Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

Modal Sosial dalam Pengembangan Ekowisata di Desa Marente Kecamatan Alas Kabupaten Sumbawa Diana Alfianti; Solikatun Solikatun; Ratih Rahmawati
RESIPROKAL: Jurnal Riset Sosiologi Progresif Aktual Vol 3 No 1 (2021): Juni
Publisher : Prodi Sosiologi Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/resiprokal.v3i1.62

Abstract

Various Research with title of "Social Capital in Ecotourism Development in Marente Village of Alas Sub-district of Sumbawa District". This research is a qualitative research to discover and identify the forms of the social capital of society and the problems that occurred during the development process and efforts to overcome the problems in the development of ecotourism in Marente village. The research used the social capital theory by Putnam and Woolcocks. The research uses qualitative descriptive methods, data collection techniques using open and profound interview techniques, field observations and documentation results. Data analysis are data reduction, data presentation and conclusions/verifications. The results showed the form of social capital in Marente village community in the development of ecotourism consisting of values and norms, beliefs and networks. Values in the form of the attitude of friendliness, the value of togetherness, religious values and the value of environmental responsibility and norms to regulate the development of ecotourism. Community trust on ecotourism managers and related agencies. Network or cooperation relationship of the community in Marente village with village, district and provincial governments. Generally the obstacles faced in the ecotourism development are related to funds, facilities and infrastructure, technology are less good, lack of competent in human resources, lack of public awareness on tourism and environmental hygiene. Therefore, the effort is to propose funding proposals to related parties, to participate in training on ecotourism development and carried out socialization related to the importance of tourism and environmental hygiene.
Hubungan Kebijakan Pandemi COVID-19 Terhadap Faktor Pernikahan Usia Remaja Kecamatan Pringgabaya, Lombok Timur, NTB Nurwaningsih Ningsih; Ika Wijayanti; Ratih Rahmawati
RESIPROKAL: Jurnal Riset Sosiologi Progresif Aktual Vol 3 No 2 (2021): Desember
Publisher : Prodi Sosiologi Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/resiprokal.v3i2.76

Abstract

The study aims to know the relationship of pandemic COVID-19 policy toward teenager marriage factor. The method used in this study is quantitative method with associative approch. Data collection techniques using questionnaires, while data analysis techniques use spearman correlation analysis the results showed that there was a significant relationship between COVID-19 Pandemic policy toward teenage marriage factor with relationship rate off 8,11%. Also Policy in pandemic covid-19 raises the awareners of healthy and clean life exercise a healthy lifestyle by following the healthy protocols applied by the goverment. But on the others hand, there is an event of latent or an uncological function of the policy of COVID-19 pandemic is one of the factor behind teenage marriage, where the policies are related to social restrinctions and network learning (online), socioeconomic, cultural and environment become the factor that cause teenagers in marriage.
RELIGIOUS BEHAVIOR OF AGRARIAN COMMUNITY IN LINGSAR VILLAGE, LOMBOK BARAT Suparman Jayadi; Ratih Rahmawati
Agrisocionomics: Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian Vol 5, No 1 (2021): Mei 2021
Publisher : Faculty of Animal and Agricultural Science, Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/agrisocionomics.v5i1.8531

Abstract

research aimed to analyze work ethos and Sasak Islam religious behavior of agrarian community in Lingsar Village of Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat. Sasak Islam religious behavior and work ethos of agrarian community in farming practice was the unit of analysis in this qualitative research with case study approach. Data collection was carried out through observation, in-depth interview, and documentation. To validate data, multisource evidence was used and analyzed with Weber’s social action theory. The result of research showed that religious behavior of Lingsar village’s farmer community included nerimaq (grateful), cukup (feeling enough), and ikhlas (sincere). Work ethos could be seen in social action such as working hard and diligently and farming processing land well. There was a relationship between farmer’s work ethos and Sasak Islam religious understanding of agrarian community in Lingsar Village.
STRATEGI BERTAHAN HIDUP MASYARAKAT PESISIR PADA MASA PANDEMI COVID-19 DI LOMBOK TENGAH Ratih Rahmawati; Taufiq Ramdani; Nuning Juniarsih
NUSANTARA : Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial Vol 8, No 6 (2021): NUSANTARA : Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial
Publisher : Universitas Muhammadiyah Tapanuli Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31604/jips.v8i6.2021.1744-1753

Abstract

Masa pandemi Covid-19 membuat kondisi perekonomian masyarakat Indonesia mengalami perubahan sosial yang signifikan, sebab membuat masyarakat kesulitan dalam memenuhi kebutuhan dasarnya seperti sandang, pangan, papan dan pendidikan bagi anak-anak. Perihal ini terjadi pula pada masyarakat pesisir di Pantai Selong Belanak, Kabupaten Lombok Tengah yang terdiri dari masyarakat yang bermatapencaharian sebagai nelayan serta pengelola usaha wisata pantai. Pandemi Covid-19 di Lombok Tengah mengakibatkan penurunan jumlah kunjungan wisatawan pantai serta mengakibatkan nelayan kesulitan dalam melakukan pemasaran hasil laut, sehingga masyarakat melakukan upaya atau strategi bertahan hidup di tengah pandemi Covid-19. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui strategi bertahan hidup masyarakat pesisir pada masa pandemi Covid-19 di Lombok Tengah, dengan menggunakan metode penelitian kualitatif pendekatan studi kasus sehingga dapat mengungkap fenomena yang unik, khas serta mendalam pada kehidupan masyarakat pesisir di masa pandemi melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi, serta dianalisis menggunakan teknik analisis data interaktif Miles dan Huberman sehingga mendapatkan data yang absah dan valid. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masyarakat pesisir melaksanakan strategi bertahan hidup seperti berhutang kepada Bank Keliling atau rentenir, melakukan simpan pinjam di KUB kelompok nelayan, menjual benda-benda berharga seperti barang elektronik hingga perhiasan, memanfaatkan Bantuan Langsung Tunai (BLT-DD), masyarakat pesisir juga melakukan inovasi dalam bisnis atau usahanya seperti melakukan metode pesan antar atau delivery untuk makanan yang dijual di kedainya.  Disamping itu, masyarakat pesisir mengikuti kegiatan produktif di Kelompok Sadar Wisata Pantai Selong Belanak serta KUB Kelompok Nelayan Selong Belanak untuk mendapatkan fasilitas-fasilitas seperti kegiatan sosial, pelatihan, serta bantuan peralatan nelayan dan bantuan dana inovasi usaha pantai.
STRATEGI NAFKAH RUMAH TANGGA BURUH TANI DAN BURUH BANGUNAN MENGHADAPI PELUANG DAN ANCAMAN DIVERSIFIKASI SEKALIGUS KRISIS SUMBER MATA PENCAHARIAN POKOK Taufiq Ramdani; Nuning Juniarsih; Ratih Rahmawati
AGROTEKSOS, Jurnal Ilmiah Ilmu Pertanian Vol 32 No 1 (2022): Jurnal Agroteksos April 2022
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/agroteksos.v32i1.717

Abstract

ABSTRAK Tingkat kesejahteraan keluarga berkaitan erat dengan derajat kepastian lingkup mata pencaharian kepala keluarga, yaitu yang berkaitan dengan kepastian keberlangsungan pekerjaan serta besaran pendapatan. Sebanyak 61% atau 122 Rumah Tangga di Lingkungan Tanakakan Kabupaten Sumbawa Barat menggantungkan nafkah rumah tangganya kepada hasil bekerja sebagai buruh tani serta buruh bangunan, pekerjaan yang saat ini ketidakpastiannya tidak saja karena terikat oleh musim namun juga oleh karena tidak menentu keberlangungannya dari hari ke hari. Menyempitnya lahan pertanian di satu sisi, dan di sisi lainnya keteralihan satuan pekerjaan dalam aktivitas pertanian dan pertukangan (buruh bangunan) yaitu dari manusia ke mesin-mesin (mesin panen, mesin potong besi dan kayu, mesin penyambung dan perekat, mesin serut, mesin bor, mesin penyampur semen, dan lain-lain), sehingga sumber mata pencaharian terdiversifiasi ke dalam profesi yang lebih terspesialisasi dan membutuhkan skill khusus, yang muaranya menjadi faktor yang semakin menyempitkan ketersediaan lahan nafkah bagi 122 rumah tangga miskin di kawasan ini, namun sebenarnya di sisi lian sekaligus menciptakan peluang kerja yang lebih luas. Persaingan dengan tenaga kerja dari luar kawasan yang terus membanjiri segenap lapangan pekerjaan di kabupaten ini seiring dengan keberadaan tambang emas dan fasilitas pemurnian emas (smelter), skill penunjang khusus yang tidak dimiliki masyarakat lokal merupakan kompleksitas utama yang menyebabkan keluarga buruh tani dan buruh bangunan di kawasan ini sulit untuk mengambil peluang terciptanya diversifikasi pada sektor-sektor mata pencaharian yang tersedia, dan justru dapat berubah menjadi ancaman bagi mereka. Kesemua kompleksitas yang membatasi ruang atau sumber nafkah rumah tanggga tersebut menuntut strategi penanganan tersendiri bagi kepala keluarga agar nafkah rumah tangga tidak terhenti di antara ancaman sekaligus peluang ada. Dengan demikian, tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui bagaimana strategi nafkah rumah tangga miskin buruh tani dan buruh bangunan di Lingkungan Tanakakan Kelurahan Menala Kecamatan Taliwang Kabupaten Sumbawa Barat menghadapi ancaman krisis sumber mata pencaharian utama dan munculnya peluang sekaligus ancaman dari terdiversifikasinya mata pencaharian tersebut. Metode penelitian ini menggunakan paradigma penelitian kualitatif dengan desain studi kasus, penentuan informan secara purposive, pengumpulan data melalui indepth interview dan observasi, analisis data menggunakan analisis interaktif Miles&Huberman, serta metode keabahasan data yaitu triangulasi untuk kaidah kredibilitas, di samping keterpenuhan aspek transferibilitas, dependabilitas, serta confirmabilitas penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rumah tangga buruh tani dan buruh bangunan di lingkungan tanakakan cenderung mengupayakan 2 strategi utama guna mempertahankan keberlanjutan nafkah rumah tangga mereka di tengah ancaman krisis sumber pendapatan utama sekaligus ancaman dan peluang dari terciptanya diversifikasi mata pencaharian yang ada. Strategi yang pertama yaitu dengan strategi alih profesi dan yang kedua dengan strategi optimalisasi kerjasama internal komunitas. Alih profesi merupakan langkah atau strategi yang diupayakan oleh mereka yang sebelumnya berprofesi sebagai buruh tani, yaitu dengan memanfaatkan diversifikasi sumber mata pencaharian yang tersedia akhir-akhir ini sebagai dampak positif pertumbuhan jumlah rumah tangga Apartur Sipil Negara dan pekerja tambang emas di lingkungan mereka, yaitu di sektor layanan jasa domestik rumah tangga, seperti menjadi asisten rumah tangga paruh waktu, mencakup layanan setrika, layanan mencuci, layanan pengasuhan anak dan balita, dan lain sebagainya. Adapun mereka yang menggantungkan nafkah dari profesi buruh bangunaan mengupayakan keberlanjutan nafkah rumah tangga melalui strategi penguatan kerjasama internal komunitas, baik dalam artian komunitas sebagai kesaamaan kelompok pekerjaan yaitu buruh bangunan ataupun komunitas dalam artian kelompok pekerja berdasarkan lingkungan asal yang terbatas. Adapun manifestasi strategi dimaksud yaitu dengan membentuk kelompok layanan jasa penangangan pekerjaan bangunan yang anggotanya berasal dari lingkungan Tanakakan dan dikepalai oleh mereka yang dikenal luas memiliki nama dan kredibilitas yang baik, serta jaringan yang luas. Menurut mereka, dengan strategi demikian maka konsumen menilai mereka sebagai tenaga kerja yang professional, sekaligus menghindarkan mereka dari stigma buruk akibat latar belakang dan kredibilitas individual yang tidak diketahui dengan jelas oleh konsumen. Kata Kunci: Strategi, Nafkah, Diversifikasi, Rumah Tangga, Buruh Tani, Buruh Bangunan.
PERAN KELOMPOK NELAYAN DALAM PENINGKATAN TARAF HIDUP MASYARAKAT PESISIR DI LOMBOK Ratih Rahmawati; Taufiq Ramdani; Nuning Juniarsih
Jurnal Analisa Sosiologi Vol 12, No 1 (2023)
Publisher : UNIVERSITAS SEBELAS MARET (UNS)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20961/jas.v12i1.62815

Abstract

Coastal areas have potential, one of which is marine tourism, so efforts are needed to develop coastal areas into tourist attractions and productive economic businesses. However, there is a decrease in the number of human resources who are interested in becoming fishermen. Similarly, what happened on the Lombok Island, the quantity of human resources in stabilizing production in coastal area governance decreased, thus affecting the quality of coastal area development which affected the community's economy. Therefore, fishing groups play an important role in improving people's living standards. This research is a qualitative research using a case study approach analyzed by James Scott's theory of subsistence ethics. The component analyzed is the social situation in coastal communities located on the Lombok. The result of the study is that coastal communities improve living standards through the role of fishermen groups as follows the following fishermen's group activities that are beneficial for the development of the quality of marine products catches, carries out activities held by local governments and utilizes assistance distributed in groups, fishermen group members can carry out self-development by exchanging experiences and information between fellow fishermen, provide mutual assistance and support when in difficulties, on the other hand, have an awareness of the importance of education for their children so that they continue to strive to improve their lives. Keywords: Fisherman Group, Potential Coastal Area, Standard Of Living, Coastal Community. AbstrakWilayah pesisir memiliki potensi salah satunya adalah wisata bahari sehingga perlu upaya pengembangan daerah pesisir menjadi obyek wisata dan usaha ekonomi produktif. Namun, terdapat penurunan jumlah sumber daya manusia yang berminat untuk menjadi nelayan. Begitu pula yang terjadi di Pulau Lombok, kuantitas sumber daya manusia dalam stabilisasi produksi tata kelola wilayah pesisir menurun sehingga berpengaruh pula pada kualitas pengembangan wilayah pesisir yang berpengaruh pada perekonomian masyarakat. Oleh karena itu, kelompok nelayan berperan penting dalam meningkatkan taraf hidup masyarakat. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif menggunakan pendekatan studi kasus yang dianalisis dengan teori etika subsistensi James Scott. Komponen yang dianalisis adalah situasi sosial pada masyarakat pesisir yang berlokasi di Pulau Lombok. Hasil penelitian adalah masyarakat pesisir meningkatkan taraf hidup melalui peranan kelompok nelayan sebagai berikut: masyarakat pesisir aktif mengikuti kegiatan kelompok nelayan yang bermanfaat bagi pengembangan kualitas tangkapan hasil laut, melaksanakan kegiatan yang diadakan oleh pemerintah daerah dan memanfaatkan bantuan yang disalurkan secara berkelompok, anggota kelompok nelayan dapat melakukan pengembangan diri dengan bertukar pengalaman dan informasi antar sesama nelayan, saling memberikan bantuan dan dukungan apabila berada dalam kesulitan, disisi lain memiliki kesadaran akan pentingnya pendidikan putra-putrinya sehingga terus berupaya untuk meningkatkan taraf hidup. Kata Kunci: Kelompok Nelayan, Potensi Wilayah Pesisir, Taraf Hidup, Masyarakat Pesisir.
POTENTIAL DEVELOPMENT OF BAU NYALE TRADITION AS CULTURAL TOURISM IN LOMBOK Ratih Rahmawati; Taufiq Ramdani; Nuning Juniarsih
SANGKéP: Jurnal Kajian Sosial Keagamaan Vol. 5 No. 2 (2022): Sufism, Muslim Community, and Religious Moderation Concept in Indonesia
Publisher : Prodi Sosiologi Agama dan Asosiasi Sosiologi Agama Indonesia (ASAGI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20414/sangkep.v5i2.6790

Abstract

The development of tourism potential is not only in nature tourism but culture tourism, the community protects cultural tourism in Lombok by carrying out the routine customs of Bau Nyale (re: Bau is catching, Nyale is sea worms). Traditional customs traditions are carried out as an effort to preserve culture in the form of entertainment and ritual processions. This is done as a dynamic in the recovery of the economic sector while developing the potential for cultural tourism in the Mandalika SEZ. This research is qualitative research with an exploratory approach, the phenomenon is analyzed with the theory of Symbolic Interactionism by George Herbert Mead, with a component of community social action in developing the potential of cultural tourism in Lombok. The result of the research is the Bau Nyale tradition with the adaptation of new habits carried out with wisdom to be an innovation in introducing the Sasak tradition to the wider community. Although in its implementation there is a reduction in activities, the potential of tradition is still manifested in a series of ceremonial events, so that it still exists as an attraction for the surrounding community and tourists, in addition, the historical site of the Princess Mandalika Statue is a priority area to visit. The involvement of human resources is important in the process of developing cultural tourism as an implementer of cultural socialization and promotion, implementers of cultural values and norms, with the synergy of local governments and traditional figures who contribute to the implementation.
SASAK COMMUNITY'S COMMUNICATIVE ACT IN NGELUKAR AND NGILAHAN KAOQ RITE IN LOMBOK Suparman Jayadi; Ratih Rahmawati
al-Balagh : Jurnal Dakwah dan Komunikasi Vol. 5 No. 2 (2020): December 2020
Publisher : Fakultas Ushuluddin dan Dakwah UIN Raden Mas Said Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22515/al-balagh.v5i2.2481

Abstract

The Ngelukar and Ngilahan Kaoq rite are religious and cultural ceremonies performed by Balinese Hindus and Sasak Muslims in Lingsar Village. The aim of this study is to analyze the communicative actions of the Sasak people in the Ngelukar and Ngilahan Kaoq rite as interethnic socio-cultural integration. This research used qualitative methods with a case study design and the data were collected through observation, in-depth interviews, and documentation. The analysis used Habermas's theory of communicative action. The results showed that both Hindus and Muslims through this ritual could build the concept of interfaith togetherness, which is actualized for survival. Through the social communication, this can shape the actions to maintain the tradition of both adherents (Hindu and Muslim) according to the prevailing rules and values in the Ngelukar and Ngilahan Kaoq rituals. This ritual activity is a form of the communicative rationality actions by the Sasak people.
Pengelolaan Remitansi Keluarga PMI dalam Peningkatan Ekonomi berbasis Komunitas di Wilayah Pesisir KEK Mandalika Ratih Rahmawati; Taufiq Ramdani; Nuning Juniarsih
Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora Vol 13 No 3 (2024)
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/jish.v13i3.76476

Abstract

Pengelolaan remitansi dilakukan oleh keluarga PMI dalam upaya meningkatkan kualitas kesejahteraan keluarga saat PMI bekerja diluar negeri dan setelah selesai periode bekerja. Rendahnya pengetahuan dalam praktik pengelolaan remitansi membuat masyarakat cenderung konsumtif. Kondisi rumah tangga PMI yang berbeda jarak dan waktu mengakibatkan disharmonisasi dalam rumah tangga. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pola pengelolaan remitansi oleh keluarga PMI dalam peningkatan ekonomi berbasis komunitas. Penelitian ini dilaksanakan dengan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus menggunakan analisis teori Tindakan Sosial oleh Charles Tilly. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pilar pertama program BK TKI yaitu ‘pemberdayaan ekonomi keluarga PMI’ telah berhasil dilaksanakan. Komunitas ini berhasil menggunakan remitansi untuk dijadikan modal usaha kegiatan ekonomi produktif. Komunitas memproduksi olahan potensi sumber daya alam wilayah pesisir. Hal ini dapat terlaksana karena anggota komunitas atau istri PMI melakukan program kerja Bina Keluarga TKI di wilayah pesisir KEK Mandalika Kabupaten Lombok Tengah dengan aktivitas penerimaan pengetahuan wirausaha, pelatihan wirausaha, pelatihan menjahit, dan produksi olahan komoditas rumput laut. Kelompok program BK-TKI mengarahkan anggotanya memiliki aktivitas produktif untuk mengelola remitansi. Anggota memiliki akses terhadap relasi diluar desanya, memiliki semangat yang tinggi dan bersilaturahmi. Kendala yang dialami seperti tidak tersedia transportasi, kurangnya SDM dari instansi, pelaksanaan pelatihan dari instansi tidak rutin dilakukan setiap periode dan memiliki jarak waktu yang cukup lama.