Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

NILAI DAN MAKNA RITUAL SU’I UWI PADA UPACARA ADAT REBA MASYARAKAT BOSIKO KECAMATAN BAJAWA KABUPATENNGADA (KAJIAN HISTORIS DAN SOSIOLOGIS) Yoakim Rianto Mawo; Khusnul Khotimah; Sari Mellina Tobing
MAHARSI Vol 3 No 2 (2021): Maharsi : Jurnal Pendidikan Sejarah dan Sosiologi
Publisher : IKIP BUDI UTOMO MALANG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33503/maharsi.v3i2.1719

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk (1) mendeskripsikan proses ritual Sui Uwi pada upacara adat Reba Masyarakat Bosiko Kecamatan Bajawa Kabupaten Ngada (2) mengetahui nilai dan makna historis dari ritual Sui Uwi pada upacara adat Reba (3) mengetahui nilai dan makna sosial dari ritual Sui Uwi pada Upacara adat Reba Masyarakat Bosiko Kecamatan Bajawa Kabupaten Ngada. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan metode interpretasi dengan jenis penelitian desktiptif kualitatif. Pengambilan sampel secara purposive sampling dengan menggunakan sampel wilayah dan informan sebanyak 5 orang dari berbagai latar belakang dengan teknik pengumpulan data yaitu observasi, wawancara dan dokumentasi. Pengujian data dengan menggunakan teknik trianpulasi. Data dianalisis melalui tahapan pengumpulan data, reduksi data, penarikan kesimpulan dan verivikasi. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa (1). Proses ritual Sui Uwi pada upacara Reba di kampung Bosiko dimulai dari tahap pertama Kobe Ddheke yaitu malam pertama semua berkumpul di rumah induk/rumah adat. Tahap kedua Kobe Dhoi yaitu malam kedua yang ditandai dengan O Uwi sebuah tarian lantunan adat. Tahap ketiga Kobe Sui yaitu wejangan dan kisah ziarah perjalanan leluhur menuju ke tanah Ngada. (2) Terdapat nilai dan makna histori dari ritual Sui Uwi yaitu mengisahkan asal-usul orang Ngada, adanya nilai peduli sesama dan jiwa kepemimpinan dalam membangun komunitas adat dan kesatuan adat yang disebut kelompok Reba. (3) Terdapat nilai dan makna sosial dari ritual Sui Uwi diantaranya niali gotong-royong , ajaran hidup untuk saling membina hubungan dan persaudaraan.
Eksistensi Budaya Lewak Tapo di Tengah Arus Modernisasi Masudin Shaleh; Sari mellina Tobing; Rizki Agung Novariyanto
Paradigma: Jurnal Filsafat, Sains, Teknologi, dan Sosial Budaya Vol 29 No 1 (2023): Paradigma: Jurnal Filsafat, Sains, Teknologi, dan Sosial Budaya
Publisher : IKIP Budi Utomo Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33503/paradigma.v29i1.2848

Abstract

Kebudayaan diwujudkan dalam beberapa bentuk seperti tingkah laku, mitos, kepercayaan dan masih banyak lahi bentuk dari kebudyaan. Lahirnya kebudayaan disebabkan oleh keingingan manusia dalam memenuhi kebutuhan hidup. Keinginan-keinginan tersebut membentuk suatu tradisi yang diwariskan secara turun temurun. Sedangkan budaya dapat diartikan sebagai pandangan dalam memandang baik atau buruk pengalaman manusia dalam berinteraksi serta mempengaruhi cara berpikirnya. Dalam kehidupan berbudaya sutau kelompok masyarakat tidak akan terlepas dari arus modernisasi yang membawah perubahan diseluruh aspek kehidupan. Hal ini menjadi salah satu indikasi dan perlu adanya penegasan dalam upaya mempertahankan eksitensi budaya lokal. Dalam penelitian ini penulis melakukan penelitian terkait eksitensi ritual lewak tapo di Desa Sukutokan Kecamatan Kelubagolit. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber data primer dan literatur yang diperoleh dengan Teknik wawancara. Dalam penelitian ini penulis menganalisis data dengan teknik kualitati deskripsif yang bertujuan untuk menggambarkan fenomena di lapangan. Hasil temuan dalam penelitian ini menggambarkan bahwa dalam rituan lewak tapo sendiri mengandung makna sosial dan keyakinan. Makna sosial di wujudkan melalui nilai-nilai sosial yang dibangun seperti nilai kebersamaan, gotong royong, keadilan dan kesetiakawanan. Sedangkan makna keyakinan diwujudkan melalui relasi komunikasi yang dibangun antara keluarga yang masih hidup dengan anggota keluarga yang meninggal secara tidak wajar. Pesan yang dikandung dalam ritual ini adalah kesadaran untuk tidak mengulang kesalahan yang sama sebab tujuan ritual ini adalah untuk mencari penyebab kematian seseorang dengan cara tidak wajar. Mengingat bahwa ritual ini merupakan ritual yang sakral maka eksitensi ritual ini secara tidak langsung sudah dirawat karena kesadaran akan kematian-kematian secara tidak wajar.