB) | DOI: 10.31091/sw.v7i1.672

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsep berkarya dan tahapan proses kreatif seniman perempuan Ni Nyoman Sani serta dijabarkan secara deskriptif intepretatif. Penggunaan data primer pada penelitian ini memiliki fungsi dan kedudukan sebagai data utama dalam sumber analisis. Sumber data primer dalam penelitian ini adalah 1) data tulis dan foto dokumentasi lukisan Ni Nyoman Sani baik dokumen pribadi seniman maupun dokumentasi peneliti, 2) data audio/ rekaman video serta naskah wawancara dengan seniman perupa Ni Nyoman Sani, 3) catatan lapangan ketika observasi ke rumah dan studio seniman. Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian studi tokoh/biografi. Pengumpulan data melalui metode observasi, dokumentasi, wawancara, dan pencatatan. Peneliti berperan sebagai instrumen penelitian. Sampel ditentukan dengan purposive sampling. Hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa latar belakang Sani yang mayoritas anggota keluarganya adalah perempuan, menggugah perasaannya sebagai seniman untuk mengangkatnya dalam karya rupa. Hingga akhirnya Sani menetapkan dunia mode sebagai dasar konsep berkarya. Dalam dunia mode kecenderungan obyek perempuan yang menjadi pedoman atau tolak ukur. Namun selain melukis ilutrasi fashion, Sani pun terkadang melukis sesuatu hal yang terakumulasi dari endapan perasaan, baik itu senang, sedih dan perasaan lainnya. Ide pemantik melahirkan karya seni yang dituangkan dalam konsep karya Sani didapat dari melihat pameran, pagelaran/fashion show, membaca majalah seni rupa serta fashion, namun yang terutama yaitu pengalaman pribadi melihat dunia sekitar serta memperhatikan peristiwa, alam ataupun sosial. Dalam wawancara Sani mengatakan bahwa, tahapan proses kreatif yang dilakukannya beragam. Berawal dari penyerapan, penerapan, serta global visual. Lalu untuk proses penuangan ide ke kanvas tergantung situasi/mood, biasanya global teknik dulu, ataupun bias sketsa, namun komposisinya dapat pula terbalik. Sani berupaya untuk merombak dan mengaplikasikan apapun yang terbersit, serta tidak bergantung pada satu hal saja. Begitu halnya pada desain mode yang beragam cabang seni, medium dapat dijadikan sebagai media di dalamnya. Selain melukis pada kanvas, Sani biasa melukis pada kertas, kain, kayu serta kulit.
PENCIPTAAN BUSANA HAUTE COUTURE DENGAN KONSEP BURUNG JALAK BALI Dewa Ayu Putu Leliana Sari
Moda : The Fashion Journal Vol 3 No 2 (2021)
Publisher : Universitas Ciputra Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37715/moda.v3i2.1950

Abstract

Tulisan ini merupakan hasil luaran dari diseminasi p2s (penelitian dan penciptaan seni) pada tahun 2018 yang didanai oleh DIPA ISI Denpasar yang bertujuan untuk menciptakan Busana Haute couture dengan konsep Jalak Bali berbahan endek tradisional Bali sehingga dapat melestarikan budaya yang ada. Burung jalak Bali merupakan burung asli/endemic yang dimiliki oleh pulau Bali yang keberadaanya terancam punah. Ciri khas yang dimiliki jalak Bali yaitu berupa kicauannya yang indah, serta fisik/penampilannya yang memukau. Ciri khususnya yaitu memiliki bulu yang putih di seluruh tubuhnya kecuali pada ujung ekor dan sayapnya yang berwarna hitam, serta pada bagian pipi yang tidak ditumbuhi bulu dengan warna biru cerah, mempunyai jambul yang indah. Keindahan Jalak Bali menarik untuk di wujudkan dalam penciptaan adibusana atau lebih dikenal dengan haute couture, menciptakan busana haute couture menjadi salah satu pilihan yang terbaik, karena selain dibuat dengan teknik penjahitan yang rumit, busana ini juga diciptakan khusus untuk kalangan tertentu, sehingga produk yang dihasilkan tidak mungkin pasaran, bahkan tidak mudah ditiru dan biasanya hanya diciptakan satu potong dan tidak diperbanyak. Metode yang digunakan dalam penciptaan ini menurut S.P Gustami (2007) yaitu tahap eksplorasi, perancangan dan perwujudan, namun sedikit diadaptasi berkaitan dengan proses desain fashion. Hasil penciptaannya berupa 5 buah busana haute couture yang terdiri dari 3 busana wanita dan 2 busana pria. Penggunaan kain endek dengan motif pepatran sebagai sumber inspirasi dalam penciptaan Busana haute couture sebagai upaya untuk melakukan pelestarian kain-kain tradisional Bali yang dewasa ini tidak banyak diketahui oleh masyarakat dan banyak yang punah. Kain endek memliki ciri khas ragam hias dan penggunaannya yang sesuai dengan nilai-nilai sosial budaya setiap masyarakat.
Glory In White: Analogi Arsitektur Hotel Majapahit Dalam Penciptaan Busana Dengan Classic Elegant Style Amritha Gamaya; I Gede Mugi R; Dewa Ayu Putu Leliana Sari
Style : Journal of Fashion Design Vol 1, No 1 (2021): Style : Journal of Fashion Design
Publisher : Institut Seni Indonesia Padangpanjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (543.506 KB) | DOI: 10.26887/style.v1i1.2107

Abstract

Majapahit Hotel Surabaya is one of the Dutch colonial legacy and also a historical place forSurabayan people. The pure white nuance and the mixed of Art Nouveau and Art Decoarchitecture style of the hotel makes the hotel has its own uniqueness. Through theanalogy theory, the shapes that can describe the Majapahit Hotel is its architecture andinterior such as crystal lamp, symmetrical, flag terrace as one of the iconic construction ofthe hotel, geometric, arc line and clasic elegant. Those shapes become the style in thisfashion artwork which processed and can realize the Ready to Wear, Ready to WearDeluxe, and Haute Cotour the fashion artworks, which has been considered based on theexisted element and tenet. The creative creation process uses Tjok Instri Ratna CoraSudharsana design method named "FRANGIPANI, The Secret Steps of Art Fashion" whichconsist of ten steps of design fashion planning process.
KORELASI PENDEKATAN ESAI DAN NARATIF DALAM FILM DOKUMENTER “TATA RIAS PENGANTIN GAYA DENPASAR: PERLAMBANG DAN MAKNA” Ni Kadek Dwiyani; I Kadek Puriartha; Dewa Ayu Putu Leliana Sari
Prosiding Bali Dwipantara Waskita: Seminar Nasional Republik Seni Nusantara Vol. 2 (2022): Prosiding Bali Dwipantara Waskita: Seminar Nasionar Republik Seni Nusantara
Publisher : UPT Pusat Penerbitan LP2MPP ISI Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Dokumenter merupakan salah satu genre film yang memiliki peran besar dalam upaya pelestarian budaya. Film Dokumenter “Tata Rias Pengantin Gaya Denpasar: Perlambang dan Makna” merupakan film Dokumenter dengan konteks budaya yang menggambarkan perlambang dan makna pada setiap atribut kostum pengantin gaya Denpasar untuk memaknai nilai filosofis yang terkandung didalamnya. Fokus kajian dalam tulisan ini adalah untuk mengetahui sejauh mana penerapan pendekatan essai dan naratif dapat mempengaruhi gaya tutur dalam film untuk membuat dinamika cerita tetap menarik. Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif, dengan teori dokumenter oleh Ayawaila (2008) dan pendekatan esai dan naratif (Fachrudin, 2012). Simpulan dalam tulisan ini menunjukkan bahwa pendekatan esai dan naratif dalam film dokumenter “Tata Rias Pengantin Gaya Denpasar: Perlambang dan Makna” memberikan gaya tutur yang bervariasi dengan alur kronologis yang diperoleh melalui pendekatan essai, serta alur konvensional dengan struktur 3 babak melalui pendekatan naratif.
PEMANFAATAN KAIN PERCA TENUN ENDEK DALAM MENGHADAPI TANTANGAN GLOBAL DAN KERUSAKAN EKOSISTEM Dewa Ayu Putu Leliana Sari; Ida Ayu Kade Sri Sukmadewi; I Gusti Bagus Priatmaka
Prosiding Bali Dwipantara Waskita: Seminar Nasional Republik Seni Nusantara Vol. 2 (2022): Prosiding Bali Dwipantara Waskita: Seminar Nasionar Republik Seni Nusantara
Publisher : UPT Pusat Penerbitan LP2MPP ISI Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tulisan ini merupakan salah satu luaran dari penciptaan dan penelitian seni yang didanai oleh DIPA ISI Denpasar. Tujuan dari penciptaan ini yaitu sebagai bentuk aksi nyata dalam menghadapi tantangan global dan kerusakan ekosistem. Hal yang dilakukan dengan mengajak masyarakat untuk lebih peduli lingkungan berupa penggunaan produk busana yang ramah lingkungan, untuk meningkatkan kreativitas dan inovatif dalam mengolah limbah perca kain, dan mendukung program pemerintah dalam pemajuan kebudayaan, pemasaran dan pemanfaatan produk industri lokal budaya Indonesia. Metode penciptaan yaitu design brief, research and sourching, design development and prototypes, sample, contruction, final collection, promotion, marketing, branding and sales, production serta bussines. Hasil karya yang diciptakan berupa busana dengan jenis busana smart casual dengan bahan dasar kain perca endek yang dikumpulkan dari beberapa penjahit busana kerja di daerah Denpasar. Teknik yang digunakan berupa tekstil monumental yaitu teknik patch work, origami tekstil dan slashing fabric. Karya ini terdiri dari atasan berupa blazer berbahan perca endek dan kain tenun seseh berwarna dasar merah, bawahan berupa celana kombinasi berbahan dasar kombinasi perca endek dan kain tenun seseh berwarna dasar merah, dan kelengkapan aksesoris bucket hat dari kain perca endek dan tenun seseh berwarna dasar merah.
AESTHETIC ANALYSIS OF FORMS IN SMART CASUAL WEAR “KSATRIA WASTRA AVIRAMA” Dewa Ayu Putu Leliana Sari; Ida Ayu Kade Sri Sukmadewi; I Gusti Bagus Priatmaka
Journal of Aesthetics, Design, and Art Management Vol. 2 No. 2 (2022): Journal of Aesthetics, Design, and Art Management
Publisher : Yayasan Sinergi Widya Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.58982/jadam.v2i2.259

Abstract

Purpose : This study aims to know the aesthetic analysis of the shape of the smart casual fashion work of Ksatria Wastra Avirama. Research methods: this research uses qualitative methods, The data were collected through observation, documentation, and literature, then the data were analyzed using descriptive qualitative methods. Findings: Ksatria Wastra Avirama is a fashion collection consisting of 5 pieces of smart casual clothing made from endek patchwork and seseh woven fabrics. The process of doing work using textile manipulation techniques. Each outfit has a special meaning based on the collected patchwork colors. The aesthetics of the analyzed form are elements of art and design principles in clothing. Implications: The results show: The aesthetics of form in the work of Ksatria Wastra Avirama were formed from artistic elements in the form of horizontal, vertical, and diagonal lines, pant silhouettes, square and triangular shapes, and different colors for each design (red, yellow-brown, blue-purple, black and blue, and green), hairy texture, stiff and matte, the size uses the "M" size, dark light to dark, up and down directions, as well as from design principles in the form of rhythmic repetition of color, shape, and texture, harmony in color and texture, shape, proportion 1 (one) on the top and 2 (two) on the bottom, symmetrical balance, the center of attention on the textile manipulation section, the unity of color, texture, and shape elements.
NGELEBUR MALA: ANALOGI TRADISI SIAT SARANG DALAM BUSANA BERGAYA DRAMATIC GLAMOUR Adi, I Gusti Ngurah Krisna; Sujana, I Wayan; Leliana Sari, Dewa Ayu Putu
BHUMIDEVI: Journal of Fashion Design Vol. 1 No. 2 (2021): Bhumidevi
Publisher : Pusa Penerbitan LP2MPP Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59997/bhumidevi.v1i2.736

Abstract

Tulisan ini bertujuan untuk mendeskripsikan busana bergaya dramatic glamour yang terinspirasi dari tradisi siat sarang yang berasal dari desa selat, kecamatan selat, kabupaten Karangasem. Siat sarang adalah sebuah tradisi penolak bala yang dilaksanakan serangkaian dengan upacara ngusaba dimel (dodol) bertujuan untuk meminta kesuburan serta terhindar dari segala kekuatan negatif yang dapat menggangu jalanya upacara. Keunikan tradisi ini menjadikan inspirasi sebagai ide pemantik dalam menciptakan karya busana ready to wear, ready to wear deluxe, dan haute couture . Dengan mengunakan teknik digital printing, manipulation textile, embroidery, beading, dan makrame, sebagai perwujudan dari keyword yang dipilih yaitu sarang, gambar mahluk bhuta kala, sore hari dan tali persaudaraan sesuai dari visual, filosofis serta keunikan lain dari tradisi siat sarang. Selain itu juga menciptakan sebuah brand yang bernama Unique Hand dilengkapi dengan name card, prise tag, paper bag, dan paper boks yang sesuai dengan karakter dari Brand Unique Hand melalui strategi promosi, pemasaran, branding, dan penjualan dengan system bisnis model canvas. Metode penciptaan yang digunkan adalah analogi dan frangipani. Frangipani adalah delapan tahapan penciptaan meliputi Design Brief, Research and Sourcing, Design Development, Sample,Prototype, Dummy, Final Collection Promoting, Branding, Sale, Production, The Business. Hal ini membuktikan bahwa untuk melestarikan dan memperkenalkan budaya lokal yang kita miliki bisa melalui apapun salah satunya melalui desain fashion.