Bondet Wrahatnala
Fakultas Seni Pertunjukan Institut Seni Indonesia Surakarta

Published : 8 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

Ngamen Kreatif Ujud Sutrisno Bondet Wrahatnala
Keteg: Jurnal Pengetahuan, Pemikiran dan Kajian Tentang Bunyi Vol 6, No 2 (2006)
Publisher : Institut Seni Indonesia Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1349.37 KB) | DOI: 10.33153/keteg.v6i2.597

Abstract

Creativity is inseperable from human l~fe, including the fulJIlment of human needs. For this goal, man carries out ailforms of activities in accordance with abilities to support the profession of this choice. This is true in the case of Sujud Sutrisno, a street musician who has been creative and consistent in carying out his profession for 28 years. Sujud chose the kendhang ketipung as the instrument to begin his work as Street musician. He felt that he had never come across anyone performing with a kendhang in his day. The concepts of dangdut and humour were his next choice, as Sujud felt that both of these factors coul relate closely to the community, and were also practical media for entertaining the community, which was Sujudc main goal in his profession.Keyword:  the concepts of Sujud’s creativity
MUSIK BACKGROUND SEBAGAI SRATEGI PEMASARAN DAN KLASIFIKASI KELAS SOSIAL PENGUNJUNG AMIGO BOYOLALI Erna Nurhayati; Bondet Wrahatnala Bondet; Aris Setiawan
Jurnal Sosial Humaniora Vol. 13 No. 1 (2022): APRIL
Publisher : Universitas Djuanda Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30997/jsh.v13i1.5112

Abstract

Dalam pengelompokan musik, sering dihubungkan pada beberapa kepentingan di dalam masyarakat. Seperti halnya muzak yang menjadi musik latar untuk diputar di tempat tertentu yang kemudian pemutarannya menjadi program melalui tingkat suara, musik, dan temanya. Hal ini juga diterapkan pada Departement Store Boyolali sebagai strategi marketing untuk menarik pengunjung. Penelitian bertujuan untuk mengungkap adanya fenomena pengelompokan musik. Musik diidentikan sebagai kelas sosial, sesuai pendapat Pierre Bourdieu yang digunakan dalam landasan pemikiran penelitian ini. Hal ini untuk mengelompokkan kelas ekonomis dalam pemutaran musik di Departement Store tersebut. Peneliti menggunakan metode kualitatif untuk memahami suatu fenomena yang terjadi di Departement Store Boyolali, dengan menggunakan prosedur observasi, tinjauan dokumen, perekaman, wawancara dan analisis secara mendalam dengan menggunakan thick description. Dengan membedah persoalan ini, menggunakan pendekatan dan perspektif fenomenologi yang dilihat dari berbagi aspek inderawi dan konseptual dengan melihat berbagai fenomena yang ada. Berdasarkan hasil penelitian ini, ditemukan bahwa musik yang diputar dikelompokkan menjadi dua, yaitu musik kelas bawah dan kelas atas. Masyarakat kalangan atas sering mendengarkan jenis musik yang berganre jazz, pop atau sering disebut selera budaya barat. Sedangkan masyarakat kalangan menengah ke bawah cenderung  menyukai musik dangdut. Departement Store Boyolali mempunyai konsep penjualan untuk kalangan menengah ke atas, sehingga eksistensi musik dangdut tidak termasuk dalam play list musik. Akan tetapi setelah melihat fakta dan banyaknya fenomena yang ada saat ini dari berbagai musisi dangdut mulai digandrungi semua kalangan, dapat membuktikan bahwa dangdut bukan lagi sebagai musiknya kaum marginal, melainkan menjadi musik semua kalangan.
Penajaman Kemampuan Jurnalistik Melalui Pelatihan Penulisan Dan Fotografi Berbasis Data Bagi Siswa SMA Bondet Wrahatnala
Abdi Seni Vol 1, No 1 (2009)
Publisher : Institut Seni Indonesia Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2357.46 KB) | DOI: 10.33153/abdiseni.v1i1.39

Abstract

Kemampuan jurnalistik verbal dan fotografi tidak diwadahi secara khusus dalam kurikulum sekolah (SMA). Karena itu, hal ini dirasakan sebagai sebuah kepentingan bagi etnomusikolog untuk memperkenalkan kinerja jurnalistik berbasis data di lapangan. Dengan menggunakan prinsip learning by experience based on the field, kegiatan ini dilakukan dengan tujuan untuk mempertajam kemampuan menulis dan fotografi bagi siswa SMA. Ceramah interaktif, workshop klinis, dan unjuk kerja menjadi pilihan solusi yang tepat untuk kegiatan ini. Hasil utama dari kegiatan ini adalah: pertama, memperkenalkan proses kerja jurnalistik berbasis data kepada siswa SMA; dan kedua, mempertajam kemampuan menulis dan fotografi siswa SMA sesuai dengan kaidah jurnalistik. Manfaat yang dapat diambil dari kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat ini adalah siswa dapat melakukan proses kerja jurnalistik untuk kemudian dapat diaplikasikan ke dalam bentuk penyelidikan atau investigasi lainnya dengan menggunakan langkah kerja jurnalistik berbasis data.Keyword : kemampuan jurnalistik, pelatihan penulisan dan fotografi berbasis data, learning by experience based on the field
PELATlHAN MUSIK PERKUSI PADASISWA-SISWI ANAK ASUH RUMAH ZAKAT DI SURAKARTA Bondet Wrahatnala
Abdi Seni Vol 2, No 2 (2010)
Publisher : Institut Seni Indonesia Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (5780.033 KB) | DOI: 10.33153/abdiseni.v2i2.91

Abstract

Music more offers convenience in a noise through the things that exist in the environment around us. As will be studied and implemented in the program this time is a percussion instrument. Some of the convenience offered by this type of instrument include (1) issued monofon tone, (2) much easier to play, because in general this instrument sounded by being beaten by hand or with the aid of a stick, (3) easy access to them, because often found in the environment, and (4) can be played in groups of numbers. Through this program, the training element of the development of ethnic percussion instruments that adopt the archipelago combined with Islamic music can be applied. Especially in the details of the program, one of the material is the music and vocals. The model adopted is the application of science and technology Interest and Talent Search Method for music, which is to determine some of the kids that can play music by the way they play percussion instruments are struck directly by hand ie jeembe and trebang, and percussion instruments are struck using a stick that is tom-tom and dog-dog. The second is the method of the Clinical Workshop, which demonstrates percussion. The mechanism adopted is to divide the participants into several groups, each group was accompanied by training team members. This activity aims to end to form an archipelago of ethnic percussion groups, with ethnic percussion pattern of the archipelago which consists of children who have a basic non-art. In this case, the foster children from Rumah Zakat in Surakarta. Further outcomes are able to provide container staging of this musical group to be able to participate.Key words: Pelatihan musik perkusi, Siswa-siswi anak asuh Rumah Zakat Surakarta
Eksperimentasi Metode Terapi dengan Musik untuk Pasien Skizofrenia di RSJD Surakarta Elya Nindy Alfionita; Bondet Wrahatnala
Jurnal Kajian Seni Vol 5, No 1 (2018): Jurnal Kajian Seni Vol 5 No 1 November 2018
Publisher : Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (79.964 KB) | DOI: 10.22146/jksks.40180

Abstract

AbstractThe object of study "Experimentation With Music Therapy Method for the Treatment of Schizophrenia in a Psychiatric Hospital Area Surakarta" aims to uncover and describe the shape of healing method performed by a team of occupational RSJD Surakarta to patients with schizophrenia. The research appears as the existence of a form of musical phenomenon in which there are adaptations as a form of healing effort to psychiatric patients with schizophrenia. Schizophrenia is classified as severe mental disorders ( psychotic ) that attacks the majority of patients at the Mental Hospital of Surakarta. Besides occupational team also did a musical experimentation that aims to find the song material in accordance with the psychological and social conditions of patients with schizophrenia This study uses the approach of ethnomusicology delivered with the theory and the concept of the four imperatives Talcot Parson as follows; adaptation, goal Attaintment, integration, and latency. Then the author uses to do research in qualitative ethnographic methods using techniques literature study, observation, and interviews. The results of the analysis found that occupational therapy is music with a tempo of 60-75 bpm is able to stabilize the emotions in schizophrenic patients. Occupational therapy with the tempo of the achievements gained 75% of the experimentation results obtained through the four models of the patient. Keywords: Schizophrenia, Occupational Therapy, Regional Psychiatric Hospital Surakarta.
STRUKTUR DAN BENTUK GENDING IRINGAN REOG PONOROGO Faisol Amir; Bondet Wrahatnala
Keteg: Jurnal Pengetahuan, Pemikiran dan Kajian Tentang Bunyi Vol 22, No 2 (2022)
Publisher : Institut Seni Indonesia Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33153/keteg.v22i2.4449

Abstract

Reog Ponorogo is a traditional dance that developed in Ponorogo, East Java. The presentation cannot be separated from the music as one of the determining factors for the success of performances. This study aims to describe the structure and form of the Reog Ponorogo gending. The Qualitative research methods that using observation and interview techniques are used to support the data collection process in this study. In its presentation, Reog Ponorogo has standard music (pakem) according to the movement of the characters being played. The gending form of used has a simple colotomic structure with name obyog, patrajayan, ponoragan, sampak and kebogiro. Based on the structure, some of gending have a similarities and different of rhythm, laya and garap/ improvisation. As a traditional performing arts, the gending of Reog Ponorogo has been agreed (conventionally) by the community, one of which is the application of gending in each dance fragment. Gending obyok, ponoragan and sampak have a wider application, namely in all dance fragments even though the different intensity. Meanwhile, gending kebo giro only appears and becomes the main accompaniment of the Bujang Ganong and Klana Sewandana fragments.
Form of Presentation of Ranup Lampuan Dance Music in the Intat Linto Procession in Banda Aceh City Alhari; Bondet Wrahatnala; Aris Setiawan
SOSHUM : Jurnal Sosial dan Humaniora Vol. 13 No. 1 (2023): March 2023
Publisher : Unit Publikasi Ilmiah, P3M, Politeknik Negeri Bali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31940/soshum.v13i1.32-43

Abstract

This study aims to reveal the form of presentation of ranup lampuan dance music in the intat linto baroe procession in the city of Banda Aceh. Ranup Lampuan dance music is music that is used to accompany the Ranup Lampuan dance in the procession of welcoming guests in Acehnese society. This study used a qualitative research method, a descriptive research type with an ethnomusicological approach. The results of this study reveal that the music of the ranup lampuan dance in the city of Banda Aceh is presented in several traditional events such as the intat linto procession which contains social values in the community, in the intat linto event the musicians in ranup lampuan have two roles, namely; as musicians from the guest party escorting the Linto group and as musicians for the host party (dara baroe) to accompany the ranup lamp dance. The presentation of Ranup Lampuan dance music has supporting elements, namely: Musicians, musical instruments, costumes or clothing, venues, and notations.
PADA GELAHANG: INTERCULTURAL TOLERANCE PADA KOMUNITAS RAGA BALI DI SURAKARTA Bondet Wrahatnala; Danu Baskara
GETER : Jurnal Seni Drama, Tari dan Musik Vol 6 No 1 (2023): April 2023
Publisher : Jurusan Sendratasik FBS Unesa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26740/geter.v6n1.p1-16

Abstract

Artikel ilmiah ini ditulis dengan maksud mengkisahkan aktivitas membangun toleransi melalui ruang Komunitas Raga Bali. Sebuah komunitas musik yang memiliki kesadaran pengetahuan toleransi keberagaman dengan menjalankan prinsip local genius budaya Bali bernama Pada Gelahang. Perspektif fungsionalisme digunakan untuk memahami 1) struktur, 2) fungsi, dan 3) tindakan pada komunitas Raga Bali sebagai komponen-komponen yang bekerja atau dipakai dalam menanamkan toleransi. Komponen-komponen pada setiap kegiatan komunitas Raga Bali diyakini memiliki fungsi-fungsi edukasi toleransi multikultiralisme. Hasil simpulan dari Artikel ilmiah ini adalah 1) dalam struktur organisasi, I Komang merupakan inisiator dan relawan yang pertama, pemilik ide dan inisiator yang membentuk dan membangun Komunitas Raga Bali sebagai Laboratorium budaya untuk mengembangkan sikap-sikap toleransi dalam konsep Pada Gelahang. 2) Di dalam Komunitas Raga Bali, I Komang dibantu oleh Mukhlis. Mukhlis menjalankan peran fasilitator yang mengimplementasi konsep ke dalam kegiatan atau hal-hal yang harus dilakukan dalam memfasilitasi anggota Komunitas Raga Bali belajar sesuai dengan keadaan atau kenyataan yang diinginkan oleh I Komang atau kesepakatan komunitas. 3) implementasi Pendidikan toleransi pada komunitas adalah kegiatan sosial dibalik proses pelatihan Gamelan Bali. Komunitas ini menghayati toleransi melalui bentuk interaksi musikal, Memainkan sebuah sajian musik Gamelan Bali diharuskan untuk menggunakan sikap bergotong-royong, saling peduli, menjaga stabilitas sosial, dan lain sebagainya.