Kadek Suartaya
Institut Seni Indonesia Denpasar

Published : 5 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Kebertahanan Seni Budaya Desa Batuan di Era New Normal Kadek Suartaya; I Putu Agus Yana
Segara Widya : Jurnal Penelitian Seni Vol. 10 No. 1 (2022): Maret
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (250.398 KB) | DOI: 10.31091/sw.v10i1.1932

Abstract

Kuliah Kerja Nyata (KKN) ISI Denpasar tahun 2020 berlangsung di tengah pandemi Copid-19. Pelaksanaan pengabdian yang dilakukan para mahasiswa tetap direalisasikan dengan mengambil lokasi di sekitar domisili masing-masing. Dalam pelaksanaan kegiataannya diharuskan menjaga dengan ketat protokol kesehatan yang dianjurkan pemerintah. Desa Batuan, Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar adalah salah satu wilayah yang dipilih mahasiswa, I Putu Agus Aryana. Potensi seni budaya, seni pertunjukan dan seni rupa yang diwarisi dan berkembang di desa tersebut dijadikan fokus objek kegiatan agar tetap eksis di tengah era new normal. Hasilnya, kegiatan seni pertunjukan dan seni lukis Desa Batuan berhasil dibangkitkan semangat dan keberadaannya.
Proses Penciptaan Komposisi Karawitan Kreasi Baru Paras Paros I Nyoman Yudha Putra Widiantara; Hendra Santosa; Kadek Suartaya
PROMUSIKA Vol 8, No 1 (2020): April 2020
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/promusika.v1i1.3607

Abstract

Komposisi karawitan ini diilhami adat istiadat menyama braya yang bagi masyarakat Bali menjadi landasan moral dalam membangun relasi sosial merupakan kekayaan utama dalam hidup dan sebagai jalan untuk menggapai kedamaian dan keharmonisan yang telah ada sejak lama. oleh Paras Paros merupakan karya karawitan inovatif yang bersumber dari konsep menyama braya. Karya karawitan ini merupakan ungkapan dari gejolak masyarakat yang selalu berjalan dinamis yang menyebabkan banyaknya fenomena-fenomena soaial yang timbul saling bertautan. Komposisi karawitan ini bersifat eksperimental dengan memadukan instrumen gamelan Bali yang memiliki perbedaan karakter jumlah warna suara dalam penggarapannya. Penyusunan komposisi karawitan ini menggunakan metode penciptaan dari Alma M. Hawkins yaitu menggunakan tahapan penjajagan, percobaan, dan pembentukan, Tujuan komposisi ini adalah untuk menyampaikan pesan moral tentang menyama braya sehingga memberikan secercah kesadaran kepada masyarakat bahwa melalui konsep Paras Paros Sarpayana, Sagilik Saguluk Salunglung Sabayantaka, Saling Asah, Asih, lan Asuh kita akan terajut dalam sebuah keharmonisan masyarakat yang damai.AbstractThe Process of Creating New Creation Karawitan Composition Paras Paros. This Karawitan composition is inspired by the custom of the menyama braya which for the Balinese people becomes the moral foundation in building social relations as the main wealth in life and as a way to reach peace and harmony that has existed for a long time. Paras Paros is an innovative musical work sourced from the concept of matching braya. This musical work is an expression of the social turmoil that always runs dynamically which causes many social phenomena that arise interlocked. The composition of this instrumental music is experimented with by combining Balinese gamelan instruments that have different characters in the amount of sound in their cultivation. The composition of this musical composition uses the method of creation from Alma M. Hawkins, which uses stages of assessment, experimentation, and formation. The purpose of this composition is to convey a moral message about matching braya to provide a glimmer of awareness to the public that through the concept of Paras Paros Sarpayana, Sagilik Saguluk Salunglung Sabayantaka, Saling, Asah, Asih, lan Asuh our Foster will be woven into a harmony of a peaceful society.
Music Composition Saka Luang | Komposisi Musik Saka Luang I Putu Agus Dodik Budimahendra; Kadek Suartaya
GHURNITA: Jurnal Seni Karawitan Vol 3 No 1 (2023): Maret
Publisher : Pusat Penerbitan LPPMPP ISI Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59997/jurnalsenikarawitan.v3i1.1159

Abstract

The composition of the final project “Saka Luang” is a work that is formed and is classified as an innovative karawitan composition. The formation of the title “Saka Luang” was inspired by the stylist’s inspiration from the building palinggih menjang saluang which can be interpreted, Saka which means pillar or adegan (warna, 1988:252). And Luang means eka or single (Ariana, 2016:49). So “Saka Luang” the stylist interprets as a pillar to focus the mind so that it becomes Luang. This work from the technique departs to Leluangan, the interpretation of ideas and the Leluangan technique is poured into the media sai Gamelan Semar Pagulingan Saih Pitu in order to be able to play patet according to the atmosphere and nuances to be achieved. The creative process used in the creation stage of this work uses the method written by I Wayan Diana Putra mentioned by Senen from the creation stage of I Wayan Beratha who adheres to three processes, namely, Nguping (imitation), Menahin (improvement), and Ngelesin (refining). Keywords: Semar Pagulingan, Leluangan, Saka Luang.
Music Composition Saka Luang | Komposisi Musik Saka Luang I Putu Agus Dodik Budimahendra; Kadek Suartaya
GHURNITA: Jurnal Seni Karawitan Vol 3 No 1 (2023): Maret
Publisher : Pusat Penerbitan LPPMPP ISI Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59997/jurnalsenikarawitan.v3i1.1159

Abstract

The composition of the final project “Saka Luang” is a work that is formed and is classified as an innovative karawitan composition. The formation of the title “Saka Luang” was inspired by the stylist’s inspiration from the building palinggih menjang saluang which can be interpreted, Saka which means pillar or adegan (warna, 1988:252). And Luang means eka or single (Ariana, 2016:49). So “Saka Luang” the stylist interprets as a pillar to focus the mind so that it becomes Luang. This work from the technique departs to Leluangan, the interpretation of ideas and the Leluangan technique is poured into the media sai Gamelan Semar Pagulingan Saih Pitu in order to be able to play patet according to the atmosphere and nuances to be achieved. The creative process used in the creation stage of this work uses the method written by I Wayan Diana Putra mentioned by Senen from the creation stage of I Wayan Beratha who adheres to three processes, namely, Nguping (imitation), Menahin (improvement), and Ngelesin (refining). Keywords: Semar Pagulingan, Leluangan, Saka Luang.
PROSES PENCIPTAAN TABUH KREASI ABDI BUDAYA SEKAA GONG ABDI BUDAYA, BANJAR ANYAR, PEREAN KANGIN, BATURITI, TABANAN I Putu Agus Arthanegara; I Gede Yudarta; Kadek Suartaya
VIDYA WERTTA : Media Komunikasi Universitas Hindu Indonesia Vol. 7 No. 1 (2024): Vidya Wertta: Media Komunikasi Universitas Hindu Indonesia
Publisher : FAKULTAS ILMU AGAMA DAN KEBUDAYAAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32795/vw.v7i1.5836

Abstract

Tujuan diadakannya penelitian ini adalah untuk menganalisis dan memahami proses penciptaan Tabuh Kreasi Abdi Budaya. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan langkah-langkah yang terdiri dari menyusun rancangan penelitian, menentukan lokasi penelitian, penentuan jenis dan sumber data, menentukan istrumen penelitian, penentuan informan, melakukan pengumpulan data melalui observasi, wawancara dan kajian pustaka, transkrip dan koding data hingga sampai pada tahap analisis hasil penelitian. Sumber data penelitian ini adalah Tabuh Kreasi Abdi Budaya di Banjar Anyar, Perean Kangin, Baturiti, Tabanan. Hasil penelitian ini menunjukan, bahwa proses penciptaan Tabuh Kreasi Abdi Budaya memiliki beberapa tahap yakni perenungan merupakan tahap awal dalam penciptaan, ide kreativitas dalam musik Bali adalah pola pikir yang menggabungkan eksplorasi, konstruktif, multi perspektif, dan penerimaan segala kemungkinan. Penuangan, dalam proses ini dimulai dengan pembukaan menggunakan pola gagenderan, yang kemudian diikuti oleh pengawak, riong, kendang, dan gegambangan sebagai pangecet. Proses pemantapan melibatkan pemantapan pada berbagai aspek musikal, seperti melodi, harmoni, ritme, dinamika, tempo, timbre, dan ekspresi musik.