Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Listrik dan Perubahan Sosial Pada Masyarakat Desa Terpencil Studi Kasus pada Masyarakat Dusun Punik, Kecamatan Batu Lanteh, Kabupaten Sumbawa Taufiq Ramdani
Jurnal Kawistara Vol 10, No 2 (2020)
Publisher : Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/kawistara.50772

Abstract

Electricity has been a vital force of soclial change. Access to electricity is an inevitable drive to multidmentional transfromation of society. The purpose of this research is to describe the forms of social change that occurs in Punik remote rural communities as a result of the presence of diesel generating electrical power (generator) in 2005. Based on a qualitative conducte in Punik Village of Batu Lanteh Subdistrict of Sumbawa regency, this research found the following conclusions: (a) shifts in the layers of social status, which is based on the extent of the diversity of manifestations and clumps of technology that can have, how expensive, how far the complexity or level of sophistication, how people are able to do and have it , (b) changes in the distribution of roles in the family and society, where the role of the family and society to adapt following the relative availability of resources beyond the normative criteria, namely gender and age, (c) shifts in basis and the orientation of interaction and cooperation of the elements of intimacy that strengthen kinship and altruism shifted into affective neutrality, individual and economy-oriented interests, (d) shift in the tradition, includig a variety of oral tradition that includes the inauguration of the relationship between individuals that is reduced by functions clump technology innovation; other collective traditions are relatively easier stimulus delivered through the entertainment medi; (e) The change of culture, a culture which previously relied on a livelihood, the human role and traditional equipment based technologies manifestation are displaced by electrical function, (f) the changes social events to adapt with electrical availability.Keywords: Diffusion; Electricity; Generator; Innovations; Remote Indigenous Communities; Social Change.
Persepsi Masyarakat Dusun Gili Trawangan Terhadap Penyebab Terjadinya Bencana Gempa Bumi Taufiq Ramdani; Muhammad Arwan Rosyadi; Azhari Evendy; Anisa Puspa Rani
RESIPROKAL: Jurnal Riset Sosiologi Progresif Aktual Vol 2 No 1 (2020): Juni
Publisher : Prodi Sosiologi Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/resiprokal.v2i1.34

Abstract

An inevitability that natural disasters such as earthquakes will be perceived differently by different individuals within a community, some may perceive earthquakes as a natural occurrence plain and others perceive in transcendental meaning (the relationship of creatures and their Lord), namely the relationship causality between human behavior on the one hand as the cause and the punishment of God through the natural disaster on the other side as a result. This study aims to (1) determine how the perception of Gili Trawangan people to the cause of earthquake that has ever happened, (2) to determine the factors that affect the perception of Gili Trawangan people to the cause of earthquake. This research is down with qualitative paradigm, and case study research as design. Then, the technique of purposive samping and snow ball sampling are used to determine some key informans and support informans. As for in-depth interviews, observation, and documentation are some of the data collection techniques. The research showed that the majority of Gili Trawangan people (71%) perceive that all behaviour and activity of Gili Trawangan community, then the type of tourism business that correlate to party activity, promiscuity, alcohol, as the cause of the earthquake. As for the small percentage (16%) of Gili Trawangan people who are the owner of tourism business perceiving that the earthquake is a natural phenomenon that occurs naturally due to the cyclical annual. As for those who perceive ambiguously are their backgrounds as tourism workers, such as waiters, porters, coachman of horse cart, and others, the amount are 14%. Perception ambiguous question in this research is at one time informants perceive that the cause of the earthquake transcendentally based on religious beliefs but at the same time agree well with the perception that the earthquake is a natural annual cycle. The factors that influence the perception of the above is the level of education, various professions, understanding delivered by preachers and religious leaders, and presentation of information from the mass media.
STRATEGI NAFKAH RUMAH TANGGA BURUH TANI DAN BURUH BANGUNAN MENGHADAPI PELUANG DAN ANCAMAN DIVERSIFIKASI SEKALIGUS KRISIS SUMBER MATA PENCAHARIAN POKOK Taufiq Ramdani; Nuning Juniarsih; Ratih Rahmawati
AGROTEKSOS, Jurnal Ilmiah Ilmu Pertanian Vol 32 No 1 (2022): Jurnal Agroteksos April 2022
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/agroteksos.v32i1.717

Abstract

ABSTRAK Tingkat kesejahteraan keluarga berkaitan erat dengan derajat kepastian lingkup mata pencaharian kepala keluarga, yaitu yang berkaitan dengan kepastian keberlangsungan pekerjaan serta besaran pendapatan. Sebanyak 61% atau 122 Rumah Tangga di Lingkungan Tanakakan Kabupaten Sumbawa Barat menggantungkan nafkah rumah tangganya kepada hasil bekerja sebagai buruh tani serta buruh bangunan, pekerjaan yang saat ini ketidakpastiannya tidak saja karena terikat oleh musim namun juga oleh karena tidak menentu keberlangungannya dari hari ke hari. Menyempitnya lahan pertanian di satu sisi, dan di sisi lainnya keteralihan satuan pekerjaan dalam aktivitas pertanian dan pertukangan (buruh bangunan) yaitu dari manusia ke mesin-mesin (mesin panen, mesin potong besi dan kayu, mesin penyambung dan perekat, mesin serut, mesin bor, mesin penyampur semen, dan lain-lain), sehingga sumber mata pencaharian terdiversifiasi ke dalam profesi yang lebih terspesialisasi dan membutuhkan skill khusus, yang muaranya menjadi faktor yang semakin menyempitkan ketersediaan lahan nafkah bagi 122 rumah tangga miskin di kawasan ini, namun sebenarnya di sisi lian sekaligus menciptakan peluang kerja yang lebih luas. Persaingan dengan tenaga kerja dari luar kawasan yang terus membanjiri segenap lapangan pekerjaan di kabupaten ini seiring dengan keberadaan tambang emas dan fasilitas pemurnian emas (smelter), skill penunjang khusus yang tidak dimiliki masyarakat lokal merupakan kompleksitas utama yang menyebabkan keluarga buruh tani dan buruh bangunan di kawasan ini sulit untuk mengambil peluang terciptanya diversifikasi pada sektor-sektor mata pencaharian yang tersedia, dan justru dapat berubah menjadi ancaman bagi mereka. Kesemua kompleksitas yang membatasi ruang atau sumber nafkah rumah tanggga tersebut menuntut strategi penanganan tersendiri bagi kepala keluarga agar nafkah rumah tangga tidak terhenti di antara ancaman sekaligus peluang ada. Dengan demikian, tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui bagaimana strategi nafkah rumah tangga miskin buruh tani dan buruh bangunan di Lingkungan Tanakakan Kelurahan Menala Kecamatan Taliwang Kabupaten Sumbawa Barat menghadapi ancaman krisis sumber mata pencaharian utama dan munculnya peluang sekaligus ancaman dari terdiversifikasinya mata pencaharian tersebut. Metode penelitian ini menggunakan paradigma penelitian kualitatif dengan desain studi kasus, penentuan informan secara purposive, pengumpulan data melalui indepth interview dan observasi, analisis data menggunakan analisis interaktif Miles&Huberman, serta metode keabahasan data yaitu triangulasi untuk kaidah kredibilitas, di samping keterpenuhan aspek transferibilitas, dependabilitas, serta confirmabilitas penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rumah tangga buruh tani dan buruh bangunan di lingkungan tanakakan cenderung mengupayakan 2 strategi utama guna mempertahankan keberlanjutan nafkah rumah tangga mereka di tengah ancaman krisis sumber pendapatan utama sekaligus ancaman dan peluang dari terciptanya diversifikasi mata pencaharian yang ada. Strategi yang pertama yaitu dengan strategi alih profesi dan yang kedua dengan strategi optimalisasi kerjasama internal komunitas. Alih profesi merupakan langkah atau strategi yang diupayakan oleh mereka yang sebelumnya berprofesi sebagai buruh tani, yaitu dengan memanfaatkan diversifikasi sumber mata pencaharian yang tersedia akhir-akhir ini sebagai dampak positif pertumbuhan jumlah rumah tangga Apartur Sipil Negara dan pekerja tambang emas di lingkungan mereka, yaitu di sektor layanan jasa domestik rumah tangga, seperti menjadi asisten rumah tangga paruh waktu, mencakup layanan setrika, layanan mencuci, layanan pengasuhan anak dan balita, dan lain sebagainya. Adapun mereka yang menggantungkan nafkah dari profesi buruh bangunaan mengupayakan keberlanjutan nafkah rumah tangga melalui strategi penguatan kerjasama internal komunitas, baik dalam artian komunitas sebagai kesaamaan kelompok pekerjaan yaitu buruh bangunan ataupun komunitas dalam artian kelompok pekerja berdasarkan lingkungan asal yang terbatas. Adapun manifestasi strategi dimaksud yaitu dengan membentuk kelompok layanan jasa penangangan pekerjaan bangunan yang anggotanya berasal dari lingkungan Tanakakan dan dikepalai oleh mereka yang dikenal luas memiliki nama dan kredibilitas yang baik, serta jaringan yang luas. Menurut mereka, dengan strategi demikian maka konsumen menilai mereka sebagai tenaga kerja yang professional, sekaligus menghindarkan mereka dari stigma buruk akibat latar belakang dan kredibilitas individual yang tidak diketahui dengan jelas oleh konsumen. Kata Kunci: Strategi, Nafkah, Diversifikasi, Rumah Tangga, Buruh Tani, Buruh Bangunan.
PERSEPSI PEDAGANG KAKI LIMA ALUN-ALUN KOTA PASURUAN TERHADAP KEBIJAKAN RELOKASI Taufiq Ramdani
Jurnal Sosiologi Reflektif Vol 14, No 1 (2019)
Publisher : Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14421/jsr.v14i1.1671

Abstract

The aim of this research is to know how street vendors response to the Relocation Policy at a square city of Pasuruan. This research employs a mixed method.  A quantitative approach is the main approach,  while qualitative approach is the supporting one (mixing method). To the main approach (quantitative)  is represented by survey method using Spearman Rank Correlation Analysis as a tool to analyse factors that affect street vendors’ interpretation to the relocation policy. The supporting approach (qualitative) is represented by “in-depthinterview” using Miles and Huberman interactive analysis as a tool in answering something that be related by emic meaning perspective from research that cannot be explained through quantitative approach alone.The results show that during the introduction stage, the relation of stimulus and street vendors’ response to relocation policy formed negatively. Negative interpretation shows that street vendors at the Pasuruan Town Square see relocation policy as a threat of their businesses. Factors that affect the interpretation tendency are limited knowledge on the policy consequence, hope, ability, service, facility, socialization, and ethnicityPenelitian ini dilakukan untuk menginvestigasi persepsi Pedagang Kaki Lima Alun-Alun Kota Pasuruan terhadap kebijakan relokasi serta factor-faktor yang mempengaruhi persepsi tersebut. Desain penelitian ini adalah Mixing Method. Untuk pendekatan utama (kuantitatif) menggunakan metode survei, menggunakan analisis korelasi Spearman Rank untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi interpretasi PKL terhadap kebijakan relokasi. Sedangkan pendekatan pendukung (kualitatif) diwakili in-depth-interview, menggunakan analisis interaktif Miles&Huberman sebagai perangkat untuk menjawab aspek emik penelitian. Persepsi PKL terhadap kebijakan relokasi adalah negatif. Artinya, mayoritas PKL yaitu 60 orang (89,55 %) memaknai kehadiran kebijakan relokasi sebagai ancaman bagi kelangsungan usaha mereka. Adapun PKL yang mempersepsi positif 4 orang (5,97 %) dengan pemaknaan bahwa kebijakan relokasi merupakan peluang bagi perkembangan usaha. Sedangkan PKL yang menginterpretasi kebijakan relokasi secara ambivalens sebanyak 3 orang (4,47). Artinya PKL memaknai kebijakan relokasi dalam keraguan di antara ancaman dan peluang bagi kelangsungan dan perkembangan usaha. Faktor-faktor yang mempengaruhi interpretasi PKL terhadap Kebijakan Relokasi adalah : (1) Faktor Pengetahuan (pengetahuan tentang konsekuensi dari kebijakan, pengetahaun tentang aturan berdagang di lokasi baru, dan pengetahuan tentang strategi atau cara-cara menyiasati usaha agar dapat bertahan dan berkembang di tengah persaingan ketat di lokasi baru), (2) faktor harapan atau kemauan, (3) faktor kemampuan (kemampuan strategi-teknis, kemampuan ekonomi), (4) faktor pelayanan, (5) faktor fasilitas, (6) faktor sosialisasi, dan (7)  faktor etnisitas.
Listrik dan Perubahan Sosial Pada Masyarakat Desa Terpencil Studi Kasus pada Masyarakat Dusun Punik, Kecamatan Batu Lanteh, Kabupaten Sumbawa Taufiq Ramdani
Jurnal Kawistara Vol 10, No 2 (2020)
Publisher : Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/kawistara.50772

Abstract

Electricity has been a vital force of soclial change. Access to electricity is an inevitable drive to multidmentional transfromation of society. The purpose of this research is to describe the forms of social change that occurs in Punik remote rural communities as a result of the presence of diesel generating electrical power (generator) in 2005. Based on a qualitative conducte in Punik Village of Batu Lanteh Subdistrict of Sumbawa regency, this research found the following conclusions: (a) shifts in the layers of social status, which is based on the extent of the diversity of manifestations and clumps of technology that can have, how expensive, how far the complexity or level of sophistication, how people are able to do and have it , (b) changes in the distribution of roles in the family and society, where the role of the family and society to adapt following the relative availability of resources beyond the normative criteria, namely gender and age, (c) shifts in basis and the orientation of interaction and cooperation of the elements of intimacy that strengthen kinship and altruism shifted into affective neutrality, individual and economy-oriented interests, (d) shift in the tradition, includig a variety of oral tradition that includes the inauguration of the relationship between individuals that is reduced by functions clump technology innovation; other collective traditions are relatively easier stimulus delivered through the entertainment medi; (e) The change of culture, a culture which previously relied on a livelihood, the human role and traditional equipment based technologies manifestation are displaced by electrical function, (f) the changes social events to adapt with electrical availability.Keywords: Diffusion; Electricity; Generator; Innovations; Remote Indigenous Communities; Social Change.