Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search

WAAC-1 Gastric Obstruction in Stranded Green Turtle (Chelonia mydas) in Paloh, Kalimantan Barat at February, 9th 2018 Fidry R Ikhwan; Ida Ayu Dian Kusuma Dewi; Maulid Dio Suhendro; Dwi Suprapti
Hemera Zoa Proceedings of the 20th FAVA & the 15th KIVNAS PDHI 2018
Publisher : Hemera Zoa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (498.11 KB)

Abstract

Marine debris has been being global isu for years. It can give negative impact to the animal in marine environment. One of Indonesian waters who has a serious problem with marine debris is Paloh, West Kalmantan. Mineral bottles that stranded in Paloh beach is not Indonesia production, it printed Malaysia, Singapore, Philippines, Thailand and China label (Saturi, S., 2014). In other word debris that be found in Paloh at least comes frome 5 different counries. Paloh waters also known as home for 4 species of sea turtle, one of them is Green Turtle (Chelonia mydas). Scuyler (2014) said the probablity of green sea turtle to ingest marine debris has increased significantly for more than century, he also said that plastic especially soft plastic in the most comon debris found in sea digestive tract (96.8%).
WAAC-2 Cause of the Death Sea turtle Stranded in Nesting Beach (Paloh, West Kalimantan) Period from February to April 2018 Maulid Dio; Dwi Suprapti; Fidry R Ikhwan; IA Kusuma Dewi
Hemera Zoa Proceedings of the 20th FAVA & the 15th KIVNAS PDHI 2018
Publisher : Hemera Zoa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (511.103 KB)

Abstract

Coastal Paloh an important habitat for four species of sea turtles are the Green (Chelonia mydas), Hawksbill (Eretmochelys imbricate), Olive ridley (Lepidochelys olivacea) and Leatherback (Dermochelys coriacea). Aside from being a nesting habitat, the area is also a habitat for feeding, and mating habitat and migration path or traffic seaturtle (Suprapti, 2012). Not only for sea turtles traffic has also become important for a variety of vessels between both countries fishing vessels, tankers up cargo. Given the geographic location is directly opposite the South China Sea that is surrounded by several countries.But unfortunately, the South China Sea is strategically important as well as give a bad condition for Paloh seas. Because the area is the location of the trash stream (marine debris) from various countries who tipped rubbish on the beach strandings Paloh. As for the garbage found a variety of forms, both organic waste and non-organic, but Mostly in the form of waste plastic and bottles of mineral water.Not only trash that washed up on shore Paloh. In the last 2 months at least found 21 seaturtles (Table 1) were also stranded together piles of garbage and solid black colored chemical material at the seaside 7 which drifted onto the beach Paloh. This incident is considered remarkable so it is important for researchers, especially veterinarian determine the cause of death in the mass stranded turtle nesting beaches Paloh.
WAAC-3 Acute Bacterial Meningeoencephalitis in Stranded Juvenile Green Turtle (Chelonia Mydas) in Gerokgak Beach, Buleleng Regency, Bali Ida Ayu Dian Kusuma Dewi; Yustisia Semarariana; I Bagu Made Bhaskara; Dwi Suprapti; Maulid Dio Suhendro; Fidry R Ikhwan
Hemera Zoa Proceedings of the 20th FAVA & the 15th KIVNAS PDHI 2018
Publisher : Hemera Zoa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (498.469 KB)

Abstract

Bacterial infection in sea turtles has been rarely recorded as a primary disease in wild turtles. Non-specific clinical sign and presumably interrelation with parasitic disease as the primary cause of illness in wild sea turtle are more common particularly affecting the respiratory and integumentary system(George, 1996). Bacterial infection that reach the brain are usually preceded by heavy and chronic infestation of neuroparasitic and cardiovascular parasitic infection in green turtle (Raidal, Ohara, Hobbs, & Prince, 1998). Furthermore, report on acute bacterial meningoencephalitis which lead to sudden death has never been reported before. Interestingly, acute death in stranded sea turtle is usually attributed with bio toxin and human-related trauma(Orós, Torrent, Calabuig, & Déniz, 2005). 
Profil Seks Rasio Tukik Penyu Hijau (Chelonia mydas l) Pada Penetasan Alami Dan Non-alami Di Pantai Sukamade Kabupaten Banyuwangi Putu Suastika; Ida Bagus Windia Adnyana; Dwi Suprapti
Buletin Veteriner Udayana Vol. 4 No.2 Agustus 2012
Publisher : The Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (108.102 KB)

Abstract

Penelitian dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui seks rasio tukik penyu Hijau(Chelonia mydas L) yang dihasilkan dari penetasan alami dan non-alami di pantaiSukamade kabupaten Banyuwangi. Sampel yang dipakai adalah tukik berumur 1,5 bulanyang berasal dari 5 sarang penetasan telur. Jumlah sampel tukik adalah 40 ekor yangdiambil secara acak, terdiri atas 20 ekor dari penetasan alami dan 20 ekor dari penetasannon-alami. Tukik diambil organ gonadnya untuk dibuat preparat histologi denganpengecatan Harris-Haematoksilin eosin (H&E) untuk menentukan jenis kelamin. Hasilpenelitian menujukkan bahwa seks rasio pada penetasan alami terdeteksi jantan = 0, betina= 8, dan tidak dapat ditentukan jenis kelaminnya = 12. Untuk penetasan non-alamiterdeteksi jantan = 13, betina = 0, dan tidak dapat ditentukan jenis kelaminnya = 7. Dapatdisimpulkan bahwa temperatur mempunyai peranan penting dalam penetuan jenis kelamin,sebagaimana rerata temperatur yang ditujukkan pada data logger untuk penetasan alamiadalah 31,79 0C dan penetasan nonalami adalah 27,30 0C
Prevalensi Cacing Jantung (Dirofilaria immitis) pada Anjing di Kota Pontianak Periode 2020-2022 serta Potensinya Muncul Kembali Sebagai Zoonosis I Putu Juli Sukariada; Putu Mira Puspitayani; Maulid Dio Suhendro; Dwi Suprapti
Jurnal Veteriner Vol 24 No 4 (2023)
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University and Published in collaboration with the Indonesia Veterinarian Association

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19087/jveteriner.2023.24.4.525

Abstract

Indonesia sebagai negara beriklim tropis, memiliki tingkat kejadian penyakit zoonosis yang cukup tinggi, terutama penyakit zoonosis yang penularannya melalui gigitan nyamuk Culex sp., yaitu Dirofilariasis. Dirofilariasis merupakan penyakit zoonosis yang sangat perlu mendapat perhatian di Indonesia. Dirofilariasis disebabkan oleh infeksi cacing Dirofilaria immitis, golongan nematoda yang hidup pada arteri pulmonalis, ventrikel kanan jantung, ruang mata depan dan rongga peritonium. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jumlah kasus Dirofilariasis yang terjadi di Kota Pontianak dari tahun 2020 sampai dengan tahun 2022. Data kejadian Dirofilariasis yang terjadi di Kota Pontianak diperoleh dari hasil uji natif darah, sitologi ulas darah dan Rapid Test Antigen terhadap sampel darah anjing yang dibawa datang ke Klinik Hewan Purnama, Pontianak dengan gejala klinis batuk, dispnea, penurunan bobot badan, mudah lelah, hemoptisis, sianosis dan gagal jantung kongestif. Berdasarkan data pasien yang datang ke Klinik Hewan Purnama tercatat sebanyak 55 ekor anjing yang datang ke klinik dari tahun 2020 sampai tahun 2022 menunjukkan gejala terindikasi dirofilariasis, setelah dilakukan rangkaian pemeriksaan ditemukan sebanyak 43 ekor anjing positif terinfeksi Dirofilariasis dan terkonfirmasi ditemukan adanya mikrofilaria pada pemeriksaan sitologi. Pemeriksaan mikrofilaria di dalam darah umumnya memiliki sensitivitas yang rendah, karena adanya infeksi tanpa mikrofilaria pada darah perifer (occult infections). Pada penelitian ini, anjing yang didiagnosis positif dengan pemeriksaan serologi juga terkonfirmasi positif ditemukan mikrofilaria pada pemeriksaan sitologi. Kejadian Dirofilariasis di Kota Pontianak dari tahun 2020 sampai tahun 2022 sebesar 78,2%. Angka tersebut menunjukkan bahwa tingkat infeksi D. immitis pada anjing di Kota Pontianak sangat tinggi dan berpotensi memunculkan kembali zoonosis diroflariasis.
Asesmen Diagnostik Sebagai Penilaian Pembelajaran Dalam Kurikulum Merdeka di MIN 2 Boyolali Dwi Suprapti; Ahmad Rosyid Ridho
Katalis Pendidikan : Jurnal Ilmu Pendidikan dan Matematika Vol. 1 No. 2 (2024): Juni : Katalis Pendidikan : Jurnal Ilmu Pendidikan dan Matematika
Publisher : Lembaga Pengembangan Kinerja Dosen

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.62383/katalis.v1i2.447

Abstract

Diagnostic assessment is an assessment of learning assessment in the Merdeka Curriculum, which teachers conduct on students before the teacher designs learning. However, teachers' understanding of diagnostic assessment is still lacking, so it is challenging to compile diagnostic assessments. This study aims to describe diagnostic assessment as a learning assessment in the Merdeka Curriculum in elementary schools. The research method uses a literature study by collecting data from the results of exploring various literature in books and scientific articles from national and internationally reputable journals. The data analysis technique uses content analysis. The results obtained in this study indicate that there are two parts to the diagnostic assessment: the non-cognitive and cognitive diagnostic assessment. The non-cognitive diagnostic assessment aims to obtain information regarding family conditions, learning styles, characteristics, and students' learning interests. The cognitive diagnostic assessment aims to provide an overview of the initial abilities possessed by students in a subject topic. Teachers need to carry out diagnostic assessments of students to identify the abilities, strengths, and weaknesses so that teachers can design learning that is tailored to the abilities and characteristics of students.
PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN IBU PRA MENOPAUSE SEBELUM DAN SESUDAH DIBERI KONSELING INFORMASI EDUKASI (KIE) TENTANG MENOPAUSE Dwi Suprapti
Jurnal Insan Cendekia Vol 5 No 1, Maret (2018): Jurnal Insan Cendekia
Publisher : STIKES Insan Cendekia Medika Jombang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Menopause merupakan hal yang fisiologis dialami oleh setiap wanita yang ditandai dengan berhentinya masa subur. Masa ini akan mengalami keluhan baik fisik maupun psikologis yang berpengaruh terhadap kecemasan seseorang. Kecemasan adalah respon individu terhadap suatu keadaan yang tidak menyenangkan dan dialami oleh semua orang. Kecemasan tersebut dapat teratasi jika ibu mempunyai pengetahuan yang cukup tentang menopause, sehingga ibu perlu mengikuti kegiatan pendidikan kesehatan tentang menopause. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perbedaan tingkat kecemasan ibu pra menopause sebelum dan sesudah diberi KIE tentang menopause. Metode penelitian ini menggunakan pre-eksperimental design dengan teknik one group pre-test post-test, populasi penelitian sebanyak 201 orang dan sampel sebanyak 20 ibu pra menopause usia 41-50 tahun dengan pengambilan sampel menggunakan simple random sampling dan data analisis menggunakan uji paried T- test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan pemberian KIE tentang menopause terhadap tingkat kecemasan ibu pra menopause pada pre-test tingkat kecemasan ringan sebanyak 40,0%, cemas sedang 55,0%, dan cemas berat 5,0% dan mengalami penurunan pada saat post-test dengan tingkat kecemasan ringan 60,0%, sedang 35,0%, dan berat tidak ada kecemasan 0% dengan p-value = 0,000 (p < 0,05). Dan pada hasil penelitian menunjukkan bahwa sebelum diberikan KIE tentang menopause rata-rata skor kecemasan ibu sebesar 16,40, kemudian berkurang menjadi 13,15 setelah diberikan KIE tentang menopause. Saran bagi masyarakat terutama wanita pra menopause diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan tentang menopause sehingga dapat menurunkan tingkat kecemasan dan lebih siap lagi dalam menghadapi menopause.
HUBUNGAN POLA MAKAN KARBOHIDRAT, PROTEIN , LEMAK, DENGAN DIABETES MELLITUS PADA LANSIA Dwi Suprapti
Jurnal Kebidanan Vol 8 No 2 (2018): Jurnal Kebidanan
Publisher : ITSKES Insan Cendekia Medika Jombang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35874/jib.v15i1.449

Abstract

Kejadian Diabetes Melitus di Indonesia mengalami peningkatan, pada tahun 2007 sebesar (5,7%) menjadi (6,9%) pada tahun 2013. Diabetes Melitus pada lansia merupakan masalah yang penting untuk dilakukan tindakan pencegahan dan pengendalian. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis faktor hubungan pola makan karbohidrat, lemak, protein nabati, protein hewani dengan DM pada lansia terhadap risiko kejadian DM lansia.Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Sampel dipilih secara purpossive berdasarkan kriteria usia 60-90 tahun, tidak memiliki komplikasi penyakit lain, masih mampu berkomunikasi dengan baik, bersedia menjadi responden, yakni sejumlah 165 subjek. Teknik pengumpulan data menggunakan angket atau wawancara. Analisis menggunakan univariat, bivariat menggunakan uji Chi-square dan multivariat menggunakan Regresi logistic sederhana dengan menggunakan program komputer.Distribusi frekuensi berdasarkan kejadian DM sebesar (53,3%), pola makan karbohidrat sering (>3x/hari) (58,2%), pola makan lemak sering (>3x/hari) (55,8%), pola makan protein hewani jarang (<3x/hari) (53,9%), pola makan protein nabati jarang (<3x/hari) (61,8%),  umur lanjur (52,1%), dan jenis kelamin perempuan (67,3%).Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan  yang bermakna pola makan lemak dan umur dengan status diabetes mellitus. Pola makan karbohidrat menjadi variabel yang dominan dengan kejadian DM pada lansia (p-value 0.006, OR 2.250). Artinya pola makan karbohidrat sering >3x/hari memiliki peluang risiko terkena DM sebanyak 2 kali lebih tinggi dibandingkan pola makan karbohidrat yang jarang <3x/hari. Sehingga lansia diharapkan agar dapat meningkatkan kesadaran terhadap kesehatan dirinya dengan cara melakukan pemeriksaan kadar gula darah setiap bulan, mengubah pola hidup yang kurang sehat menjadi pola hidup yang sehat, seperti mengatur pola makan yang seimbang dengan mengurangi konsumsi karbohidrat, lemak serta meningkatkan makanan yang banyak mengandung serat seperti: sayur - sayuran, buah-buahan, biji-bijian dan kacang-kacangan. Untuk penderita DM yang baru terdiagnosis perlu secara rutin berkonsultasi pada ahli gizi agar program diet dapat terlaksana dengan baik, melakukan olahraga ringan, mengikuti promosi kesehatan mengenai diabetes mellitus yang diberikan oleh tenaga kesehatan, berobat rutin bagi lansia yang sudah terdiagnosa diabetes mellitus guna mengurangi risiko terkena diabetes mellitus.
Hubungan Frekuensi Baby Spa Dengan Perkembangan pada Bayi Usia 4-6 Bulan di Klinik Baby Spa Aulia Dwi Suprapti; Neneng Sukmawati; Rawat Umbarwati
Jurnal Kebidanan Vol 9 No 1 (2019): Jurnal Kebidanan
Publisher : ITSKES Insan Cendekia Medika Jombang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35874/jib.v17i1.480

Abstract

Masa bayi adalah masa keemasan sekaligus masa krisis perkembangan. Prevalensi gangguan tumbuh kembang di Indonesia berdasarkan data Badan Pusat Statistik Kesehatan Bayi di Kalimantan Tengah pada tahun 2007, didapatkan bahwa gangguan perkembangan menempati prevalensi tertinggi setelah masalah gizi. Salah satu alternatif dalam memberikan rangsangan pada bayi untuk perkembangan adalah Baby spa yang dilakukan dengan dua cara, yaitu mandi berendam atau berenang dan pijat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan frekuensi baby spa dengan perkembangan pada bayi usia 4-6 bulan di Klinik Baby Spa Aulia. Desain penelitian menggunakan penelitian deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional. Sampel yang digunakan berjumlah 34 bayi usia 4-6 bulan di Klinik Baby Spa Aulia. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling. Analisis bivariat menggunakan uji Chi Square. Responden yang termasuk pada bayi usia 4-6 bulan yang melakukan baby spa pada kategori tidak rutin sebanyak 19 (55,9%), kategori rutin sebanyak 15 (44,1%) dan perkembangan bayi suspect sebanyak 12 (35,3%), perkembangan normal sebanyak 22 (64,7%). Hasilnya p- value= 0,043 < α (0,05). Ada hubungan yang signifikan antara frekuensi baby spa dengan perkembangan bayi usia 4-6 bulan di Klinik Baby Spa Aulia. Diharapkan penelitian ini dapat menjadi salah satu alternatif dalam memberikan rangsangan perkembangan bayi.
Hubungan pola makan, kondisi psikologis, dan aktivitas fisik dengan diabetes mellitus pada lansia Dwi Suprapti
Jurnal Keperawatan Vol 17 No 1 (2019): Jurnal Keperawatan Volume 17 No 1
Publisher : STIKES Insan Cendekia Medika Jombang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35874/jkp.v17i1.472

Abstract

Lanjut usia dapat dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan seorang manusia. Diabetes mellitus (DM) adalah salah satu jenis penyakit degeneratif yang mengalami peningkatan setiap tahun di seluruh dunia. Kejadian DM di Indonesia mengalami peningkatan, pada tahun 2007 sebesar (5,7%) menjadi (6,9%) pada tahun 2013. DM pada lansia di Indonesia merupakan masalah yang penting untuk dilakukan tindakan pencegahan dan pengendalian DM. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis faktor hubungan pola makan, kondisi psikologis, dan aktivitas fisik dengan DM pada lansia terhadap risiko kejadian DM lansia. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Sampel dipilih secara purpossive berdasarkan kriteria usia 60-90 tahun, tidak memiliki komplikasi penyakit lain, masih mampu berkomunikasi dengan baik, bersedia menjadi responden, yakni sejumlah 165 subjek. Teknik pengumpulan data menggunakan angket atau wawancara. Analisis menggunakan univariat, bivariat menggunakan uji Chi-square dan multivariat menggunakan Regresi logistic sederhana dengan menggunakan program komputer. Distribusi frekuensi berdasarkan kejadian DM sebesar (53,3%), pola makan sering >3x/hari (54%), stress (54,5%), aktivitas fisik ringan (61,2%), umur lanjur (52,1%), jenis kelamin perempuan (67,3%), suku Jawa (71,5%) dan pendidikan rendah (73%). Hasil penelitian didapatkan ada hubungan antara kondisi psikologis, jenis kelamin, suku dan pendidikan dengan status DM. Pola makan menjadi variabel yang dominan dengan kejadian DM pada lansia (p-value 0.006, OR 2.950). Artinya lansia yang memiliki pola makan sering >3x/hari memiliki peluang sebanyak 3 kali lebih tinggi untuk terkena DM dibandingkan yang memiliki pola makan jarang <3x/hari. Sehingga lansia diharapkan melakukan olahraga ringan, mengikuti promosi kesehatan mengenai DM yang diberikan oleh tenaga kesehatan, serta berobat rutin bagi lansia yang sudah terdiagnosa DM guna mengurangi risiko terkena DM.