Claim Missing Document
Check
Articles

Found 11 Documents
Search

Pengaruh Penambahan Tulangan Tekan Terhadap Momen Kapasitas Lentur dan Daktilitas Balok Jaya Permana; M. Muhtaris; Eka Susanti; Yanisfa Yanisfa
Borneo Engineering : Jurnal Teknik Sipil Volume 3 Nomor 2 Tahun 2019
Publisher : Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Borneo Tarakan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35334/be.v3i2.1171

Abstract

Double reinforcement beam design, increasing the compressive reinforcement can increase the flexural capacity moment and ductility of concrete beams. This helps planners to improve flexural capacity moment with minimal dimensions, that are still acceptable in terms of aesthetics. The purpose of this study is to know how much influence the increasing compressive reinforcement can increase the flexural capacity moment and ductility of concrete beams. Experimental research with beam specimens 20x20x60 cm, 2D16 tensile reinforcement, fc’ 25 mpa and fy 320 mpa. With a ratio of compressive reinforcement to tensile reinforcement of 0.14; 0.25 and 0.59. Flexural strength testing uses flexible loading with a roll-pined joint. The process of load reading is yield phase until ultimate phase. The results of the analysis show an uses of increasing compressive reinforcement can increase the moment of flexural capacity and ductility. The addition of compressive reinforcement reached 25% from tensile reinforcement, can increase the moment of bending capacity by 4.47%, but uses compressive reinforcement reached 50% of tensile reinforcement, only increasing the bending moment capacity of 1.43%. For ductility, uses compressive reinforcement reaches 25% from tensile reinforcement, can increase ductility by 19.73% and an increase of 26.17% by adding compressive reinforcement up to 50% of tensile reinforcement. From these results it appears that the more improvements added, the more the ductility increases and the less the moment the flexural capacity increases.
Pola Keruntuhan Jembatan Rangka Menerus Tipe Waren Heri Istiono; Eka Susanti
Borneo Engineering : Jurnal Teknik Sipil Volume 3 Nomor 2 Tahun 2019
Publisher : Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Borneo Tarakan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35334/be.v3i2.1169

Abstract

Bridge damage often occurs, as a result of damage to the bridge causing financial aspects losses and can also cause fatalities. The causes of the damage various factor, one of which is the bridge structure experiencing fatigue. This fatigue caused the strength of the structure of the bridge to decrease. Bridge damage due to a decrease in the strength of this bridge structure can impact the bridge to collapse. To minimize bridge damage due to a decrease in the strength of the structure of the bridge there is a need for bridge maintenance and to make it easier in terms of maintenance it is necessary to know the pattern of collapse of the existing bridge. In the analysis of this collapse pattern, a waren type steel continous bridge will be modeled with a span length of 120 meters. This analysis is carried out by giving a static vertical load at a reference point on the bridge frame, where the load is increased by multiplying until the structure is demage. The results of the study show that in the waren type continuous steel truss bridge failure occurs at the final portal diagonal element in the 2 middle positions. Based on FEMA 356 displacement target, the level of structural performance shows the bridge model under IO conditions and based on SNI 2833-2008, the actual ductility that occurs has met the requirements.
ANALISIS KOMPARASI PERENCANAAN STRUKTUR RANGKA ATAP BAJA RINGAN UNTUK RUMAH TIPE 180 DENGAN TIPE KUDA-KUDA YANG BERBEDA Septian Fajar Syamsudin; Eka Susanti; Heri Istiono
Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi Terapan Pendekatan Multidisiplin Menuju Teknologi dan Industri yang Berkelanjutan
Publisher : Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Saat ini, banyak digunakan baja ringan sebagai konstruksi rangka atap, dibandingkan dengan baja konvensional ataupun kayu. SNI 7971:2013adalah peraturan perencanaan struktur baja ringan (canai dingin) terbaru. Peraturan ini, dapat membantu mendisain struktur baja ringan yang aman dan ekonomis. Penelitian ini membahas perencanaan rangka atap baja ringan dengan tiga tipe rangka dan panjang bentang 10 m. Ketiga tipe tersebut adalah Fink, Howe dan Cremona. Perencanaan batang tarik, tekan dan sambungan sesuai SNI 7971:2013, serta menganalisis berat total struktur dan lendutan yang terjadi. Hasil perencanaan tersebut, diperoleh desain profil untuk batang bawah adalah l C81.72 (tebal 0,7 mm), batang Diagonal dan Vertikal Web C81.100 (tebal 1 mm) dan batang atas C100.100 (tebal 1 mm). Sambungan menggunakan sekrup SDS (self drilling screw) 12-14x20 dengan df = 5,3 mm. Perbandingan berat total tipe Fink : Howe : Cremona yaitu 58,91 kg : 59,26 kg : 75,93 kg dan besar lendutan yang terjadi tipe Fink : Howe : Cremona yaitu 12,8 mm : 13,5 mm : 25 mm. Di peroleh kesimpulan tipe Fink adalah yang paling efektif dibanding tipe Howe dan tipe Cremona. Kata kunci: Batang tarik, Batang tekan, lendutan, sambungan
Studi Perbandingan Letak Shear Wall terhadap Perilaku Struktur dengan menggunakan SNI 1726:2019 dan SNI 2847:2019 Hendra Wijayana; Eka Susanti; Yanisfa Septiarsilia
Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi Terapan 2020: Memberdayakan Riset dan Inovasi untuk Teknologi yang Berkelanjutan
Publisher : Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Perkembangan Gedung bertingkat pada era saat ini lebih ke arah vertikal. Hal ini dikarenakan keterbatasan lahan menjadi permasalahan utama, khususnya di daerah perkotaan, sehingga bangunan ke arah vertikal sudah menjadi kebutuhan pada Perkembangan Pembangunan. Rentannya struktur bangunan tingkat tinggi terhadap gaya lateral, salah satunya gaya gempa mengharuskan struktur bangunan tingkat tinggi mampu menahan gaya lateral yang terjadi. Terdapat beberapa sistem struktur dalam menahan gaya lateral, diantaranya merupakan sistem rangka pemikul momen dan sistem dinding geser (Shear Wall). Dalam penelitian ini menggunakan Sistem Ganda, yaitu Sistem Rangka Pemikul Momen dan Sistem Dinding Geser dengan lima model posisi dinding geser. Penelitian  ini  dibuat  untuk  mengetahui  permodelan  posisi  dinding  geser yang  efektif  pada  bangunan  bertingkat  tinggi  dengan  membandingkan  5  permodelan  posisi  dinding  geser  yang  bervariasi menggunakan   nilai  prosentase  sistem  ganda,  periode  struktur,    dan  simpangan  antar  lantai. Berdasarkan  nilai  prosentase  penyerapan  gaya  lateral  pada  Sistem  Rangka  Pemikul  Momen  (SRPM)  didapatkan  nilai  terkecil  arah  X  sebesar  30,27  %  dan  arah  Y  sebesar  29,58 %  pada  permodelan  ke  5. Dengan  nilai  prosentase  sistem  ganda,  periode  struktur  dan  simpangan  antar  lantai yang  kecil  dalam  menahan  gaya  lateral  dianggap  struktur  bangunan  tersebut  lebih  aman.  Karna  resiko  kerusakan  pada  struktur  bangunan  dianggap  lebih  kecil  ketika  terjadi  goncangan  atau  pergerakan  struktur  bangunan  akibat  beban  lateral  seperti  beban gempa  yang  terjadi.  Sehingga  sistem  rangka  pemikul  momen  dengan  dinging  geser  yang  terletak  di  inti  bangunan   seperti  pada  permodelan  ke  5  dianggap  paling  efektif  dalam  menahan  gaya  lateral  seperti  beban  gempa.
STUDI PERBANDINGAN NILAI DAKTILITAS HOLLOW PILE DENGAN DAN TANPA PENAMBAHAN MATERIAL PENGISI BETON COR SETEMPAT Jaka Propika; Eka Susanti
Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi Terapan Inovasi Teknologi Infrastruktur Berwawasan Lingkungan
Publisher : Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Precast hollow pile diameter 600 mm, adalah jenis tiang pancang yang umum digunakan dikontruksi Indonesia. Berdasarkan SNI 03-1726-2013 pasal 7.14.2.2.5, tiang pancang sebagai bagian dari struktur bawah diharuskan untuk bisa berprilaku daktail dalam mendisipasi energi akibat beban gempa dan akibat tahanan lateral pada peralihan lapisan tanah lunak dan tanah keras.Penelitian eksperimental sebelumnya yang dilakukan oleh Budek et al (1997), menyimpulkan bahwa tiang pancang jenis hollow pile tidak dapat berprilaku daktail, hal ini ditunjukan dari hasil uji daktilitas displacement dan kurvatur yang tidak memenuhi persyaratan minimum. Pada penelitian ini, hasil eksperimental digunakan sebagai validasi untuk benda uji model 1 yaitu analisa perhitungan manual dan finite element dengan program bantu Abaqus 6.10 dan Xtract 3.6 untuk tiang pancang eksisting tanpa pengisi, dan dengan mengacu kepada metode yang sama, penelitian dilakukan terhadap model 2  yaitu hollow pile dengan penambahan material beton cor 67.8 MPa. Hasil analisa penelitian pada model 1, menunjukan bahwa hollow pile eksisting tidak dapat berprilaku daktail sesuai dengan persayaratan SNI maupun ACI. Sedangkan model 2 menunjukan peningkatan yang signifikan terhadap nilai daktilitas yaitu sebesar 88.9 % untuk daktilitas displacement dan 137.15 % untuk daktilitas kurvatur. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa, penambahan material beton cor ke dalam rongga adalah salah satu cara effektif peningkatan nilai daktilitas tiang pancang jenis hollow pile.
Modifikasi Struktur Bangunan Gedung Hotel Fave Dengan Menggunakan Rangka Baja Imron Hamzah; Eka Susanti; Jaka Propika
Jurnal Teknik Sipil Vol 1, No 1 (2020)
Publisher : Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (448.49 KB) | DOI: 10.31284/j.jts.2020.v1i1.933

Abstract

Struktur bangunan hotel fave didisain dengan material beton bertulang, namun pihak owner menginginkan struktur yang lebih efisien, dalam hal berat struktur. Maka dipilihlah material baja dengan karateristik yang sama seperti yang di inginkan pihak owner. Ide redisain menggunakan baja ini timbul karena baja memiliki berbagai keunggulan dibanding beton bertulang. Diantaranya adalah, dengan inersia yang sama, baja memiliki kapasitas yang lebih tinggi, baja juga memiliki keseragaman kualitas material yang lebih terjamin karena hasil buatan pabrik. Selain itu, baja juga memiliki daktilitas yang lebih tinggi dibanding beton bertulang dan berat struktur yang lebih ringan. Tujuan dari penelitian ini adalah meredisain struktur dengan menggunakan material baja dan mengetahui perilaku struktur terhadap drift, gaya geser gempa dan partipasi massa. Hasil redisain struktur dengan menggunakan baja adalah: Balok utama dari lantai 1-12 (balok melintang WF 350.175.7.11 dan balok memanjang WF 400.200.8.13) dan balok atap (balok melintang WF 300.150.6,5.9 dan balok memanjang WF 350.175.7.11). Kolom utama lantai 1-2 (Hbeam 500.500.20.30), kolom lantai 1-2 lobby entrance (WF 400.200.8.13), kolom lantai 3-6 (Hbeam 500.500.15.30), dan kolom lantai 7-12 (WF 500.300.12.22). Bresing menggunakan Hbeam 200.200.10.16. Untuk perilaku struktur diperoleh dari hasil analisa program SAP 2000, hasil analisisnya adalah :Partisipasi massa memiliki rasio 99% 90%, Periode fundamental mencapai waktu 1,52 detik, Gaya geser dasar gempa mencapai lebih dari 85% gaya geser ijin dengan arah gesernya lebih mengarah ke sumbu X dan Y, Simpangan antar lantai terbesar adalah 12,87 mm sehingga tidak lebih dari simpangan ijin sebesar 38,50 mm.
Pengaruh Penggunaan Zat Aditif Tipe C Pada Kuat Tekan Beton Zamroni Zamroni; Eka Susanti; Dita Kamarul Fitriyah
Jurnal Teknik Sipil Vol 1, No 2 (2020)
Publisher : Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (378.957 KB) | DOI: 10.31284/j.jts.2020.v1i2.1419

Abstract

Dalam industri konstruksi pengembangan dan penggunaan semen campuran semakin meningkat. Hal ini bertujuan  untuk meminimalisir penggunaan semen. Penggunaan Fly ash sebagai material pengganti untuk mengurangi jumlah semen, memiliki kelebihan, diantaranya menghemat biaya dan mengurangi dampak negatif pada lingkungan. Akan tetapi, berdasarkan penelitian mutakhir, didapatkan bahwa penggunaan fly ash diatas 30% akan menurunkan kuat tekan beton. Penggunaan zat aditif berfungsi untuk kemudahan pengerjaan ataupun mempercepat pengikatan pada beton dengan maksud mempersingkat waktu pelaksanaan konstruksi di lapangan. Zat aditif tipe C (Accelerator) digunakan untuk mengurangi lamanya waktu pengeringan (hidrasi), dan mempercepat pencapaian kekuatan beton. Dalam penelitian ini, dilakukan pembesaran prosentase penggunaan fly ash dengan tetap mempertahankan tercapainya mutu beton rencana, yaitu dengan cara penambahan zat aditf tipe C dari berat total bahan pengikat. Prosentase penggunaan fly ash terbatasa pada prosentase 30% - 40% dari berat semen. Pada kondisi normal, kuat tekan beton akan meningkat sesuai bertambahnya umur beton. Pada umumnya pada umur 7 hari, kuat tekan beton akan mencapai 65% dan pada umur 14 hari akan mencapai 88% - 90% dari kuat tekan beton umur 28 hari. Dalam penelitian ini didapatkan bahwa kuat tekan untuk beton normal dan beton dengan fly ash mengalami penurunan kekuatan terhadap beton normal untuk umur 14, 28, 56 hari. Persentase penurunan kekuatan tertinggi terjadi pada penggunaan fly ash sebesar 40% pada hari ke-56, yaitu sebesar -7,66% terhadap beton normal. Tetapi masih memenuhi kuat tekan rencana diumur beton 28 hari yaitu 25,99 Mpa.
Upper Structure of Precast Concretes Comparison: PC-I and PC-U in West Outer Ring Road, Surabaya Jaka Propika; Yanisfa Septiarsilia; Eka Susanti; Heri Istiono
Civilla : Jurnal Teknik Sipil Universitas Islam Lamongan Vol 7, No 2 (2022): September
Publisher : Litbang Pemas - Universitas Islam Lamongan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30736/cvl.v7i2.882

Abstract

Increasing of motorcycle numbers in big cities in Indonesia, especially in Surabaya. The traffic becomes crowded and road capacity is exceeded. Because of the increasing of motorcycle volume, especially in western part of Surabaya, the government built a flyover in west outer ring road to provide solution to congestion in Surabaya. This study aimed to determine the comparation between PC-I girder and PC-U girder used. In west outer ring road, the method was used to calculate prestressed beam was fully prestressed. The researcher reviewed the prestressed beam from behavior, reaction, and impact to the all of bridge structures from structure. The Software SAP 2000 V.14.2.5 is used to structure calculation analysis. According to analysis result, the calculation has been carried out, the difference ratio of the bridge floor slabs was studied. Flyover model with PC-U prestressed beam had smaller ratio than PC-I. The comparison of strand used in PC-U beams was more than PC-I with 42.22%. The maximum moment value was occurred in PC-I girder beam was 1541.979 Tons.meter and PC-U girder was 2252.599 Tons.meter. The strand requirements and cross area section was comparised too.
Komparasi Sistem Pelat Konvensional dan Sistem Pelat Precast Hollow Core Slab pada Struktur Gedung Jaka Propika; Yanisfa Septiarsilia; Eka Susanti; Dewi Pertiwi
Jurnal Teknologi dan Manajemen Vol 4, No 2 (2023): July
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat ITATS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31284/j.jtm.2023.v4i2.4491

Abstract

Seiring dengan padatnya penduduk di Surabaya sebagai kota metropolitan, menyebabkan peningkatan pembangunan berupa rumah hunian, salah satunya rumah susun. Dalam pembangunan rusun harus diimbangi inovasi yang memadai. Maka dilakukan upaya dengan melakukan remodeling pada pelat beton konvensional (on site) menjadi pelat beton precast dengan pembebanan pelat satu arah. Dalam pelaksanaan, pelat dibagi menjadi dua sistem,yaitu satu arah dan dua araha. Perbedaannya teretak pada asumsi distribuai beban yang disalurkan ke balok. Metode yang dilakukan dengan pengambilan data dari konsultan perencana, yakni Rusun Menanggal Surabaya dengan bangunan bertingkat 5 lantai yang memilki ukuran panjang 60,6 m, lebar 23,9 m, dan tinggi 16 m. Dari data yang diperoleh, dilakukan analisa dengan melakukan preliminary design pada pelat, dan membandingkan hasil yang akan diperoleh dari kedua pemodelan menggunakan pelat konvensional maupun modifikasi. Hasil analisa menunjukkan bahwa penggunaan pelat precast Hollow Core Slab, lebih efisien jika dibandingan dengan pelat konvensional. Perbedaan bisa dilihat dari berat struktur yang dihasilkan, lebih ringan menggunakan pelat modifikasi dengan prosentase sebesar 18.68%. juga bisa dilihat besi tulangan yang digunakan, lebih ekonois menggunakan pelat precast, senilai 46%. Namun sementara pada sistem pelat satu arah, gaya dalam yang dihasilkan ada yang lebih besar pada salah satu balok induk senilai 24%.
Pemanfaatan Abu Kayu dan Fly Ash sebagai Material Pengganti Sebagian Semen Eka Susanti; Dewi Kusumaningrum; Jaka Propika; Heri Istiono; Primario Jatupasha
Jurnal Teknologi dan Manajemen Vol 4, No 2 (2023): July
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat ITATS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31284/j.jtm.2023.v4i2.4563

Abstract

Penggantian sebagian semen sebagai bahan pembentuk beton, sedang dikembangkan. Hal itu untuk mengurangi efek negatif terhadap lingkungan. Fokus penelitian ini adalah memanfaatkan limbah abu kayu dan fly ash sebagai material pengganti sebagian semen. Untuk tujuan ini, campuran beton yang berbeda dirancang dengan prosentase penggunaan abu kayu 5% dan variasi campuran fly ash 5%, 10%, dan 20%. Benda uji ini menggunakan mortar berukuran 5×5×5 cm sebanyak 54 buah dengan waktu pengujian pada umur 7 dan 28 hari. Hasul pengujian pendahuluan menunjukkan penggunaan abu kayu 5% memiliki nilai kuat tekan mortar tertinggi, hal ini sesuai dengan penelitian terdahulu. Hasil pengujian setting time untuk semua sample mortar beton dengan abu kayu dan variasi prosentase fly ash telah memenuhi standart waktu pengikatan semen. Hasil pengujian kuat tekan menunjukkan bahwa semakin banyak prosentase fly ash yang ditambahkan pada mortar abu kayu 5%, maka semakin  tinggi kuat tekannya.