Claim Missing Document
Check
Articles

Found 12 Documents
Search

DINDING PENAHAN TANAH UNTUK PERKUATAN TEBING SEBAGAI BAGIAN PRASARANA DALAM PENGEMBANGAN EKOWISATA SABODAM PABELAN Seplika Yadi; Ahmad Zaki; Endra Aji Setiawan; Effendi Yusuf
Diklat Review : Jurnal manajemen pendidikan dan pelatihan Vol 7 No 1 (2023)
Publisher : Komunitas Manajemen Kompetitif

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35446/diklatreview.v7i1.1116

Abstract

Sabo Dam Kabongan Pabelan sebagai infrastruktur sistem perairan untuk lahan pertanian sangat potensial dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai tujuan wisata. Setelah dibangun sejak 2018, area Sabo Dam Kabongan Pabelan belum dimanfaatkan untuk kegiatan lain selain sebagai irigasi. Pemanfaatan area sabo dam atau pun bendungan sebagai objek wisata edukasi yang mulai berkembang di berbagai tempat dewasa ini dirasa sangat tepat diterapkan di Sabo Dam Kabongan Pabelan mengingat wilayah Desa Pabelan merupakan kawasan pintu masuk area wisata internasional Candi Borobudur. Objek wisata pada Sabo Dam Kabongan Pabelan dapat dikembangkan menjadi beberapa jenis wisata, seperti wisata jeep adventure, camping ground, wisata edukasi, dan outbond. Untuk mendukung potensi tersebut diperlukan sarana dan prasarana yang baik dan terintegrasi dengan wahana yang telah direncanakan. Kondisi saat ini di sekitar sabo dam masih terdapat tebing terjal yang menjadi perbatasan antara sawah warga pada sisi atas tebing dengan lokasi bendungan pada sisi bawahnya. Tebing dengan panjang sekitar 50 m tersebut bisa menjadi hambatan di kemudian hari apabila terjadi bencana longsor. Oleh karenanya perlu dilakukan suatu upaya untuk perkuatan tebing meskipun secara sederhana namun kuat dengan memasang dinding penahan tebing untuk mencegah terjadinya bencana longsor dikemudian hari. Selain itu, dinding penahan tebing tersebut dapat dijadikan fondasi bagi fasilitas-fasilitas penunjang lainnya seperti mushalla dan kamar mandi yang diperlukan oleh pengunjung wisata edukasi sabo dam nantinya. Pada tahap awal, program pengabdian ini dilakukan pembersihan dan penataan tebing terlebih dahulu yang kemudian dilanjutkan dengan pembuatan dinding penahan tebing di sepanjang tebing. Pembangunanan pada tahap 1 dihasilkan dinding penahan tebing sepanjang 15 m dengan ketinggian bervariasi antara 1,5 m hingga 2 m (menyesuaikan kontur tanah yang miring) dengan ketebalan dinding 45 cm.
PENGOLAHAN DAN PENGEMBANGAN PRODUK DARI LIMBAH BUAH DAN BIJI SALAK DI DUSUN KEDUNG SARI DESA MRANGGEN MAGELANG Yessi Jusman; Ahmad Zaki; wikan tyassari; Ninda Rizqi Safitri
Jurnal Pengabdian Masyarakat Multidisiplin Vol 6 No 3 (2023): Juni
Publisher : LPPM Universitas Abdurrab

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36341/jpm.v6i3.3107

Abstract

The Kedungsari area, Mranggen, is one of the salak producers in the Magelang area. With so much production of salak fruit, a lot of waste of salak fruit and seeds is thrown away. Utilization of waste requires processing of these wastes into other products that have economic value. The service carried out has the aim of providing education to partners (Kedungsari residents) so that the salak waste can be processed into useful products for the community. At least 30 people participated in this activity, and the majority of the residents who attended were members of the Kedungsari Family Welfare Development (PKK). To expedite activities and assist the PKK in Srumbung, Mranggen was also provided with a zalacca seed grinding tool for smooth competency development and also a means of generating income for households and the community in Mranggen. Figure 2 shows a graph of the satisfaction level of residents/socialization participants. The activities carried out were training in making zalacca flesh into food products and zalacca seeds into coffee. To help make it easier for partners to process zalacca seeds, a seed grinding unit was given to partners to support villagers in processing zalacca seeds. At the implementation stage, the activities were carried out in 2 forms of training, namely training on processing zalacca fruit into food products and training on processing zalacca seeds for coffee. At least 30 people participated in this activity, with very satisfactory survey results