I Gusti Made Darma Putra
Unknown Affiliation

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

SIKAP TERTIB ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN MASYARAKAT DESA PANJI, KECAMATAN SUKASADA, KABUPATEN BULELENG BERDASARKAN UU NO 23 TAHUN 2006 Darma Putra, I Gusti Made
Jurnal IKA Vol 8, No 2 (2010)
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/ika.v8i2.164

Abstract

Penelitian ini bertujuan menjelaskan  sikap tertib administrasi kependudukan berdasarkan UU No. 23 tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan. Studi ini dilihat dari aspek metodologi merupakan penelitian survey. Subjek penelitian ini adalah Perbekel Desa Panji, Kaur Kependudukan, Kelian Banjar Dinas di Lingkungan Desa panji, Dinas Kependudukan dan catatan sipil Kabupaten Buleleng, Camat Sukasada Kabupaten Buleleng dan  seluruh masyarakat desa panji yang wajib memiliki kartu administrasi penduduk dengan minimal umur 17 tahun dan atau sudah kawin. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, studi dokumen, dan penyebaran kuesioner. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif kuantitatif dan deskriptif kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan: 1) pelaksanaan administrasi kependudukan belum tercapai secara maksimal. 31,83% masyarakat wajib KTP belum memiliki KTP. 29,98% kepala keluarga belum memiliki KK karena berbagai kendala baik dari pemerintah maupun dari masyarakat sendiri. pemerintah belum memberikan sosialisasi yang optimal untuk mengubah prilaku dan sikap masyarakat yang menyimpang. 2) Adanya sikap tidak tertib administrasi kependudukan dipengaruhi oleh (a) faktor internal individu berupa (1) menganggap kartu administrasi tidak penting, (2) tidak tahu manfaat administrasi kependudukan dan akibat hukumnya, (3) kesadaran hukum masyarakat msih rendah, (4) sikap apriori masyarakat, dan (b) faktor eksternal yakni (1) mayoritas masyarakat desa panji bekerja sebagai petani, serta (2) belum optimalnya kesiapan pemerintah dalam memberikan pelayanan prima pada publik. Penelitian ini juga menunjukkan penerapan sanksi administratif tidak efektif dan belum diterapkan. Oleh karena itu peneliti menyarankan kepada pemerintah dan massyarakat untuk saling mendukung dalam upaya mewujudkan tertib administrasi kependudukan sehingga tercapai keseimbangan (check and balances).   Kata-kata kunci : sikap, tertib administrasi, kependudukan
SIKAP TERTIB ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN MASYARAKAT DESA PANJI, KECAMATAN SUKASADA, KABUPATEN BULELENG BERDASARKAN UU NO 23 TAHUN 2006 I Gusti Made Darma Putra
Jurnal IKA Vol. 8 No. 2 (2010)
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/ika.v8i2.164

Abstract

Penelitian ini bertujuan menjelaskan  sikap tertib administrasi kependudukan berdasarkan UU No. 23 tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan. Studi ini dilihat dari aspek metodologi merupakan penelitian survey. Subjek penelitian ini adalah Perbekel Desa Panji, Kaur Kependudukan, Kelian Banjar Dinas di Lingkungan Desa panji, Dinas Kependudukan dan catatan sipil Kabupaten Buleleng, Camat Sukasada Kabupaten Buleleng dan  seluruh masyarakat desa panji yang wajib memiliki kartu administrasi penduduk dengan minimal umur 17 tahun dan atau sudah kawin. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, studi dokumen, dan penyebaran kuesioner. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif kuantitatif dan deskriptif kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan: 1) pelaksanaan administrasi kependudukan belum tercapai secara maksimal. 31,83% masyarakat wajib KTP belum memiliki KTP. 29,98% kepala keluarga belum memiliki KK karena berbagai kendala baik dari pemerintah maupun dari masyarakat sendiri. pemerintah belum memberikan sosialisasi yang optimal untuk mengubah prilaku dan sikap masyarakat yang menyimpang. 2) Adanya sikap tidak tertib administrasi kependudukan dipengaruhi oleh (a) faktor internal individu berupa (1) menganggap kartu administrasi tidak penting, (2) tidak tahu manfaat administrasi kependudukan dan akibat hukumnya, (3) kesadaran hukum masyarakat msih rendah, (4) sikap apriori masyarakat, dan (b) faktor eksternal yakni (1) mayoritas masyarakat desa panji bekerja sebagai petani, serta (2) belum optimalnya kesiapan pemerintah dalam memberikan pelayanan prima pada publik. Penelitian ini juga menunjukkan penerapan sanksi administratif tidak efektif dan belum diterapkan. Oleh karena itu peneliti menyarankan kepada pemerintah dan massyarakat untuk saling mendukung dalam upaya mewujudkan tertib administrasi kependudukan sehingga tercapai keseimbangan (check and balances).   Kata-kata kunci : sikap, tertib administrasi, kependudukan
Jurnal Hasil Penciptaan Karya Teater Wayang Figuratif Pasung Jiwa Premma Adhitya, I Gede Githa; Sekar Marhaeni, Ni Komang; Darma Putra, I Gusti Made
JURNAL DAMAR PEDALANGAN Vol 5 No 1 (2025): Mei
Publisher : Pusat Penerbitan LP2MPP ISI Bali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59997/dmr.v5i1.4916

Abstract

Figurative wayang is an innovation in performing arts that combines traditional elements with modern approaches to create a unique and original art form. This work introduces a new perspective in wayang art through the exploration of three-dimensional movement techniques, individual performance systems, and visual aesthetics that blend traditional and contemporary elements. The wayang puppets are designed in a surrealistic style, depicting human figures with distortion, deformation, and stylization to create a profound aesthetic effect. The creative process in crafting figurative wayang involves the development of movement techniques using specialized rods, creating the illusion of suspended puppets moving naturally. The one-puppet-one-puppeteer system provides freedom for dynamic and expressive movement exploration. Costume and accessory designs adapted from everyday life enhance the social and cultural relevance of the work, making it not only entertaining but also a reflection of life. This work also integrates elements of theater, dance, and shadow mapping projection to create an immersive aesthetic experience. These techniques strengthen the narrative and evoke a deep dramatic atmosphere, effectively conveying moral messages and life values in an inspiring way. With its innovative approach and integration of diverse artistic elements, figurative wayang becomes a form of performing art that not only preserves tradition but also offers relevant updates in line with contemporary developments. This work is expected to inspire artists to continue evolving wayang art as a dynamic and living cultural heritage.
Penciptaan Karya Mannequin Puppet "Asmara Samara" Asmara Nata, I Wayan Candra; Marajaya, I Made; Sekar Marhaeni, Ni Komang; Darma Putra, I Gusti Made
JURNAL DAMAR PEDALANGAN Vol 5 No 2 (2025): Oktober
Publisher : Pusat Penerbitan LP2MPP ISI Bali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59997/dmr.v5i2.4986

Abstract

The creation of the Mannequin Puppet performance entitled Asmara Samara is driven by the need for innovation in Balinese puppetry to bridge traditional values with contemporary artistic expression. This work presents a tragic romance between Prince Semara Yana of the Nila Kingdom and Princess Asmara Gantari of the Seta Kingdom, whose love is challenged by an enduring conflict between their parents. The purpose of this artistic project is to introduce a new format of puppetry that is communicative, philosophically grounded, and appealing to younger generations. The creative process employed the Dalang Anumana method formulated by I Gusti Made Darma Putra, consisting of five stages: Ngawit (starting), Ngepah (conception), Ngastawa (spirituality), Ngripta (making), and Ngebah (performing). Through visual exploration, media experimentation, and integration of theater, dance, and video mapping, the performance successfully embodies Balinese aesthetics within a naturalistic and symbolic style. The result demonstrates how Balinese philosophical concepts such as swasraya, karmaphala, and tri hita karana can be recontextualized through innovative performance media. In conclusion, Asmara Samara not only represents an artistic innovation but also serves as a medium for the preservation and transformation of Balinese puppetry in the global cultural landscape.