Mohammad Ruly Fauzi
Balai Arkeologi Sumatera Selatan

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

EKSISTENSI STENASELLUS SP. PADA GUA HUNIAN PRASEJARAH DI KAWASAN KARS BUKIT BULAN, SAROLANGUN, JAMBI Dhanang Puspita; Andy Wibowo; Mohammad Ruly Fauzi
Forum Arkeologi VOLUME 32, NOMOR 2, OKTOBER, 2019
Publisher : Balai Arkeologi Bali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1201.541 KB) | DOI: 10.24832/fa.v32i2.563

Abstract

So far, there is no previous report on the existence of Stenasellidae in a prehistoric cave-site in Indonesia. For the very first time, information about the existence of this ancient shrimp in a prehistoric habitation-site yielded from multidisciplinary research at Mesiu Cave. Their existence is delightful to discuss because they are extremely vulnerable and only lives in a specific environment (i.e. stygobit). This article unravels the reason behind the survival of Stenasellidae at Mesiu Cave over a descriptive – explanatory approach. Our observation on the specimen shows its similarity to the typical characteristics of Stenasellus genera. Furthermore, description of their existing habitat shows a characteristic which is fundamentally contradicting to the regular location of prehistoric human activity in a cave site. More likely, this distinctive spatial use of the cave has enabled Stenasellus sp. to survive until the present day. Moreover, the discovery of this unique cavernicole also enhances the outstanding value of Mesiu Cave as a cultural heritage site. Hingga saat ini, belum ada laporan mengenai penemuan Stenasellidae (Crustacea, Malacostraca, Isopoda) pada situs gua hunian prasejarah di Indonesia. Untuk pertama kalinya, informasi mengenai keberadaan udang purba tersebut pada situs gua hunian diperoleh dari penelitian multidisipliner di situs Gua Mesiu. Bertahannya eksistensi organisme ini di situs hunian prasejarah menarik untuk diulas lebih lanjut sebab hewan ini dikenal rentan dan hanya hidup pada lingkungan yang spesifik (i.e. stygobit). Artikel ini mengungkap alasan yang melatarbelakangi bertahannya eksistensi Stenasellidae di situs Gua Mesiu melalui pendekatan deskriptif–eksplanatif. Observasi kami pada fisiologi spesimen Stenasellidae tersebut menunjukkan karakteristik anatomi dari marga Stenasellus. Sedangkan deskripsi habitat Stenasellus sp. menunjukkan karakteristik lingkungan yang bertolak-belakang dengan lokasi aktivitas hunian manusia di gua-gua prasejarah pada umumnya. Perbedaan tersebut sangat mungkin menjadi salah satu faktor penyebab bertahannya eksistensi Stenasellus sp. di Gua Mesiu. Laporan mengenai penemuan fauna gua ini juga turut menambah nilai penting dan keunikan tersendiri Gua Mesiu sebagai situs cagar budaya.
MANUSIA PRA-SRIWIJAYA DARI PANTAI TIMUR SUMATRA Mohammad Ruly Fauzi; Nurhadi Rangkuti
Jurnal Penelitian Arkeologi Papua dan Papua Barat Vol. 12 No. 2 (2020): November 2020
Publisher : BALAI ARKEOLOGI PAPUA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24832/papua.v12i2.293

Abstract

Ekskavasi Situs Purwo Agung yang berlokasi di pantai timur Sumatra memberikan data baru berupa sisa-sisa elemen rangka dan gigi-geligi manusia dalam konteks kubur. Penemuan tersebut sangat penting karena profil demografi dan aspek biokultural dari manusia Pra-Sriwijaya di area rawa pasang surut tersebut belum pernah terungkap sebelumnya. Kajian bioarkeologi pada temuan manusia dari situs ini berhasil mengungkap adanya dua individu dewasa dengan afinitas dari populasi Monggolid. Dijumpai pula jejak penyakit berupa lesi karies yang mencerminkan diet dari masyarakat Pra-Sriwijaya masa lalu. Kehadiran individu dewasa lanjut menjadi bukti bahwasannya kawasan rawa pasang-surut di Sumatra mampu menyokong kehidupan manusia Pra-Sriwijaya hingga usia lanjut. Kajian ini sekaligus memperkuat pendapat sejarah hunian manusia di pantai timur Sumatra telah berlangsung lama, setidaknya sejak periode Pra-Sriwijaya berlangsung.
SIGNIFIKANSI TEMBIKAR TERA-TALI DARI SITUS CERUK LANDAI (MERANGIN, JAMBI) DALAM REKONSTRUKSI EKSPANSI NEOLITIK DI BAGIAN BARAT INDONESIA Mohammad Ruly Fauzi
KALPATARU Vol. 26 No. 1 (2017)
Publisher : Badan Riset dan Inovasi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Archaeological excavation at Landai Rockshelter (Merangin District, Jambi) successfully unearthed two different phases of neolithic habitation through artifactual and contextual analysis on its remains. Interesting result came from the analysis on cord-marked, nets, and rhombus motif appeared on pottery fragments which are made by paddle-impressed technique. Cord-markedpottery from US c layer in Landai Rockshelter established a possible link between neolithic pottery traditions in Sumatra with the Bau-Malay pottery complex in the mainland of Southeast Asia. It became the evidence of a possible expansion of neolithic culture from the west through the Malay Peninsula then move southward into Sumatra at least 3000 years ago. Ekskavasi situs Ceruk Landai (Kabupaten Merangin, Jambi) berhasil mengungkap adanya dua fase hunian neolitik yang berbeda melalui kajian artefaktual dan kontekstual pada temuan-temuannya. Data menarik diperoleh dari analisis ragam hias tera-tali atau cord-marked, jala, dan belah ketupat yang dihasilkan oleh alat tatap (paddle) yang digunakan (i.e. teknik paddle impressed). Tembikar bermotif hias cord-marked pada lapisan US c di Ceruk Landai membuktikan adanya hubungan antara masyarakat neolitik di Sumatra dengan kompleks tembikar Bau-Malay di Asia Tenggara Daratan. Hal tersebut menjadi bukti adanya kemungkinan ekspansi budaya neolitik dari arah barat melalui Semenanjung Malaya yang kemudian masuk ke Sumatra setidaknya sejak 3000 tahun yang lalu.