Usman Daras
Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Indonesian Spice and Medicinal Crops Research Institute

Published : 11 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 11 Documents
Search

Status Hara Tanaman Lada Bangka Belitung Daras, Usman; Tjahjana, Bambang Eka; Herwan, Herwan
Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar Vol 3, No 1 (2012): Buletin Riset Tanaman Rempah Dan Aneka Tanaman Industri
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Ada indikasi rendahnya produktivitas lada di Bangka Belitung (Babel) disebabkan karena petani tidak mampu merawat tanaman secara baik. Dalam merawat tanaman, petani juga melakukan pemupukan meskipun dosis yang diberikan mungkin lebih rendah dari yang dibutuhkan, bahkan unsur pupuk tertentu lain belum pernah diberikan sama sekali. Indikasi ke arah itu diperlihatkan oleh sering dijumpainya tanaman lada yang memperlihatkan gejala defisiensi hara. Untuk itu dilakukan penelitian dalam bentuk survei tanaman lada petani di Kabupaten Bangka, Bangka Tengah dan Bangka Selatan. Setiap kebun lada contoh terpilih, diamati kondisi umum pertumbuhan dan perkiraan tingkat produktivitasnya dengan mewancarai sejumlah petani lada, serta diambil beberapa contoh daun lada dan tanahnya secara komposit untuk dianalisis kandungan haranya di laboratorium. Hasil penelitian menunjukkan kondisi kebun lada petani memperlihatkan pertumbuhan dan hasil lada yang beragam. Kandungan hara N daun sebagian besar masuk kategori sedang (1,65-2,79% N), bahkan tinggi (> 2,79% N). Hara P pada kisaran 0,10–0,18%, sehingga masuk kategori cukup, meskipun sebagian besar nilainya mendekati batas bawah (0,10% P). Sebagian besar kebun lada (68%) memiliki kandungan K daun rendah (< 1,78% K), bahkan mendekati batas bawah (kritis), 0,33% K. Kandungan Ca pada kisaran 0,33-0,54% (rendah), jauh dari kandungan optimal 1,42-3,33% Ca. Sedangkan status Mg bervariasi dari 0,10% (terendah) sampai 0,46% (tertinggi). Pada kebun-kebun lada dengan kandungan Mg daun berkisar 0,10-0,28% memperlihatkan gejala defisiensi. Nutrient status of black pepper grown in Bangka BelitungABTRACT There are greatly various growth performances of black pepper grown in Bangka Belitung. Among them may be classified into the worse ones or low in achieving of yields due to unability of farmers in maintenance of the crops adequately. To increase yields of the crop, they use fertilizers eventhough the kind and amount of nutrients added may be unappropriate manner or never at all. Nutrient disorders in plant may appear in many ways such as reduced growth, off-colored leaves, abnormally shaped leaves and stems and and a breakdown of certain parts of the plant.  If deficiency of a certain nurient becomes more severe, visual symptoms may spread over the whole plant leaves, may become more chlorotic or bleached in appearance, and death of plant parts. A field survey was carried out on black peppers grown at Bangka, particularly districts of Bangka, Central Bangka and South Bangka in 2010. Parameters observed were quality of growth, productivity, cultural practices applied, and nutrient content of sampled leaves and soils on which the crops are planted. Lacking of a nutrient supply is some extent easely to be identified from specific symptoms of growth, but some others not or hard because it might be not single factor. Leaf and soil analysis are therefore needed to confirm nutrient status to support the growth. Results show that there were strong evident that status of macro nutrients like N and P are likely not to be serious constraints in growing of the crop. On the other hands, those of K, Ca and Mg are under suboptimal conditions of black pepper. Content of K leave ranged of 0.51 to 1.99% being mostly less than those of the need for optimal growth of black pepper 1.78-2.84% K. The others like Ca and Mg in leaves are also low ranging of 0.33 to 0.54% (low), and 0.10% (deficient) to 0.46% (optimum), respectively. Of the leaves having Mg content ranging from 0.10 to 0.28% reveal chlorotic, a type of deficiency symptom characterized by yellowing localized over individual leaves or isolated between some leaf veins (interveinal chlorosis).
Pengaruh Mikoriza dan Pupuk NPK terhadap Pertumbuhan dan Produksi Jambu Mete Muda Trisilawati, Octivia; Towaha, Juniaty; Daras, Usman
Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar Vol 3, No 1 (2012): Buletin Riset Tanaman Rempah Dan Aneka Tanaman Industri
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian pengaruh fungi mikoriza asbuskula (FMA) dan pupuk NPK pada pertumbuhan dan produksi tanaman jambu mete muda dilaksanakan di KP. Cikampek, Jawa Barat dari bulan Januari sampai Desember 2011. Rancangan percobaan yang digunakan adalah acak kelompok, terdiri dari dua faktor, yang diulang 4 kali dengan ukuran plot 4 tanaman/perlakuan. Faktor I adalah aplikasi FMA, yaitu tanpa FMA dan aplikasi 12 kaplet FMA/tanaman.  Faktor II adalah pupuk NPK (g/tan.) yang terdiri dari: (a) dosis pupuk NPK rekomendasi (100 g N, 80 g P2O5, 100 g K2O/tan.), (b) 3/4 dosis pupuk NPK rekomendasi, dan (c) 1/2 dosis pupuk NPK rekomendasi. Parameter pengamatan meliputi penambahan jumlah daun, tinggi tanaman, diameter cabang, lilit batang utama, lebar kanopi, panjang cabang, jumlah cabang tersier, jumlah tandan bunga, jumlah buah per tandan, dan jumlah gelondong per pohon.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa penurunan dosis pemupukan NPK sampai 50% dari dosis rekomendasi yang disertai dengan pemberian mikoriza (FMA) tidak mengakibatkan penurunan pertumbuhan dan produksi jambu mete varietas BO2 hasil grafting. Sebagai implikasi, adanya respon positif pada pertumbuhan dan produksi jambu mete dapat dijadikan petunjuk bahwa penggunaan mikoriza mampu meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk NPK. Effect of Mycorrhizal and NPK Fertilizer on Young Cashew Growth and ProductionABSTRACT A study of the application of arbuscular mycorrhiza fungi (AMF) and reduction of NPK fertilizer rates was carried out on grafted young cashew trees grown at Cikampek Research Station, West Java, from January to December 2011. Experimetal design used was a randomized block design, consisting of two factors, repeated 4 times with plot size of 4 plants. The first factor was application of AMF, consisting of without AMF and with inoculation of 12 AMF caplets/plant. The second factor was application of NPK fertilizer, consisting of: (a) Full recommended of NPK fertilizer rates (100 g N, 80 g P2O5, 100 g K2O/plant.), (b) 3/4 recommended NPK fertilizer rate, and (c) 1/2 recommended NPK fertilizer rate. Parameters observed included the increase of number of leave, plant height, diameters of branch, main girth and canopy, branch length, number of tertiary branches, number of bunches of flowers, the number of fruits per bunch, and the number of nuts per tree. Results showed that the reduction of NPK fertilizer application upto 50% of recommended fertilizer rates combined with the application of AMF on the young cashew trees (2.5 years old) did not result in any reduction of plant growth measured significantly. As an amplication, the application of micorhizal fungus is likely able to increase efficiency of fertilizer use to the crop indicated by comparable growth of the treated ones.
Formulasi Pemupukan Berimbang pada Tanaman Lada di Bangka Belitung Daras, Usman; Sobari, Iing; Towaha, Juniaty
Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar Vol 3, No 2 (2012): Buletin Riset Tanaman Rempah Dan Aneka Tanaman Industri
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Banyak faktor yang diperkirakan menjadi penyebab masih rendahnya rataan produksi lada di Bangka Belitung, termasuk pemeliharaan tanaman yang belum optimal. Dalam upaya meningkatkan hasil lada, sebagian petani telah menggunakan pupuk N, P dan K meskipun jumlah dan/komposisi unsur pupuk yang diberikan mungkin tidak sesuai dengan yang dibutuhkan tanaman. Penelitian ini bertujuan mendapatkan formula dan dosis pemupukan N, P dan K untuk memperbaiki pertumbuhan dan produksi lada di Bangka Belitung. Faktor yang diuji adalah komposisi NPK, 3 macam (K1 = NPK 12:12:17; K2 = NPK 15:15:15; dan K3 = NPK 12:8:20), yang masing-masing terdiri atas 3 taraf dosis pemupukan (D1 = 1,8; D2 = 2,4; dan D3 = 3,0 kg NPK/ph/th). Rancangan percobaan yang digunakan adalah acak kelompok dengan 3 ulangan dan ukuran petak 16 tanaman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pupuk 1,8 kg per pohon merupakan dosis pemupukan yang cukup memadai untuk budidaya tanaman lada dewasa (TM) di wilayah Bangka Belitung. Dosis pupuk tersebut, 25% lebih rendah dari anjuran umum pemupukan. Ketika komposisi NPK 12:12:17 tidak tersedia di pasaran, maka komposisi pupuk NPK 15:15:15 adalah alternatif pupuk yang dapat digunakan. Namun, dengan memperhatikan karakteristik tanaman lada dan kondisi agroklimat wilayah Bangka Belitung maka penggunaan komposisi pupuk NPK 12:8:20 dengan dosis 1,8 kg/pohon lebih dianjurkan.  Formulation of Balanced Fertilizers on Black Pepper Grown in Bangka Belitung ABSTRACT Many factors believed affect the growth and yields of black pepper in Bangka Belitung. The low productivity of black pepper in the areas is mainly attributed to imbalanced manuring, poor management practices and disease incidence. To improve yields of the crop, farmers commonly use fertilizers despite the fact that the amounts and kind of nutrients added might not meet its requirement for optimum growth. A research was established to investigate effects of fertilizer compositions and rates on growth and yields of mature black pepper grown at Bangka, from January to December 2011. Treatments examined were composition of NPK fertilizers, 3 kinds of NPK (15:15:15, 12:12:17, and 12:8:20), consisting of three rates each (1.8, 2.4 and 3.0 kg/tree). The treatments were arranged in randomized block design with 3 replicates and plot size of 16 plants. Results revealed that application of 1.8 kg/tree was likely to be an adequate amount of fertilizer rate that should be added to give comparable growth and yields in black pepper. It means that the added ferlitizers was 25 percent lower than those of the recommended one as much as 2.4 kg of NPK 12:12:17/tree/year. As the recommended fertilizer hard to be obtained in a local place recently, the use of NPK 15:15:15 may therefore be suggested for black pepper growing in Bangka Belitung. For long term purpose, the use of 1.8 kg NPK 12:8:20/tree would however be a preferably added fertilizer in relation to the characteristics of the crop and agro-climatic condition of Bangka Belitung.
Formula Pupuk Berimbang Tanaman Lada di Lampung Tjahjana, Bambang Eka; Daras, Usman; Heryana, Nana
Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar Vol 3, No 3 (2012): Buletin Riset Tanaman Rempah Dan Aneka Tanaman Industri
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Rendahnya produktivitas lada di Lampung disebabkan antara lain belum dilakukannya budidaya yang optimal terutama dalam penggunaan pupuk. Rekomendasi pemupukan yang bersifat umum telah tersedia, tetapi banyak pekebun lada yang tidak mengikuti rekomendasi pemupukan yang sudah ada. Untuk mendapatkan dosis pemupukan yang optimal untuk tanaman lada diperlukan identifikasi karakter wilayah pengembangan. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Cahaya Negeri, Lampung, yang bertujuan mendapatkan formula pupuk NPK berimbang untuk menghasilkan data pertumbuhan dan produksi tanaman lada secara optimal. Rancangan percobaan yang digunakan adalah petak terpisah (split plot design), dengan petak utama adalah formula pupuk NPK, yaitu 1)15:15:15, 2) 12:12:17, dan 3) 12:8:20; sedangkan sebagai anak petak adalah takaran pupuk, yaitu  1) 1.000, 2) 1.300, dan 3) 1.600 g/pohon/thn, serta diulang 3 kali. Pengamatan dilakukan terhadap jumlah cabang (sulur), jumlah daun/cabang, jumlah buku/sulur, tinggi tanaman, tinggi tajuk, jumlah cabang sekunder, diameter tajuk, panjang buku, panjang dan lebar daun, jumlah malai/cabang, berat buah/pohon, berat butir/pohon, panjang malai, jumlah buah jadi/malai dan berat buah 1000 butir, serta status hara tanah dan jaringan tanaman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat interaksi yang nyata antara formula dengan dosis pupuk pada pertumbuhan vegetatif tanaman lada. Indeks pertumbuhan tanaman lada tertinggi 168,13 terjadi pada formula NPK 12:12:17 pada dosis pupuk 1.600 g/pohon/th. Produksi buah per pohon (3.707,50 g) dan berat kering butir per pohon (1.046,75 g) tertinggi pada formula NPK 12:12:17 dengan dosis 1.600 g/pohon/th.  Balanced Fertilizer Formula for Black Pepper Cultivation in LampungABSTRACT Improper cultural practices applied by farmers in black pepper cultivation are believed to be the main constraint resulting low in its productivity. Fertilizer use is often to be major factor contributing to low yield as the crop are mostly grown in infertile soils. Though there is available general recommendation of fertilizer for the crops, but many farmers might not adopt the technology due to various reasons. When the price of black pepper is low, the existing prices of fertilizers are too expensive for farmers, so that they do not use fertilizers adequately for the crops or few if any. To obtain an optimal dose of fertilizer use, it is then needed identification of characters areas on which the crop is grown. A research was conducted in Cahaya Negeri Research Station, Lampung. The research aimed to obtain balanced NPK fertilizer formula giving optimal growth and yield of black pepper. A split plot design with three replications was used. The main plot was formula fertilizers (F): 1) NPK (15:15:15), 2) NPK (12:12:17), and 3) NPK (12:8:20); and the subplot was the dose of fertilizer (D): 1) 1.000 g/tree/yr, 2) 1.300 g tree/yr, and 3) 1.600 g/tree/yr. Parameters observed were the number of branches, the number of leaves/branches, the number of internode/vine, plant height, canopy height, the number of secondary branches, canopy diameter, the length of internode, leaf length, leaf width, the number of spike/branches, fruit weight/tree, grain weight/plant, spike length, fruit set/spike and 1.000 grain weight of pepper berry, and nutrient status of soil and plant tissue. The results show that there was no significant interaction noted between the formula and dose of fertilizers on the vegetative growth of black pepper. The highest growth index (168.130) was obtained on plants treated with added NPK 12:12:17 of 1.600 g/tree/year. The highest of yield and dry weight of pepper berry, 3.707.50 and 1.046.75 g/tree/yr respectively, were found on those ones treated with 1.600 g NPK 12:12:17/tree/year.
Formula Pupuk Berimbang Tanaman Lada di Lampung Tjahjana, Bambang Eka; Daras, Usman; Heryana, Nana
Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar Vol 3, No 3 (2012): Buletin Riset Tanaman Rempah Dan Aneka Tanaman Industri
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Rendahnya produktivitas lada di Lampung disebabkan antara lain belum dilakukannya budidaya yang optimal terutama dalam penggunaan pupuk. Rekomendasi pemupukan yang bersifat umum telah tersedia, tetapi banyak pekebun lada yang tidak mengikuti rekomendasi pemupukan yang sudah ada. Untuk mendapatkan dosis pemupukan yang optimal untuk tanaman lada diperlukan identifikasi karakter wilayah pengembangan. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Cahaya Negeri, Lampung, yang bertujuan mendapatkan formula pupuk NPK berimbang untuk menghasilkan data pertumbuhan dan produksi tanaman lada secara optimal. Rancangan percobaan yang digunakan adalah petak terpisah (split plot design), dengan petak utama adalah formula pupuk NPK, yaitu 1)15:15:15, 2) 12:12:17, dan 3) 12:8:20; sedangkan sebagai anak petak adalah takaran pupuk, yaitu  1) 1.000, 2) 1.300, dan 3) 1.600 g/pohon/thn, serta diulang 3 kali. Pengamatan dilakukan terhadap jumlah cabang (sulur), jumlah daun/cabang, jumlah buku/sulur, tinggi tanaman, tinggi tajuk, jumlah cabang sekunder, diameter tajuk, panjang buku, panjang dan lebar daun, jumlah malai/cabang, berat buah/pohon, berat butir/pohon, panjang malai, jumlah buah jadi/malai dan berat buah 1000 butir, serta status hara tanah dan jaringan tanaman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat interaksi yang nyata antara formula dengan dosis pupuk pada pertumbuhan vegetatif tanaman lada. Indeks pertumbuhan tanaman lada tertinggi 168,13 terjadi pada formula NPK 12:12:17 pada dosis pupuk 1.600 g/pohon/th. Produksi buah per pohon (3.707,50 g) dan berat kering butir per pohon (1.046,75 g) tertinggi pada formula NPK 12:12:17 dengan dosis 1.600 g/pohon/th.  Balanced Fertilizer Formula for Black Pepper Cultivation in LampungABSTRACT Improper cultural practices applied by farmers in black pepper cultivation are believed to be the main constraint resulting low in its productivity. Fertilizer use is often to be major factor contributing to low yield as the crop are mostly grown in infertile soils. Though there is available general recommendation of fertilizer for the crops, but many farmers might not adopt the technology due to various reasons. When the price of black pepper is low, the existing prices of fertilizers are too expensive for farmers, so that they do not use fertilizers adequately for the crops or few if any. To obtain an optimal dose of fertilizer use, it is then needed identification of characters areas on which the crop is grown. A research was conducted in Cahaya Negeri Research Station, Lampung. The research aimed to obtain balanced NPK fertilizer formula giving optimal growth and yield of black pepper. A split plot design with three replications was used. The main plot was formula fertilizers (F): 1) NPK (15:15:15), 2) NPK (12:12:17), and 3) NPK (12:8:20); and the subplot was the dose of fertilizer (D): 1) 1.000 g/tree/yr, 2) 1.300 g tree/yr, and 3) 1.600 g/tree/yr. Parameters observed were the number of branches, the number of leaves/branches, the number of internode/vine, plant height, canopy height, the number of secondary branches, canopy diameter, the length of internode, leaf length, leaf width, the number of spike/branches, fruit weight/tree, grain weight/plant, spike length, fruit set/spike and 1.000 grain weight of pepper berry, and nutrient status of soil and plant tissue. The results show that there was no significant interaction noted between the formula and dose of fertilizers on the vegetative growth of black pepper. The highest growth index (168.130) was obtained on plants treated with added NPK 12:12:17 of 1.600 g/tree/year. The highest of yield and dry weight of pepper berry, 3.707.50 and 1.046.75 g/tree/yr respectively, were found on those ones treated with 1.600 g NPK 12:12:17/tree/year.
Pengaruh Mikoriza dan Pupuk NPK terhadap Pertumbuhan dan Produksi Jambu Mete Muda Trisilawati, Octivia; Towaha, Juniaty; Daras, Usman
Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar Vol 3, No 1 (2012): Buletin Riset Tanaman Rempah Dan Aneka Tanaman Industri
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian pengaruh fungi mikoriza asbuskula (FMA) dan pupuk NPK pada pertumbuhan dan produksi tanaman jambu mete muda dilaksanakan di KP. Cikampek, Jawa Barat dari bulan Januari sampai Desember 2011. Rancangan percobaan yang digunakan adalah acak kelompok, terdiri dari dua faktor, yang diulang 4 kali dengan ukuran plot 4 tanaman/perlakuan. Faktor I adalah aplikasi FMA, yaitu tanpa FMA dan aplikasi 12 kaplet FMA/tanaman.  Faktor II adalah pupuk NPK (g/tan.) yang terdiri dari: (a) dosis pupuk NPK rekomendasi (100 g N, 80 g P2O5, 100 g K2O/tan.), (b) 3/4 dosis pupuk NPK rekomendasi, dan (c) 1/2 dosis pupuk NPK rekomendasi. Parameter pengamatan meliputi penambahan jumlah daun, tinggi tanaman, diameter cabang, lilit batang utama, lebar kanopi, panjang cabang, jumlah cabang tersier, jumlah tandan bunga, jumlah buah per tandan, dan jumlah gelondong per pohon.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa penurunan dosis pemupukan NPK sampai 50% dari dosis rekomendasi yang disertai dengan pemberian mikoriza (FMA) tidak mengakibatkan penurunan pertumbuhan dan produksi jambu mete varietas BO2 hasil grafting. Sebagai implikasi, adanya respon positif pada pertumbuhan dan produksi jambu mete dapat dijadikan petunjuk bahwa penggunaan mikoriza mampu meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk NPK. Effect of Mycorrhizal and NPK Fertilizer on Young Cashew Growth and ProductionABSTRACT A study of the application of arbuscular mycorrhiza fungi (AMF) and reduction of NPK fertilizer rates was carried out on grafted young cashew trees grown at Cikampek Research Station, West Java, from January to December 2011. Experimetal design used was a randomized block design, consisting of two factors, repeated 4 times with plot size of 4 plants. The first factor was application of AMF, consisting of without AMF and with inoculation of 12 AMF caplets/plant. The second factor was application of NPK fertilizer, consisting of: (a) Full recommended of NPK fertilizer rates (100 g N, 80 g P2O5, 100 g K2O/plant.), (b) 3/4 recommended NPK fertilizer rate, and (c) 1/2 recommended NPK fertilizer rate. Parameters observed included the increase of number of leave, plant height, diameters of branch, main girth and canopy, branch length, number of tertiary branches, number of bunches of flowers, the number of fruits per bunch, and the number of nuts per tree. Results showed that the reduction of NPK fertilizer application upto 50% of recommended fertilizer rates combined with the application of AMF on the young cashew trees (2.5 years old) did not result in any reduction of plant growth measured significantly. As an amplication, the application of micorhizal fungus is likely able to increase efficiency of fertilizer use to the crop indicated by comparable growth of the treated ones.
Pengaruh Mikoriza dan Amelioran terhadap Pertumbuhan Benih Kopi Daras, Usman; Trisilawati, Octivia; Sobari, Iing
Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar Vol 4, No 2 (2013): Buletin Riset Tanaman Rempah dan Aneka Tanaman Industri
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tanah yang telah ditanami tanaman kopi seringkali tidak mampu menyediakan nutrisi yang dibutuhkan secara memadai untuk kelangsungan hidup tanaman itu sendiri. Oleh karena itu, penggunaan pupuk anorganik dan organik sangat diperlukan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi. Selain pupuk organik dan anorganik, beberapa pupuk hayati yang diformulasikan dari mikroba tanah non patogen seperti jamur mikoriza juga telah digunakan untuk tujuan pengembangan pertanian. Tujuan penelitian adalah menganalisis pengaruh mikoriza dan amelioran terhadap pertumbuhan benih kopi. Penelitian dilaksanakan di Rumah Kaca Balai Penelitian Tanaman Industri dan Penyegar Sukabumi pada bulan Februari-Desember 2012. Rancangan penelitian adalah acak kelompok faktorial dua faktor dengan 3 ulangan. Faktor-faktor yang diuji adalah penggunaan mikoriza (tanpa mikoriza, mikoriza dari rizosfer kopi, dan mikoriza dari rizosfer jambu mete) dan amelioran (tanpa amelioran, kompos, kapur, dan kapur dicampur kompos). Peubah yang diamati meliputi tinggi tanaman, diameter batang, jumlah daun, dan bobot kering daun, batang, dan akar, serta tingkat infeksi mikoriza pada akar kopi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan inokulum mikoriza, baik yang berasal dari rizosfer tanaman kopi maupun jambu mete mampu memperbaiki pertumbuhan benih kopi. Mikoriza yang berasal dari rizosfer kopi memberikan pengaruh yang lebih baik dibandingkan yang berasal dari rizosfer jambu mete, sedangkan penggunaan amelioran maupun kombinasinya tidak memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan benih kopi.Kata Kunci: Mikoriza, benih kopi, amelioran, pertumbuhanIt is often the soil on which coffee is grown is not able to supply all nutrients needed by plant adequately for its life cycle. Hence, both inorganic and organic fertilizers are used to meet nutrient requirement. In addition to organic and inorganic fertilizers, some biofertilizers formulated from nonpathogenic soil microbes such as mycorrhizas fungi has been developed for agricultural purposes. The objective of this study was to analyze the effects of mycorrhizas fungi and ameliorants on the growth of Robusta coffee seedlings. The study was carried out at a green house of Indonesian Industrial and Beverage Crops Research Institute, Sukabumi from April to December 2012. Two factors examined were: (1) the use of mycorrhizal fungus (without mycorrhizas, added mycorrhizas fungi isolated from coffee plant rhizosphere, and those from cashew trees rhizosphere), and (2) ameliorant application (without ameliorant, compost, lime, and mixed lime with compost). The factors were arranged in a randomized complete block design with 3 replicates and plot size of 16 plants. Variables observed are plant height, diameter of girth, number of leaves, dry weight of leaves, stem, roots, and infection level of mycorrhizas in coffee roots. The result showed that the mycorrhizas fungus (arised from coffee or cashew rhizosphere) significantly affect on the growth of coffee seedlings. The coffee seedlings treated with mycorrhizas fungi isolated from coffee rhizosphere was better than those of cashew rhizosphere. Whereas, the ameliorant and their combinations not significantly affect on the growth of coffee seedling.
Formulasi Pemupukan Berimbang pada Tanaman Lada di Bangka Belitung Daras, Usman; Sobari, Iing; Towaha, Juniaty
Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar Vol 3, No 2 (2012): Buletin Riset Tanaman Rempah Dan Aneka Tanaman Industri
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Banyak faktor yang diperkirakan menjadi penyebab masih rendahnya rataan produksi lada di Bangka Belitung, termasuk pemeliharaan tanaman yang belum optimal. Dalam upaya meningkatkan hasil lada, sebagian petani telah menggunakan pupuk N, P dan K meskipun jumlah dan/komposisi unsur pupuk yang diberikan mungkin tidak sesuai dengan yang dibutuhkan tanaman. Penelitian ini bertujuan mendapatkan formula dan dosis pemupukan N, P dan K untuk memperbaiki pertumbuhan dan produksi lada di Bangka Belitung. Faktor yang diuji adalah komposisi NPK, 3 macam (K1 = NPK 12:12:17; K2 = NPK 15:15:15; dan K3 = NPK 12:8:20), yang masing-masing terdiri atas 3 taraf dosis pemupukan (D1 = 1,8; D2 = 2,4; dan D3 = 3,0 kg NPK/ph/th). Rancangan percobaan yang digunakan adalah acak kelompok dengan 3 ulangan dan ukuran petak 16 tanaman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pupuk 1,8 kg per pohon merupakan dosis pemupukan yang cukup memadai untuk budidaya tanaman lada dewasa (TM) di wilayah Bangka Belitung. Dosis pupuk tersebut, 25% lebih rendah dari anjuran umum pemupukan. Ketika komposisi NPK 12:12:17 tidak tersedia di pasaran, maka komposisi pupuk NPK 15:15:15 adalah alternatif pupuk yang dapat digunakan. Namun, dengan memperhatikan karakteristik tanaman lada dan kondisi agroklimat wilayah Bangka Belitung maka penggunaan komposisi pupuk NPK 12:8:20 dengan dosis 1,8 kg/pohon lebih dianjurkan.  Formulation of Balanced Fertilizers on Black Pepper Grown in Bangka Belitung ABSTRACT Many factors believed affect the growth and yields of black pepper in Bangka Belitung. The low productivity of black pepper in the areas is mainly attributed to imbalanced manuring, poor management practices and disease incidence. To improve yields of the crop, farmers commonly use fertilizers despite the fact that the amounts and kind of nutrients added might not meet its requirement for optimum growth. A research was established to investigate effects of fertilizer compositions and rates on growth and yields of mature black pepper grown at Bangka, from January to December 2011. Treatments examined were composition of NPK fertilizers, 3 kinds of NPK (15:15:15, 12:12:17, and 12:8:20), consisting of three rates each (1.8, 2.4 and 3.0 kg/tree). The treatments were arranged in randomized block design with 3 replicates and plot size of 16 plants. Results revealed that application of 1.8 kg/tree was likely to be an adequate amount of fertilizer rate that should be added to give comparable growth and yields in black pepper. It means that the added ferlitizers was 25 percent lower than those of the recommended one as much as 2.4 kg of NPK 12:12:17/tree/year. As the recommended fertilizer hard to be obtained in a local place recently, the use of NPK 15:15:15 may therefore be suggested for black pepper growing in Bangka Belitung. For long term purpose, the use of 1.8 kg NPK 12:8:20/tree would however be a preferably added fertilizer in relation to the characteristics of the crop and agro-climatic condition of Bangka Belitung.
Status Hara Tanaman Lada Bangka Belitung Daras, Usman; Tjahjana, Bambang Eka; Herwan, Herwan
Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar Vol 3, No 1 (2012): Buletin Riset Tanaman Rempah Dan Aneka Tanaman Industri
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Ada indikasi rendahnya produktivitas lada di Bangka Belitung (Babel) disebabkan karena petani tidak mampu merawat tanaman secara baik. Dalam merawat tanaman, petani juga melakukan pemupukan meskipun dosis yang diberikan mungkin lebih rendah dari yang dibutuhkan, bahkan unsur pupuk tertentu lain belum pernah diberikan sama sekali. Indikasi ke arah itu diperlihatkan oleh sering dijumpainya tanaman lada yang memperlihatkan gejala defisiensi hara. Untuk itu dilakukan penelitian dalam bentuk survei tanaman lada petani di Kabupaten Bangka, Bangka Tengah dan Bangka Selatan. Setiap kebun lada contoh terpilih, diamati kondisi umum pertumbuhan dan perkiraan tingkat produktivitasnya dengan mewancarai sejumlah petani lada, serta diambil beberapa contoh daun lada dan tanahnya secara komposit untuk dianalisis kandungan haranya di laboratorium. Hasil penelitian menunjukkan kondisi kebun lada petani memperlihatkan pertumbuhan dan hasil lada yang beragam. Kandungan hara N daun sebagian besar masuk kategori sedang (1,65-2,79% N), bahkan tinggi (> 2,79% N). Hara P pada kisaran 0,10–0,18%, sehingga masuk kategori cukup, meskipun sebagian besar nilainya mendekati batas bawah (0,10% P). Sebagian besar kebun lada (68%) memiliki kandungan K daun rendah (< 1,78% K), bahkan mendekati batas bawah (kritis), 0,33% K. Kandungan Ca pada kisaran 0,33-0,54% (rendah), jauh dari kandungan optimal 1,42-3,33% Ca. Sedangkan status Mg bervariasi dari 0,10% (terendah) sampai 0,46% (tertinggi). Pada kebun-kebun lada dengan kandungan Mg daun berkisar 0,10-0,28% memperlihatkan gejala defisiensi. Nutrient status of black pepper grown in Bangka BelitungABTRACT There are greatly various growth performances of black pepper grown in Bangka Belitung. Among them may be classified into the worse ones or low in achieving of yields due to unability of farmers in maintenance of the crops adequately. To increase yields of the crop, they use fertilizers eventhough the kind and amount of nutrients added may be unappropriate manner or never at all. Nutrient disorders in plant may appear in many ways such as reduced growth, off-colored leaves, abnormally shaped leaves and stems and and a breakdown of certain parts of the plant.  If deficiency of a certain nurient becomes more severe, visual symptoms may spread over the whole plant leaves, may become more chlorotic or bleached in appearance, and death of plant parts. A field survey was carried out on black peppers grown at Bangka, particularly districts of Bangka, Central Bangka and South Bangka in 2010. Parameters observed were quality of growth, productivity, cultural practices applied, and nutrient content of sampled leaves and soils on which the crops are planted. Lacking of a nutrient supply is some extent easely to be identified from specific symptoms of growth, but some others not or hard because it might be not single factor. Leaf and soil analysis are therefore needed to confirm nutrient status to support the growth. Results show that there were strong evident that status of macro nutrients like N and P are likely not to be serious constraints in growing of the crop. On the other hands, those of K, Ca and Mg are under suboptimal conditions of black pepper. Content of K leave ranged of 0.51 to 1.99% being mostly less than those of the need for optimal growth of black pepper 1.78-2.84% K. The others like Ca and Mg in leaves are also low ranging of 0.33 to 0.54% (low), and 0.10% (deficient) to 0.46% (optimum), respectively. Of the leaves having Mg content ranging from 0.10 to 0.28% reveal chlorotic, a type of deficiency symptom characterized by yellowing localized over individual leaves or isolated between some leaf veins (interveinal chlorosis).
PENGARUH PEMUPUKAN PADA TANAMAN METE MUDA DI TALOKO-SANGGAR, SUMBAWA Daras, Usman
Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 18, No 2 (2007): BULETIN PENELITIAN TANAMAN REMPAH DAN OBAT
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bullittro.v18n2.2007.%p

Abstract

Sejak tanaman mete diusahakan pada lahan marginal, maka pengelolaannya harus di arahkan untuk memperbaiki status hara tanah, agar kebutuhan hara lebih terjamin untuk menghasilkan pertumbuhan dan produksi yang baik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dosis dan komposisi pupuk NPK ter-hadap pertumbuhan tanaman mete muda yang ditanam pada tanah regosol di desa Taloko, Kecamatan Sanggar, Bima-Sumbawa dari ta-hun 1997 sampai 2000. Perlakuan pupuk yang diuji adalah: (1) Dosis pupuk, 6 taraf (0, 150, 300, 450, 600 dan 750 g NPK/pohon/th); (2) Komposisi pupuk NPK, 3 macam (2:1:1, 1:1:1, dan 1:1:2). Penelitian disusun dalam rancangan acak kelompok dengan 2 ulangan dan ukuran petak 4 pohon. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dosis dan komposisi pupuk berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tanaman. Dosis pupuk yang memadai untuk mendukung per-tumbuhan tanaman mete adalah 200, 300 dan 600 g NPK (dalam bentuk N, P2O5 dan K2O) per pohon per tahun, masing-masing untuk umur tanaman 2, 3 dan 4 tahun. Sedangkan komposisi pupuk NPK yang dianjurkan adalah NPK 2:1:1 untuk tanaman berumur kurang dari 3 tahun, dan komposisi NPK 1:1:2 untuk tanaman mete berumur lebih dari 3 tahun.