Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

DAMPAK KAWASAN KONSERVASI LAUT DAERAH TERHADAP KONDISI EKOLOGI TERUMBU KARANG (STUDI KASUS DESA SABANG MAWANG DAN TELUK BUTON KABUPATEN NATUNA PROVINSI KEPULAUAN RIAU) Ilham .; M Mukhlis Kamal; Setyo Budi Susilo
Jurnal Ilmu-Ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia Vol. 16 No. 2 (2009): Desember 2009
Publisher : Institut Pertanian Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (404.453 KB)

Abstract

Melalui Proyek Rehabilitasi dan Pengelolaan Terumbu Karang Tahap II atau Coral Reef Rehabilitation and Management (COREMAP II), sebagian kawasan perairan Kepulauan Natuna diperuntukkan sebagai Kawasan Konservasi Laut Daerah (KKLD). KKLD di Kabupaten Natuna ditetapkan dengan Surat Keputusan Bupati Natuna No. 299 Tahun 2007, tanggal 5 September 2007. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sabang Mawang dan Desa Teluk Buton, Kabupaten Natuna, Provinsi Kepulauan Riau. Tujuan penelitian ini adalah untuk (a) mengkaji dampak KKLD terhadap kondisi ekologi terumbu karang berupa persentase tutupan karang hidup, kelimpahan ikan karang, keanekaragaman, dan kemerataan ikan karang, dan kelimpahan megabenthos, dan (b) menyusun skenario pengelolaan KKLD. Pengambilan data karang menggunakan metode Line Intercept Transect (LIT), ikan karang menggunakan metode Underwater fish Visual Census (UVC), dan bentos menggunakan metode Reef Check Benhtos (RCB). Selanjutnya pengumpulan data sosial menggunakan metode observasi, wawancara terstruktur dan Focus Group Discussion (FGD). Hasil penelitian ini menunjukkan terjadinya peningkatan persentase tutupan karang hidup, keanekaragaman karang batu, dan ikan karang serta kelimpahan megabenthos di stasiun penelitian yang berstatus sebagai Daerah Perlindungan Laut Berbasis Masyarakat (DPLBM) Desa Sabang Mawang. Sedangkan di Desa Teluk Buton yang tidak berstatus sebagai DPLBM hanya variabel persentase tutupan karang hidup yang meningkat. Kondisi sosial sangat mempengaruhi pencapaian tujuan ekologis pembentukan KKLD. Intensitas pendampingan serta intervensi proyek sebagai alat untuk melakukan perubahan sosial telah berhasil merubah persepsi, partisipasi, dan pola pemanfaatan sumberdaya terumbu karang di Desa Sabang Mawang. Sebaliknya di Desa Teluk Buton belum terlihat adanya perubahan yang cukup nyata. Skenario jalur yang dikembangkan berhasil menetapkan beberapa hal penting yang harus dilakukan untuk pengembangan KKLD terutama terkait dengan lembaga pengelola KKLD, zonasi, dan penegakan hukum.Kata kunci : daerah perlindungan laut berbasis masyarakat, kawasan konservasi laut daerah, kondisi ekologi terumbu karang, partisipasi masyarakat, skenario.
OPTIMALISASI PRODUKTIVITAS DAN REPRODUKTIVITAS AYAM JOPER DENGAN PEMBERIAN FEED ADDITIVES (PHYTOGENIC) DAN PERBAIKAN MANAJEMEN PEMELIHARAAN AYAM JOPER DI KABUPATEN ACEH BESAR Samadi .; Sitti Wajizah; Fitrah Khairi; Ilham .
Media Kontak Tani Ternak Vol 3, No 4 (2021): November
Publisher : Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/mktt.v3i4.35926

Abstract

Berbagai faktor yang mempengaruhi produktivitas dan reproduktivitas ternak termasuk pakan, pengontrolan penyakit, genetik, perkandangan dan manajemen pemeliharan perlu diperhatikan agar mendapat hasil yang optimal. Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini melibatkan 2 mitra pengabdian, yang pertama mitra Local Livestock Farm (LLF) merupakan sebuah kelompok wirausaha yang bergerak dibidang breeding dan hatchery, selanjutnya mitra FA Pronak sudah pernah dilibatkan dengan pembuatan berbagai imbuhan pakan mulai dari probiotik dan phytogenic, Produk yang dihasilkan oleh mitra khususnya penyedian bibit ayam persilangan (hibrida) atau ayam joper (jowo super), sedangkan mitra FA Pronak berperan dalam produksi feed additive. Permasalahan yang terjadi pada mitra adalah indukan yang terbatas, sehingga belum mampu memenuhi permintaan telur fertile yang cenderung meningkat. Disamping itu hal yang berkaitan dengan pakan seperti formulasi pakan, penggunaan imbuhan dan manajemen pemeliharaan yang masih belum optimal ditandai dengan angka penetasan yang masih rendah. Berbagai fasilitas untuk mendukung manajemen permeliharan belum tersedia termasuk cooling room menyebabkan telur disimpan pada suhu ruang yang tidak stabil, sehingga kondisi embrio melemah dan menyebabkan rendahnya angka penetasan. Hasil dari kegiatan pengabdian melakukan menajemen pemeliharan ayam joper dengan menggunakan kandang baterai dengan perkawinan secara inseminiasi buatan yang sebelumnya hanya menggunakan kandang koloni dengan perkawinan secara alami, hal ini mampu meningkatkan produktivitas ayam joper dalam memproduksi telur tetas.