Diyan Kurniawati
Kantor Bahasa Kalimantan Timur

Published : 9 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

SISTEM LOU DAN HUMA DALAM MASYARAKAT DAYAK BENUAQ: MEMBACA NOVEL API AWAN ASAP KARYA KORRIE LAYUN RAMPAN Diyan Kurniawati
Aksara Vol 31, No 1 (2019): AKSARA, Edisi Juni 2019
Publisher : Balai Bahasa Provinsi Bali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (510.504 KB) | DOI: 10.29255/aksara.v31i1.334.37-50

Abstract

Penelitian ini bertujuan menggambarkan sistem lou dan huma yang terdapat dalam novel Api Awan Asap karya Korrie Layun Rampan. Masalah penelitian adalah bagaimana sistem lou dan huma, baik sistem sosiologis atau budaya, dan filosofis. serta posisi masyarakat dalam menghadapi faktor eksternal, yaitu perusahaan kayu, yang menganggu lou dan huma. Untuk memecahkan masalah dan tujuan penelitian digunakan metode kualitatif yang bersifat deskriptif, yaitu dengan cara mendeskripsikan sistem lou dan huma, dan posisi masyarakat dalam menghadapi faktor eksternal. Penelitian ini menggunakan teori sosiologi sastra dan didukung dengan teori identitas dan ekokritik. Hasil penelitian membuktikan sistem sosiologis lou ditampilkan melalui bentuk rumah lou yang dibuat agar masyarakat yang tinggal di dalamnya merasa aman. Lou juga menjadi tempat pewarisan tradisi berupa kesenian dan produk budaya, serta tempat meneruskan garis keluarga. Secara filosofis, lou menunjukkan sistem kekerabatan dan keeratan perasaan di antara masyarakat. Sistem sosiologis huma adalah konsep pengelolaan hutan dan tanah yang memperhatikan ekosistem. Secara filosofis, huma dalam pembagian hutan. menunjukkan ketaatan masyarakat Dayak Benuaq kepada adat. Perusahaan kayu menyebabkan masyarakat mengalami trauma dan instropeksi terhadap kelegalan kepemilikan tanah. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa lou dan huma bukan hanya sebuah bangunan fisik dan pola mata pencaharian, tetapi merupakan penghubung masyarakat dengan tradisi. Masyarakat Dayak Benuaq berupaya mempertahankannya dari eksploitasi perusahaan kayu. 
Konflik Identitas Perempuan dalam Tiga Cerpen Kalimantan Timur Tahun 1980-an Diyan Kurniawati
SUAR BETANG Vol 15, No 2 (2020): Desember 2020
Publisher : Balai Bahasa Kalimantan Tengah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26499/surbet.v15i2.167

Abstract

This paper presents the position of female characters in three East Kalimantan short stories   in the 1980s. The three short stories are "Marriage", "Baby", and "Luka Cinta". In these short stories, women are in patriarchal culture. This condition makes women deal with their condition differently. Women’s resistance creates identity conflicts. Using the theory of feminism, this study analyzes the the forms, causes, and effects of the conflicts and also  the connection between female character and the others, including patriarchal icons and others who support women to fight back. The analysis shows that identity conflicts are caused by patriarchy that continuously make women feel wrong if their struggle is successful and also caused by women's lack of strength in their struggling to choose their identity. East Kalimantan short stories in 1980s show women’s struggle in choosing their identity. AbstrakTulisan ini menampilkan posisi tokoh perempuan pada tiga cerpen karya pengarang Kalimantan Timur pada tahun 1980-an. Ketiga cerpen tersebut berjudul ”Perkawinan”, ”Buah Hati”, dan ”Luka Cinta” . Pada cerpen-cerpen tersebut posisi perempuan berada di tengah-tengah budaya patriarki. Kondisi itu menyebabkan perempuan mengadakan perlawanan dengan pola berbeda-beda. Perlawanan perempuan menimbulkan konflik identitas pada perempuan. Dengan teori feminisme, penelitian ini menganalisis sebab dan akibat tokoh perempuan mengalami konflik identitas.  Bentuk-bentuk konflik identitas yang dialami tokoh perempuan juga akan dianalisis. Relasi tokoh perempuan dengan tokoh-tokoh lain dengan demikian juga akan dianalisis lebih lanjut. Tokoh-tokoh tersebut meliputi tokoh-tokoh yang menjadi ikon patriarki dan tokoh-tokoh yang mendukung tokoh perempuan untuk melakukan perlawanan.  Analisis menunjukkan konflik identitas yang terjadi pada perempuan disebabkan patriarki yang secara terus menerus melakukan upaya agar perempuan merasa melakukan kesalahan apabila perlawanan tersebut berhasil. Analisis juga menunjukkan kondisi tersebut disebabkan pula oleh tidak kuatnya pertahanan perempuan untuk memilih identitasnya. Cerpen-cerpen Kalimantan Timur tahun 1980-an menunjukkan pergulatan perempuan dalam memilih identitasnya.
Mekanisme Pertahanan Diri dalam Cerpen “Nio” Karya Putu Wijaya Diyan Kurniawati
Madah: Jurnal Bahasa dan Sastra Vol. 10 No. 2 (2019): Jurnal Madah
Publisher : Balai Bahasa Provinsi Riau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31503/madah.v10i2.22

Abstract

"Nio" is a short story of Putu Wijaya. It displays human selfdefense mechanisms in family room. This study aims to describe the forms of those mechanisms. Each character in "Nio" protects himself in different ways. This stufy uses descriptive analytical method and theory of literature psychology. It can be concluded that humans in "Nio" deal with conflicts by demands for an increase in socio-economic status in the family room. Humans try to move out of low socio-economic status using various forms of self-defense mechanisms, like repression, projection, aggression, regression of retrogressive behavior, and direct aggression. The forms of mechanisms show various human natures of individuals.  Cerpen “Nio” karya Putu Wijaya menampilkan mekanisme pertahanan diri yang dilakukan manusia dalam ruang keluarga. Penelitian ini bertujuan menggambarkan bentuk-bentuk mekanisme pertahanan diri yang dilakukan manusia dalam “Nio” tersebut. Masalah dalam penelitan ini adalah bagaimana bentuk-bentuk mekanisme pertahanan diri manusia dalam “Nio” karya Putu Wijaya. Tokoh-tokoh dalam “Nio’ masingmasing mempertahanankan diri dengan cara yang berbedabeda. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitik. Sementara itu, untuk menganalisis cerpen tersebut digunakan teori psikologi sastra. Dari hasil pembahasan dapat disimpulkan bahwa manusia dalam “Nio” mengalami konflik yang disebabkan oleh tuntutan kenaikan status sosial ekonomi yang digunakan dalam upaya mempertahankan diri adalah represi, proyeksi, agresi, regresi retrogressive behavior, dan agresi langsung. Bentuk-bentuk mekanisme tersebut menunjukkan berbagai sifat kemanusiaan individu.
BENTURAN BUDAYA TRADISI MODERNITAS DALAM CERPEN-CERPEN KALIMANTAN TIMUR Diyan Kurniawati
LOA: Jurnal Ketatabahasaan dan Kesusastraan Vol 11, No 2 (2016): LOA
Publisher : Kantor Bahasa Kalimantan Timur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26499/loa.v11i2.1029

Abstract

It discusses about the process of tradition clash presented in East Kalimantan short stories. It analyzes the cause and effect of the clash using the theory of the sociology of literature. It studies about how the icons of tradition and modernity defend their own culture. The one who represents those icons will be studied further as well. The result shows that people who represent those two icons involve in a contest because of different cultures brought by each of them. It also reveals that the cultural clash can be frontal or not. That different situation depends on each icon’s struggle defending their cultural values.       
PERLAWANAN PEREMPUAN TERHADAP BUDAYA PATRIARKI DALAM CERPEN-CERPEN KALIMANTAN TIMUR Diyan Kurniawati
LOA: Jurnal Ketatabahasaan dan Kesusastraan Vol 13, No 1 (2018): LOA
Publisher : Kantor Bahasa Kalimantan Timur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (253.626 KB) | DOI: 10.26499/loa.v13i1.1582

Abstract

This paper discusses the resistance of women in relation to gender relations in short stories of East Kailimantan. With gender theory and supported identity  theory, this study analyzes the process of women’s resistance to counter patriarchal culture. Analysis is done by examining the way women do resistance to patriarchal culture. The interactionof women with other individuals will also be analyzed to find out the infinity as a positive or negative factor  for women. Analysis shows the formof resistance is done by means of violenceor not. Violently, resistance is done by removing patriarchal cultural icons. Resistance is also done by choosing identity different from previous identity. Analysis also shows the process of such resistance can cause identity conflicts with oneself. Resistance is not always succesful. Short stories East Kalimantan show complicated situation  make women can not fully escape from patriarchal culture.
MANUSIA DAN PEMAKNAAN RUANG KOTA DALAM ANTOLOGI CERPEN SALOME DAN ORANG-ORANG BALIKPAPAN Diyan Kurniawati
LOA: Jurnal Ketatabahasaan dan Kesusastraan Vol 14, No 1 (2019): LOA
Publisher : Kantor Bahasa Kalimantan Timur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (346.4 KB) | DOI: 10.26499/loa.v14i1.1679

Abstract

This paper discusses the importance of city space for humans who live in it in the anthology of Salome and Orang-Orang Balikpapan. It uses sociological theory of literature and a theory of urban space. This study analyzes the position of humans in urban space and the importance of urban space for humans who live in it. Human position is displayed in various socio-economic classes. Therefore, relations between people in those various socio-economic classes will also be analyzed. It shows that the journey of human beings maintaining their existence in the city space brings together humans to other humans with various social, economic, and cultural backgrounds. Humans who migrate to urban spaces find attention and empathy from the others so that they can find new family and homes. The defense of their existence that is full of competition can cause other humans to develop empathy. In urban space, humans do not only buy and sale things, demand rights, and carry out obligations, but also can still show empathy to the others. Empathy demonstrated through attention to the development of others, especially children, is also a form of empathy that is very beneficial to the others. Short stories in Salome and Orang-Orang Balikpapan show humans in the urban space who maintain their social values in their intense competition maintaining their existence.  
KONFLIK GENDER DI RUANG KELUARGA DALAM CERPEN KALIMANTAN TIMUR Diyan Kurniawati
LOA: Jurnal Ketatabahasaan dan Kesusastraan Vol 9, No 1 (2014): LOA
Publisher : Kantor Bahasa Kalimantan Timur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (284.627 KB) | DOI: 10.26499/loa.v9i1.2064

Abstract

                                                            AbstrakTulisan ini membahas posisi perempuan di ruang keluarga yang ditampilkan dalam antologi cerpen Kalimantan Timur. Dengan perspektif feminis, penelitian ini menganalisis berbagai macam konflik antargender di ruang keluarga. Analisis dilakukan dengan membahas penyebabdan akibat adanya konflik antargender dalam ruang keluarga. Hasil analisis menunjukkan penyebab konflik tersebut adalah adanya perlakukan patriarki kepada perempuan. Konflik tersebut menyebabkan perempuanmengalami marginalisasi oleh pihak laki-laki. Konflik tersebut juga menyebabkan adanya konflik diri. Analisis juga menunjukkan perempuan melakukanresistansi untuk menolak perlakuan patriarki terhadapnya. Resistansi tersebut berupa resistansi frontal dan nonfrontal.Kata kunci: gender, konflik, ruang keluarga                                                                                                         AbstractThis paper deals with women positions in family space as presented in the anthology of Kalimantan Timur short stories. Using feminist perspective, this research analyzes inter-gender conflicts in family space by discussing the cause and effect of the conflicts. The finding reveals that patriarchal attitudes towards womenbring about the conflicts. Such conflicts result in women marginalization and self-conflict. The finding also shows that women make frontal and non-frontal resistances against those patriarchal attitudes.Keywords: gender, conflicts, family space
PEMAKNAAN ALAM DALAM CERPEN-CERPEN KORRIE LAYUN RAMPAN: KAJIAN PASTORAL DAN APOKALIPTIK Diyan Kurniawati
LOA: Jurnal Ketatabahasaan dan Kesusastraan Vol 18, No 1 (2023): LOA
Publisher : Kantor Bahasa Kalimantan Timur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26499/loa.v18i1.5936

Abstract

Abstrak Penelitian ini membahas makna alam yang ditampilkan dalam cerpen-cerpen karya Korrie Layun Rampan. Cerpen-cerpen tersebut berjudul Danau Beluq”, ”Sungai Melengen”, ”Batun Kokoq”, ”Dilang Puti”, ”Ngerangkau”, dan Wengkay”. Dengan teori ekokritik sastra penelitian ini menganalisis cerpen-cerpen melalui narasi pastoral dan apokaliptik.  Analisis menunjukkan narasi pastoral ditunjukkan melalui konstruksi acardia berupa unsur nostalgia yang menampilkan kondisi alam, berupa hutan dan sungai, yang ideal di masa lalu. Unsur nostalgia juga ditampilkan melalui cerita asal usul sebuah danau. Konstruksi acardia berupa karakter bucholic, ditunjukkan melalui mata pencaharian penduduk setempat, yaitu berhuma, peladang, dan nelayan. Narasi apokaliptik ditunjukkan melalui unsur karakter tokoh yang bervisi alam yang berusaha menghentikan kapitalis. Analisis juga menunjukkan bahwa kerusakan alam disebabkan oleh faktor eksternal yang masuk ke masyarakat setempat. Cerpen-cerpen karya Korrie Layun Rampan menunjukkan kritik terhadap alam yang semula ideal kemudian mengalami kerusakan oleh pihak eksternal. Kata kunci: alam, pastoral, apokaliptik AbstrakThis research discusses the meaning of nature in Korrie Layun Rampan’s short stories "Danau Beluq", "Sungai Melengen", "Batun Kokoq", "Dilang Puti", "Ngerangkau", and "Wengkay". This study analyzes short stories through pastoral and apocalyptic narratives using the theory of literary ecocriticism. The study uncovered that nostalgic elements that portray ideal natural conditions, such as forests and rivers, in the past are used to represent pastoral narratives through the development of acardia. Nostalgic elements were also displayed through the story of the origin of a lake. The local population's livelihoods, namely farming, cultivating, and fishing, were used to build a bucolic acardia. The apocalyptic narrative was shown through characters with natural visions trying to stop the capitalists. The analysis also found that outside forces that entered the neighborhood contributed to natural harm. Korrie Layun Rampan's short stories criticized nature, which was once perfect but was later harmed by outside forces. Keywords: nature, pastoral, apocalyptic
PENARI DARI RINDING KARYA KORRIE LAYUN RAMPAN: POSISI MANUSIA DALAM IDENTITAS KULTURAL Diyan Kurniawati
Prosiding Seminar Nasional Bahasa, Sastra, dan Seni (Sesanti) Prosiding Seminar Nasional Bahasa, Sastra, dan Seni (Sesanti) 2019
Publisher : Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tradisi merupakan pewarisan adat istiadat yang dilakukan secara turun- temurun dalam suatu kebudayaan. Penelitian ini membahas proses manusia memosisikan diri di tengah-tengah tradisi dalam antologi cerpen Penari dari Rinding karya Korrie Layun Rampan. Dengan menggunakan teori sosiologi sastra dan identitas, penelitian ini menganalisis kontestasi tradisi dan modernitas dalam diri manusia. Manusia yang mengalami urbanisasi secara fisik mempunyai pandangan berbeda atas identitas kultural di lingkumgan sosialnya. Manusia mempertanyakan tradisi yang sudah dilakukan secara turun-temurun. Analisis dilakukan dengan membahas sebab dan akibat manusia mempertanyakan kembali tradisi yang sudah ada secara turun-temurun. Ikon yang mempertahankan tradisi juga akan dianalisis lebih lanjut. Hasil analisis menunjukkan bahwa manusia melakukan penolakan atas tradisi yang ada. Selain itu, penolakan atas identitas kultural tidak menimbulkan benturan frontal dengan lingkungan sosialnya. Penari dari Rinding menunjukkan pemahaman ulang manusia terhadap tradisi di lingkungan sosialnya.