arthur aritonang
Sekolah Tinggi Teologi Cipanas

Published : 13 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 13 Documents
Search

Peran Sosiologis Gereja Dalam Relasi Kehidupan Antar Umat Beragama Indonesia arthur aritonang
TE DEUM (Jurnal Teologi dan Pengembangan Pelayanan) Vol 9 No 1 (2019): Juli-Desember 2019
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi SAPPI Ciranjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51828/td.v9i1.9

Abstract

Artikel yang berjudul “Peran Sosiologis Gereja di Indonesia” membahas mengenai bagaimana seharusnya gereja menyadari akan posisi dan perannya di tengah masyarakat. Sebab dewasa ini gereja-gereja di Indonesia sangat minim kesadarannya untuk mengamati fenomena sosiologis yang ada di luar gereja. gereja juga tidak bisa menolak kenyataan masyarakat yang pluralistik. Mengapa ini menjadi penting? Karena gereja mempunyai peranan penting dalam menjaga kestabilan politik di Indonesia serta gereja juga mempunyai tanggung jawab sosial atas republik ini. Karenanya tulisan ini akan lebih banyak tekanannya pada pembahasan mengenai kekristenan termasuk hubungan kekristenan dan Islam di Indonesia. Tulisan ini juga menyuguhkan secara objektif kesalahan-kesalahan yang pernah dilakukan oleh gereja dalam sejarah maupun di masa kini. Ini menjadi bahan untuk melakukan otokritik yang juga disertai dengan masukan yang konstruktif demi kebaikan masa depan gereja. Terakhir, bagaimana gereja harus menunjukkan kecintaannya terhadap Indonesia dengan cara merumukan teologi gereja yang bersifat keindonesiaan.
Book Review: Misi Dalam Pandangan Ekumenikal dan Evangelikal Asia 1910-1961-1991: Book Review: Mission in the Ecumenical and Evangelical View of Asia 1910-1961-1991 Arthur Aritonang
PASCA : Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen Vol 17 No 2 (2021): PASCA: Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Baptis Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46494/psc.v17i2.153

Abstract

The background of the research conducted by Richard Siwu stems from the events of the Western colonial period to countries in Asia and Africa. Previously, Siwu wanted to divide this era into two periods: the colonial era and the post-colonial era. The colonial era meant the expansion of western civilization into Africa and Asia. While the post-colonial era where the end of Western domination and the birth of new nations in Africa and Asia. In colonial times, most of the countries in Asia and Africa were colonies of European nations and were politically under the control of the West. Awareness of nationalism only grew when the influence of modernization brought by Western colonialism to Africa and Asia created a form of resistance to the West which eventually gave birth to new countries. At that time there was an assumption that Christianity was a Western religion because it came along with the expansion of the West into Asia and Africa. However, the awareness of nationalism at that time encouraged the churches in Asia in particular to break away from the domination of the Western churches and also indigenize the churches in Asia with a local style. Does the end of colonialism end the mission of the church? The answer is no because from the beginning Christianity was a missionary religion read Matthew 28:19. So, this research will analyze Protestant views in Asia regarding mission from 1910 to 1991. This research shows that after the colonial era they were polarized in two main streams: ecumenical and evangelical.
KEKRISTENAN DAN NASIONALISME DI INDONESIA Arthur Aritonang
Jurnal Amanat Agung Vol 15 No 1 (2019): Jurnal Amanat Agung Vol 15 no. 1 Juni 2019
Publisher : STT Amanat Agung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47754/jaa.v15i1.344

Abstract

“Kekristenan dan Nasionalisme di Indonesia” membahas mengenai sejarah kekristenan di Indonesia yang diasumsikan sebagai agama yang pro terhadap penjajah dari Barat namun asumsi itu tidak benar sebagai bukti ada banyak tokoh Kristen yang ikut memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dengan didasarkan semangat nasionalisme. Kemudian pasca-kolonial Belanda kekristenan ingin menampilkan wajah baru yang sungguh-sungguh keindonesiaan dengan lahirnya organisasi DGI/PGI. Namun seiring waktu ketika berakhirnya era orde baru dan memasuki era reformasi, kekristenan dan masyarakat lainnya di Indonesia menghadapi arus gelombang yang mengatas-namakan agama yang pergerakannya cukup masif dibandingkan di era orde lama diantaranya: kelompok Islam fundamentalis yang ingin menjadikan NKRI bersyariat Islam, adanya gerakan politik transnasional HTI yang ingin menghidupkan kembali kejayaan Islam pada abad ke-6 dan faham Wahabisme yang sarat dengan kekerasan. Persoalan lainnya ialah adanya kemiskinan yang terstruktur akibat dari krisis moneter yang melanda di Indonesia tahun 1997. Melalui masalah ini, setiap agama-agama di Indonesia harus melakukan konvergensi atas dasar keprihatinan yang sama. Abstract: Christianity and Nationalism in Indonesia” discuss the history of Christianity in Indonesia, which is assumed to be a religion that is pro to Western colonialism. Still, this assumption is incorrect as evidence that many Christian figures fought for Indonesian independence based on the spirit of nationalism. Then post-colonial of Dutch, Christianity wanted to be presented a truly Indonesian face with the birth of the DGI / PGI organization. But over time when the end of the new order and entering the era of reform, Christianity and the other societies in Indonesia faced challenges in the name of religion whose movements were quite massive compared to the old order including fundamentalist Islamic groups who wanted to make the Republic of Syariat Muslim Indonesia, a transnational HTI political movement that wanted to revive the glory of Islam in the 6th century and the ideology of Wahhabism which is loaded with violence. Another problem is the existence of structured poverty due to the monetary crisis that hit Indonesia in 1997. Through this problem, every religion in Indonesia must converge on the basis of the same concerns.
Dari Dogmatika Menuju ke studi Agama dan Masyarakat: Menelusuri pemikiran Andreas A. Yewangoe Arthur Aritonang
Davar : Jurnal Teologi Vol 2, No 2 (2021): Desember
Publisher : Sekola Tinggi Teologi Sangkakala Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (227.152 KB) | DOI: 10.55807/davar.v2i2.26

Abstract

Paper ini akan menelusuri mengenai latarbelakang keahlian Andreas A. Yewangoe dalam bidang studi dogmatika. Dalam berjalannya waktu Yewangoe lebih menujukan keahliannya dalam studi agama dan masyarakat. Umumnya ruang lingkup bahasan studi dogmatika hanya membahas mengenai doktrin dan gereja, namun hal ini berbeda dengan Andreas A. Yewangoe sebagai seorang dogmatikus justru dalam banyak karya tulisnya lebih banyak menulis seputar studi agama dan masyarakat. Meskipun ada juga karya tulis Yewangoe yang membahas mengenai studi dogmatika namun tidak sebanyak dengan studi agama dan masyarakat. Oleh karena itu untuk menelusurinya penulis akan menggunakan pendekatan metodologi kepustakaan dan juga melakukan wawancara dengan sumber yang akan diteliti pemikirannya yakni Andreas A. Yewangoe beserta Barnabas Ludji sebagai mantan mahasiswa Yewangoe. Sehingga paper ini dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Temuan dari penelitan ini ialah bahwa studi dogmatika ketika Yewangoe di Belanda memiliki cakupan yang luas pembahasannya termasuk bidang agama dan masyarakat. Disamping itu juga dipengaruhi oleh latarbelakang sosial, politik ekonomi Yewangoe ketika berada di Sumba Nusa Tenggara Barat dan juga kiprah Yewangoe dalam gerakan oikoumene maupun dipemerintahan di Indonesia. 
Tinjauan Buku: Allah Mengizinkan Manusia Mengalami Diri-Nya, Pengalaman dengan Allah dalam Konteks yang Berpancasila Arthur Aritonang
BONAFIDE: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen Vol 2 No 1 (2021)
Publisher : SEKOLAH TINGGI TEOLOGI INJILI SETIA SIAU

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46558/bonafide.v2i1.45

Abstract

This book is a compilation of writings from Andreas A. Yewangoe, especially in 2017 which was delivered by Yewangoe on various occasions. Yewangoe covers these themes under a big umbrella: “God Permits Humans to Experience Himself. In the first part Yewangoe discusses about dogmatics. Meanwhile, in the second part, Yewangoe discusses religion and society. For readers, this book is an important book to read for both theology students and church members. Yewangoe in this book wants to invite every reader to understand the biblical principles regarding the role of church members in the political arena, the importance of peace efforts among religious adherents in Indonesia, the importance of literacy education in order to raise awareness to be wiser and more responsible in using social media so as to avoid influence. ideologies that are opposite to Pancasila, calls for anarchist demonstrations, or access to information that will arouse terrorist cells in Indonesia, the importance of reading and reflecting on Indonesian history so that we appreciate the struggles of our predecessors even more. And finally, the importance of maintaining Pancasila as the basis of the state as a common home for a pluralistic Indonesia.
Sila Pertama Pancasila: Sebuah Refleksi atas Masa Pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (2004-2014) Arthur Aritonang
SUNDERMANN: Jurnal Ilmiah Teologi, Pendidikan, Sains, Humaniora dan Kebudayaan Vol. 13 No. 2 (2020): December 2020
Publisher : STT BNKP Sundermann

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36588/sundermann.v13i2.43

Abstract

Paper ini hendak menelusuri sejarah perdebatan yang cukup tajam atas bunyi sila pertama Pancasila di antara kalangan nasionalis dan Islam politik. Persoalan ini tampaknya belum juga tuntas untuk diselesaikan; sebagian masyarakat indonesia belum dapat berdamai dengan bunyi dari sila pertama tersebut. Upaya ini masih terus diperjuangkan baik melalui jalur politik ataupun melalui lahirnya organisasi masyarakat yang berbasis agama. Usaha tersebut sebenarnya secara garis besar hendak menampilkan wajah superioritas dalam beragama di Indonesia yang pada akhirnya mengubah cara beragama di Indonesia dari sebelumnya sangat toleran menjadi intoleran terhadap keberagaman. Hal ini mengindikasikan bahwa sebagai kelompok yang selalu mengatasnamakan agama sudah mulai mengabaikan makna sila pertama Pancasila. Oleh karena itu, tulisan ini bertujuan untuk menekankan gambaran umum bagaimana relasi antar agama pada masa pemerintahan Presiden S. B. Yudhoyono (2004-2014); apakah cara beragama di Indonesia dimasa pemerintahan Presiden S.B. Yudhoyono memperlihatkan nilai dari sila pertama pancasila ataukah malah sebaliknya? Melalui kajian literatur, penulis menyimpulkan bahwa penerapan nilai sila pertama Pancasila mengalami degradasi sejak 2004 sampai masa berakhirnya pemerintahan Presiden S. B. Yudhoyono pada 2014. Untuk mengatasi masalah ketidakrukunan umat beragama di Indonesia, masyarakat Indonesia perlu menghidupi nilai dari sila pertama Pancasila.
Tanggapan Teologis Andreas A. Yewangoe Terhadap Otonomi Daerah di Indonesia Pada Era Reformasi Arthur Aritonang
ARUMBAE: Jurnal Ilmiah Teologi dan Studi Agama Vol 2, No 2 (2020): Berteologi Politik dan Hermeneutik dalam konteks sosial
Publisher : Program Pascasarjana UKIM

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37429/arumbae.v2i2.439

Abstract

 This article examines deviations from the original purpose of the regional autonomy system in the Reformation era. Since the beginning, the local autonomy system was a response to a centralized government system during the New Order regime. The implementation of regional autonomy so that each region can regulate, develop, and advance its region. However, the spirit of regional autonomy has been distorted due to public policies' existence through a set of rules that impose religious law, which ultimately limits the development of other religions. In reality, regional / regency regulations with religious nuances clash with the Republic of Indonesia's existing constitution. This study uses the literature method approach, which focuses on the topic of regional autonomy as well as conducting interviews with national figures Andreas A. Yewangoe because his thoughts will be raised in responding to deviations from the original purpose of the formation of regional autonomy policies in Indonesia. In conclusion, Yewangoe gave a theological response so that matters of religious law were aimed at his religious group, not being forced to be applied in a heterogeneous public space to create democracy in Indonesia following the principles of humanity and justice for Indonesian people. 
Book Review: Intisari Agama-Agama Sedunia: Sebuah Ringkasan tentang 13 Agama Besar di Dunia Arthur Aritonang
PASCA : Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen Vol 18 No 2 (2022): PASCA: Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Baptis Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46494/psc.v18i2.214

Abstract

Hali, Ph.D, a permanent lecturer at STT Aletheia, wrote this book. This book was written because of the author's experience, who was entrusted with teaching courses on world religion education at Pelita Harapan University. When he investigated the literature on religious books, he found books that were too simple but contained books that went too deep. Hali longs to write a book that will make it easier for general readers who long to learn about religions, whose contents include the essential points regarding the history of religion's founding and its central teachings. The religious boundaries studied in this book include Buddhism, Hinduism, Islam, Jainism, Confucianism, Christianity, Manichean, Sikhism, Shinto, Taoism, Judaism, Zoroastrianism, and Bahai. Furthermore, in the writing systematics section, firstly, the reporter will present only the outline of each chapter and then the conclusion. At the same time, the second part contains a critical analysis of this book.
Book Review: Menuju Dialog Teologis Kristen Islam Arthur Aritonang
PASCA : Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen Vol 19 No 1 (2023): PASCA: Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Baptis Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46494/psc.v19i1.255

Abstract

Dr. Bambang Noorsena wrote this book containing a collection of articles and various independent works by Noorsena, which have been presented numerous times since the end of 1997. These writings are framed under a title: Towards Christian-Islamic Theological Dialogue. This article is motivated by the burden of history, where in the Indonesian context, the carriers of religions such as Islam are identified with Arabs (Middle East). At the same time, Christianity is synonymous with the West. According to Noorsena, Christianity in Indonesia has been uprooted from its Middle Eastern roots due to Westernization. Thus this research aims to bridge the gap between Islam and Christianity in the theological dialogue Noorsena offers a discourse on Middle Eastern Christianity (Syrian Christianity) in Indonesia. Traditionally/the Islamic model preserves the traditions/models of worship of Syriac Christianity and Judaism.
Tinjauan Buku: Iman dan Agama Arthur Aritonang
BONAFIDE: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen Vol 4 No 1 (2023)
Publisher : SEKOLAH TINGGI TEOLOGI INJILI SETIA SIAU

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46558/bonafide.v4i1.133

Abstract

Buku ini berisikan hasil seminar pembinaan iman Kristen yang berjudul “Iman dan Agama” yang diadakan oleh GRII (Gereja Reformend Injili Indonesia) dan ketika itu Dr. Stephen Tong menjadi keynote speaker. Tujuan dari hasil seminar ini dibukukan ialah: Pertama, agar umat memiliki keyakinan dan kepercayaan yang teguh. Kedua, memperdalam pengertian akan kebenaran dalam Yesus Kristus. Ketiga, memperoleh kekuatan untuk bersaksi bagi-Nya di dalam masyarakat. Secara isi penyajian buku ini hendak meresponi berbagai serangan yang diarahkan kepada iman Kristen di era modern. Dasar argumentasi yang dibangun oleh Stephen dalam menyingkapi serangan tersebut ialah Alkitab sebagai standar dan nilai tertinggi kebenaran. Bagi Stephen dari zaman ke zaman Alkitab mampu berdiri kokoh terhadap berbagai serangan yang ingin melemahkan Iman Kristen.