Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

Fenomenologi Islamisme dan Terorisme Rosdiawan, Ridwan
al-Daulah: Jurnal Hukum dan Perundangan Islam Vol 8 No 1 (2018): April 2018
Publisher : Prodi Siyasah Jinayah (Hukum Tata Negara dan Hukum Pidana Islam) Fakultas Syariah dan Hukum UIN Sunan Ampel Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (14.427 KB)

Abstract

Abstrak: Terdapat tiga pendapat mainstream yang memberikan ulasan teoritis mengenai antara doktrin Islam atau faktor politik, yang melatarbelakangi aksi-aksi terorisme dari kelompok berlatar belakang muslim: Pertama, mereka yang percaya bahwa pembenaran terhadap aksi-aksi kekerasan hingga terorisme adalah produk inheren dari doktrin keagamaan. Kedua, mereka yang memandang bahwa terorisme adalah perkara yang profan, sama sekali tak ada hubungannya dengan agama. Ketiga, pendapat yang menyebutkan bahwa terorisme adalah sinkretisme serta modifikasi interrelatif antara politik dan agama. Meski berbeda dalam menyimpulkan peran agama dalam terorisme, tiga teori mainstream di atas mempunyai keidentikkan dalam pendekatan analisis, yaitu; dimensi agama sebagai doktrin dan dimensi politis yang inheren menyertai setiap aksi tindakan terorisme. Menakar motif mana yang paling dominan dalam setiap aksi Islamisme dapat berangkat dari tinjauan fenomenologis. Terdapat dua perspektif umum yang dipakai oleh para pengamat dalam melakukan pendekatan studi terhadap fenomena gerakan Islamisme ini. Menurut perspektif pertama, gerakan Islamisme adalah sebuah bentuk anti-modernitas yang muncul sebagai respon antidote terhadap pembaharuan yang dihasilkan oleh Barat. Berdasarkan perspektif ini, Islamisme muncul dengan langsung menempatkan dirinya sebagai musuh dari Barat yang menjadi pionir dari modernisasi. Perspektif kedua menyimpulkan bahwa gerakan tersebut adalah fenomena manifestasi dan sekaligus juga respon terhadap perkembangan post-modernitas. Menurut perspektif ini, Islamisme muncul sebagai sesuatu yang menjadi pembeda, menyuarakan otonomi kultural, entitas politis alternatif serta kritik moralitas idologis terhadap sekularisme modernitas. Kata kunci: Islamisme, terorisme, fenomenologi.
Reinterpretasi Kesaksian Perempuan dalam Qs. Al-Baqarah [2]: 282 (Menelisik Antara Pemahaman Normatif-Tekstualis dan Historis-Kontekstualis) Wendi Parwanto; Ridwan Rosdiawan
Raheema Vol 5, No 1 (2018)
Publisher : PSGA LP2M IAIN Pontianak

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (771.207 KB) | DOI: 10.24260/raheema.v5i1.1084

Abstract

The polemics on comprehending the position of women as witness within the context of qs. Al-Baqarah [2] : 282 become one of interest to be examined further. Literally, the verse appears to undermine the women status and raises the issue of gender inequality. The article offers an alternate way to look up this widely discussed theme. Using Fazlur Rahman's theory of double movement, namely micro and macro asbab an-nuzul, the verse is revisited in order to gain a more progressive and comprehensive understanding on the status of women witness. Other analytical tools such as linguistics, intra-textuality and inter-textuality are also deployed in enriching the discussion.
Memetakan Anatomi Diskursus Islamisme dan Terorisme Islam Ridwan Rosdiawan
Islamica: Jurnal Studi Keislaman Vol. 13 No. 1 (2018): September
Publisher : Postgraduate Studies of Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15642/islamica.2018.13.1.1-33

Abstract

Abstract: What is the main factor of terrorism; Islamic doctrine, or political factor? There are three mainstream opinions provide theoretical reviews. Firstly, those who believe that the justification of acts of violence to terrorism is an inherent product of religious doctrine. Secondly, those who consider that terrorism is a profane matter have absolutely nothing to do with religion. Thirdly, the opinion which states that terrorism is syncretism and interrelated modification between politics and religion. This article tries to examine the three views above by dissecting other perspectives in order to get a clearer picture of the discourse of Islamism transforming into a radical movement leading to terrorism. Doctrinal and political motives are so strongly integrated and overlapping in the structure of the motives and actions of these radical groups. Departing from the view that Islamism is a movement that aims to make radical-revolutionary changes in social structure institutions, this article collects theories that can be used as maps to understand the construction of Islamism.
THE NARRATIVE CHARACTERISTICS OF ISLAMIC TERRORISM DISCOURSES Ridwan Rosdiawan
Al-Albab Vol 3, No 2 (2014)
Publisher : Graduate Program of Pontianak Institute of Islamic Studies

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (162.789 KB) | DOI: 10.24260/alalbab.v3i2.240

Abstract

While polemics is still shadowing the internationally accepted definition, the word “Terrorism” becomes more controversial when it is paralleled with “Islam”. The Islamic Terrorism discourse is more likely to be an elusive concept if not a Fata Morgana. Its very existence appears as a real entity but its form can hardly be described. It would be always be problematic to posterize such a terrible notion as “terrorism” and put it side by side with a noble concept as in “Islam”. The fact, however, shows that the two-word has been widely discussed in global arena. “Islamic Terrorism” has become a trending topic in global politics and academic discourses in the first decade of the millennium.
MENGGALI AKAR-AKAR MATERIAL (Maaddah) DAKWAH LINGKUNGAN Wendi Parwanto; Ridwan Rosdiawan
Jurnal Al-Hikmah: Jurnal Dakwah Vol 10, No 1 (2016)
Publisher : INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONTIANAK

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24260/al-hikmah.v10i1.546

Abstract

Sebagai agama yang universal/kaaffah, Islam mempunyai konsep yang sangat ideal tentang hubungan manusia dan lingkungan alam sekitar. Manusia dan Alam adalah makhluk integral yang saling bergantung dalam pola kesinambungan, sehingga keberlangsungan hidup manusia sangat tergantung pada bagaimana manusia memperlakukan lingkungannya. Kesadaran ini yang tampaknya kurang dimiliki oleh masyarakat Muslim sehingga dibutuhkan pendekatan dakwah dalam menggugahnya. Formulasi material (maaddah) dakwah yang berkesadaran lingkungan sangatlah dibutuhkan eksistensinya.
Pluralisme dan Radikalisme Muslim Masyarakat Transisi: Ekspresi Keberagamaan di Kawasan Industri Kabupaten Bekasi Ridwan Rosdiawan
Jurnal Al-Hikmah: Jurnal Dakwah Vol 11, No 2 (2017)
Publisher : INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONTIANAK

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24260/al-hikmah.v11i2.848

Abstract

Kawasan industry Kabupaten Bekasi dipilih sebagai sampel karena karakternya yang khas. Kehidupan tipe masyarakat pedesaan beralih secara cepat menuju tipe masyarakat perkotaan akibat industrialisasi. Adapun topic ekspresi keberagamaan yang dipilih adalah pluralism dan radikalisme dari masyarakat Muslim yang berdomisili di kawasan tersebut. Penentuan fokus masyarakat Muslim dilatarbelakangi oleh rasionalisasi bahwa mereka adalah penduduk dominan yang paling mewarnai kehidupan sosial di sekitarnya. Dengan menggunakan teknik penelitian lapangan melalui pengumpulan data berdasarkan observasi, wawancara dan kuesioner, penelitian ini diarahkan untuk mengklarifikasi fokus penelitian yang diformulasikan dalam bentuk pertanyaan: Bagaimanakah transisi kehidupan sosial akibat industrialisasi berkontribusi terhadap pluralism dan radikalisme masyarakat Muslim Kabupaten Bekasi? Dengan menafsirkan data melalui pendekatan deskriptif-analitis, penelitian ini menemukan bahwa transisi akibat industrialisasi memang sangat berpengaruh terhadap sikap pluralism masyarakat Muslim. Namun, pluralism itu masih sangat datar dan dangkal (superficial) sehingga sangat mungkin seketika berubah radikal seiring berubahnya kondisi-kondisi umum di sekitar.
CAUGHT BETWEEN THREE FIRES Book Review (Leiden: INIS, 2003; 334 halaman) Ridwan Rosdiawan
Jurnal Al-Hikmah: Jurnal Dakwah Vol 7, No 1 (2013)
Publisher : INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONTIANAK

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24260/al-hikmah.v7i1.56

Abstract

Judul besar Caught betweem Three Fires memberikan sinyal akan adanya tiga variabel yang ‘memantik api’ penelitian ini. Variabel pertama adalah fungsi dan peran penghulu yang telah mapan dalam struktur social masyarakat Jawa dan Madura. Variabel kedua berupa upaya pemerintah colonial Belanda untuk mengintegrasikan institusi informal penghulu ke dalam system mereka. Variabel ketiga adalah tumbuh dan berkembangnya reformisme Islam yang bersumber dari Timur Tengah dan munculnya gerakan nasionalis. Dasar dari praktik-praktik ke-Pangulu-an adalah sebuah “misi suci” memperjuangkan kelestarian Syari’at Islam dalam kehidupan masyarakat. Dan dalam misi suci itu para Pangulu berhasil menunaikannya sekalipun mereka mendapatkan tekanan-tekanan hebat dari pihak penguasa yang secular dan non-Muslim.
TREND PERAYAAN TAHUN BARU DI KOTA PONTIANAK: PERSPEKTIF KEGELISAHAN SEORANG REMAJA MUSLIMAH Ridwan Rosdiawan dan Septi Dwitasari
Jurnal Al-Hikmah: Jurnal Dakwah Vol 9, No 1 (2015)
Publisher : INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONTIANAK

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24260/al-hikmah.v9i1.91

Abstract

Konflik batin pada tiap individu kerap terjadi diantaranya disebabkan oleh ketidaksesuaian antara informasi konsepsional yang bersifat teoritis atau bahkan ideologis dengan realitas yang ditemui. Idealisme dogma atau jargon yang telah terinternalisasi ternyata tidak terpraktikkan secara empirik. Tulisan ini adalah konstruksi ulang dari tugas observasi mahasiswa terhadap tradisi religious di lingkungan sekitar yang mencerminkan dilemma konsepsional di benak seorang remaja Muslimah dalam menyikapi Perayaan tahun baru Masehi yang dirayakan oleh masyarakat Kota Pontianak yang populasi Muslimnya tergolong mayoritas.
EKSPRESI TOLERANSI BERAGAMA MSYARAKAT KALBAR: Eksistensi Kelenteng (Macu Keng) sebagai Melting Pot di Desa Kumpai Besar, Sungai Raya, Kab. Kubu Raya Ridwan Rosdiawan; Halimah Halimah
Jurnal Al-Hikmah: Jurnal Dakwah Vol 12, No 2 (2018)
Publisher : INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONTIANAK

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (402.106 KB) | DOI: 10.24260/al-hikmah.v12i2.1171

Abstract

Heterogenitas struktur masyarakat di Kalimantan Barat terepresentasikan dari eksistensi beragam etnis, kultur, bahkan relijiusitas. Di banyak tempat di propinsi ini, keragaman itu bahkan terjadi dalam situasi pembauran yang benar-benar intens. Sekat-sekat identitas individu dan kolektif seringkali menjadi kabur dalam proses interaksi, meskipun simbol-simbol ke-khas-annya begitu kentara bersuara. Eksistensi kelenteng di Desa Kumpai Besar adalah sebuah potret dimana symbol kekhasan identitas sebuah kelompok masyarakat justru telah menjadi “kepemilikan kolektif” masyarakat sekitar.