Sangkot Sirait
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta

Published : 8 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

Liberation Theology According to Abdurrahman Wahid and Gustavo Gutierrez Sangkot Sirait
Jurnal Theologia Vol 31, No 1 (2020)
Publisher : Fakultas Ushuluddin dan Humaniora, Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21580/teo.2020.31.1.5554

Abstract

This paper tells the thoughts of two religious figures who are concerned with talking about religion and humanity. These two figures are Abdurrahman Wahid and Gustavo Gutiérrez. The question that will be answered here is how the concept of the liberation of the two figures and where the difference lies and their implications for real life. The issues discussed here are related to theology, more popularly called liberation theology. The method used in this research is to read and examine the work of each of the two figures, both works that are called primary or secondary. After that, the concepts are compared according to their respective contexts. From the results of research on their works, an understanding is obtained that the theology of liberation is inspired by the real conditions of society that are of concern, both in terms of poverty and opportunity. Therefore, according to the two figures, religion must be able to solve the problem, it means that religion practised not only as a doctrine but also humanity. Action work of people who profess religion is needed to solve community problems. There are differences in the approaches of the two figures, namely Gutiérrez is more focused directly involved, while Wahid besides being directly involved, but also with a cultural approach and changing the way people think. The difference between the two approaches has implications for the process of change, namely Gutiérrez is more revolutionary mechanistic, while Wahid is more cultural and evolutionary
Teori Falsifikasi Karl Raimund Popper dan Kontribusinya Dalam Pembelajaran IPA Bagi Siswa Usia Dasar Rosmaida Harahap; Ahmad Tarmizi Hasibuan; Sangkot Sirait; Fitri Yuliawati; Namiroh Lubis
MAGISTRA: Media Pengembangan Ilmu Pendidikan Dasar dan Keislaman Vol 10, No 2 (2019): MAGISTRA
Publisher : Universitas Wahid Hasyim Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31942/mgs.v10i2.3106

Abstract

Abstrak Pendidikan Dasar Islam dalam pratik keseharian bermuara pada proses pembelajaran dengan tujuan merubah prilaku. upaya perubahan itu haruslah secara objektif dengan tahapan-tahapan proses yang efektif dan efesien selaras dengan pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan. Hal ini dalam filsafat disebut dengan ilmu falsifikasi. Namun prinsip falsifikasi sendiri sangat bermanfaat bagi anak usia dasar untuk menelaah sumber-sumber pengetahuan yang dikemas dan dikembangkan ke permasalahan (to the problem) induksi dan demarkasi, sehingga anak usia dasar dapat membedakan dalam beragumen secara (ilmiah dan non ilmiah) dalam pembelajaran, khususnya dalam pembelajaran IPA. Artikel ini bertujuan untuk memberikan arti keilmiahan teori yang berdasarkan prinsip falsifikasi Karl Raimund Popper. Penilitian artikel ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan mendeksripsikan buku-buku terkait dengan studi library research. Adapun temuan penelitian ini sebagai berikut: Filsafat falsifikasi dicetuskan oleh Karl Raimund Popper yang memiliki teori diantaranya: 1) falsibility (disalahkan), 2) refutability (mampun disangkal), dan 3) testability (diuji). Sedangkan kontribusi Popper dalam pembelajaran IPA yaitu: 1) pemikiran rasional-kritis (rational-critical thinking), 2) mencari kebenaran secara langsung berdasarkan fakta (seek the truth directly based on fact), dan 3) membiasakan yang benar (accustom correct).
PROFESIONALITAS GURU MI PROGRAM DUAL MODE SYSTEM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA DALAM PEMBELAJARAN AQIDAH Sangkot Sirait
Jurnal Pendidikan Agama Islam Vol 10 No 1 (2013): Jurnal Pendidikan Agama Islam
Publisher : Department of Islamic Education, The State Islamic University Sunan Kalijaga Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

This work is a report of research from Dual Mode System’s universtity students at Tarbiyah Faculty in teaching the subject of Islamic Theology. The research aims to understand the teacher’s competence in teaching Islamic Theology. The results of the research indicates that all teachers, generelly, have tougt well according to their teaching plans. But from metodological aspects especially material development, they do not not have competence in their work. The process of teaching is still dominated by lecturing; there is no connection other disciplines, and the teachers do not have interconnetive and integrative perspectives when teaching. The doctrinal approach is dominan.The main problem exists in teaching Islamic Theology is reducting of material, for examples, when they teach the subject of belief in Prophets and Books. Explaining of Prophets is only by explaining the Prophet of Muhammad. And so does for Books. When they teach Belief in Books, their explaination is only to the Qur’an. Of course, the problems of teaching is caused by competence of teachers who do not have philosopical perspectives when teaching, particularly,teaching religion like Islamic Theology. For example, they can not differenciate between universalism and particularism, and it is difficult to differenciate between Prophets and Muhammad.
KEARIFAN MENYIKAPI ANAK USIA DASAR DI ERA GENERASI ALPHA (Ditinjau dari Perspektif Fenomenologi) Muhammad Shaleh Assingkily; Khamim Zarkasih Putro; Sangkot Sirait
Attadib: Journal of Elementary Education Vol 3, No 2 (2019): ATTADIB: Journal of Elementary Education
Publisher : Fakultas Agama Islam Universitas Ibn Khaldun Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (392.615 KB) | DOI: 10.32507/attadib.v3i2.492

Abstract

kearifan merupakan hasil pikir, sikap, dan tindakan seseorang yang belajar filsafat. Transisi masa ke masa idealnya disikapi secara arif, termasuk bagi generasi alpha. Artikel ini bertujuan untuk mengkaji kearifan menyikapi generasi alpha secara fenomenologis. Adapun rumusan masalah pada penelitian ini yaitu bagaimana kearifan menyikapi generasi alpha secara fenomenologis menurut Edmund Husserl dan bagaimana menanamkan sikap fenomenologis bagi generasi alpha. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kepustakaan. Adapun hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) generasi alpha dengan segala kecanggihan teknologi di masanya, disikapi secara arif dengan upaya merefleksikan hak anak, memahami anak secara utuh, inklusif, bekerjasama dengan keluarga melalui kesadaran yang terbuka, intensional, dan aktif. (2) menanamkan sikap arif secara fenomenologis bagi generasi alpha dilakukan dengan men-stimulus kesadaran, reduksi dan logika transendental, serta mematrikan kebenaran yang bersifat intersubjektif.
KEARIFAN MENYIKAPI ANAK USIA DASAR DI ERA GENERASI ALPHA (Ditinjau dari Perspektif Fenomenologi) Muhammad Shaleh Assingkily; Khamim Zarkasih Putro; Sangkot Sirait
Attadib: Journal of Elementary Education Vol 3, No 2 (2019): ATTADIB: Journal of Elementary Education
Publisher : Fakultas Agama Islam Universitas Ibn Khaldun Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32507/attadib.v3i2.572

Abstract

Kearifan merupakan hasil pikir, sikap, dan tindakan seseorang yang belajar filsafat. Transisi masa ke masa idealnya disikapi secara arif, termasuk bagi generasi alpha. Artikel ini bertujuan untuk mengkaji kearifan menyikapi generasi alpha secara fenomenologis. Adapun rumusan masalah pada penelitian ini yaitu bagaimana kearifan menyikapi generasi alpha secara fenomenologis menurut Edmund Husserl dan bagaimana menanamkan sikap fenomenologis bagi generasi alpha. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kepustakaan. Adapun hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) generasi alpha dengan segala kecanggihan teknologi di masanya, disikapi secara arif dengan upaya merefleksikan hak anak, memahami anak secara utuh, inklusif, bekerjasama dengan keluarga melalui kesadaran yang terbuka, intensional, dan aktif. (2) menanamkan sikap arif secara fenomenologis bagi generasi alpha dilakukan dengan men-stimulus kesadaran, reduksi dan logika transendental, serta mematrikan kebenaran yang bersifat intersubjektif.  
Teori Falsifikasi Karl Raimund Popper dan Kontribusinya Dalam Pembelajaran IPA Bagi Siswa Usia Dasar Rosmaida Harahap; Ahmad Tarmizi Hasibuan; Sangkot Sirait; Fitri Yuliawati; Namiroh Lubis
MAGISTRA: Media Pengembangan Ilmu Pendidikan Dasar dan Keislaman Vol 10, No 2 (2019): MAGISTRA
Publisher : Universitas Wahid Hasyim Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (157.244 KB) | DOI: 10.31942/mgs.v10i2.3106

Abstract

Abstrak Pendidikan Dasar Islam dalam pratik keseharian bermuara pada proses pembelajaran dengan tujuan merubah prilaku. upaya perubahan itu haruslah secara objektif dengan tahapan-tahapan proses yang efektif dan efesien selaras dengan pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan. Hal ini dalam filsafat disebut dengan ilmu falsifikasi. Namun prinsip falsifikasi sendiri sangat bermanfaat bagi anak usia dasar untuk menelaah sumber-sumber pengetahuan yang dikemas dan dikembangkan ke permasalahan (to the problem) induksi dan demarkasi, sehingga anak usia dasar dapat membedakan dalam beragumen secara (ilmiah dan non ilmiah) dalam pembelajaran, khususnya dalam pembelajaran IPA. Artikel ini bertujuan untuk memberikan arti keilmiahan teori yang berdasarkan prinsip falsifikasi Karl Raimund Popper. Penilitian artikel ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan mendeksripsikan buku-buku terkait dengan studi library research. Adapun temuan penelitian ini sebagai berikut: Filsafat falsifikasi dicetuskan oleh Karl Raimund Popper yang memiliki teori diantaranya: 1) falsibility (disalahkan), 2) refutability (mampun disangkal), dan 3) testability (diuji). Sedangkan kontribusi Popper dalam pembelajaran IPA yaitu: 1) pemikiran rasional-kritis (rational-critical thinking), 2) mencari kebenaran secara langsung berdasarkan fakta (seek the truth directly based on fact), dan 3) membiasakan yang benar (accustom correct).
IMPLEMENTASI NILAI-NILAI MODERASI BERAGAMA DALAM PROGRAM PPI (PETA PERTUMBUHAN INDIVIDU) DI MI MA’HAD ISLAMY YOGYAKARTA Difaul Husna; 'Aabidah Ummu 'Aziizah; Sangkot Sirait
Evaluasi: Jurnal Manajemen Pendidikan Islam Vol 7, No 2 (2023): EVALUASI- Edisi September
Publisher : STAI Ma'had Aly Al-Hikam Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32478/evaluasi.v7i2.1227

Abstract

Religious moderation in educational practices at Madrasah Ibtidaiyyah is often only understood in the context of interactions between religious communities (external religious moderation), so it does not contribute much to students' understanding of the concept of religious moderation in the internal sphere which students usually encounter in homogeneous schools such as madrasas, schools private Muhammadiyah, Integrated Islamic Elementary School (SDIT) and the like as the main characteristic of a Muslim. While religious moderation is a noble value that needs to be habituated through a reciprocal social approach (reciprocity) between schools and students as well as parents and guardians and vice versa. This study took research locations at the Ibtidaiyyah Ma'had Islamy Yogyakarta Madrasah grades I and II as a representation of homogeneous elementary schools with the implementation of the Individual Growth Map program. The data is processed using two data analysis concepts, (1) scientific data analysis, which is returned to the previous theoretical framework, namely Alvin W. Gouldner's Reciprocal theory (2) methodological data analysis, namely technical research carried out by Miles and Huberman, with details of reduction, presentation data, conclusion, and verification. The results of the research are in the form of strategies and the discovery of religious moderation values contained in the PPI MI Ma'had Islamy Yogyakarta program in class I and class II.
COOKING CLASS SEBAGAI METODE BERMAIN UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN SOSIAL ANAK USIA DINI DI TK ISLAM NURUL IMAN SEKARBELA: COOKING CLASS AS A PLAY METHOD TO ENHANCE SOCIAL SKILLS IN EARLY CHILDHOOD AT TK ISLAM NURUL IMAN SEKARBELA Kurnia Mufalakhah; Sangkot Sirait
Jurnal Riset Golden Age PAUD UHO Vol. 8 No. 1 (2025): Maret 2025
Publisher : Jurnal Riset Golden Age PAUD UHO

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Keterampilan sosial merupakan aspek fundamental dalam perkembangan anak usia dini yang mencakup kemampuan berkomunikasi, bekerja sama, berbagi, serta memahami dan menerapkan norma sosial. Perkembangan keterampilan sosial berperan penting dalam membentuk kemampuan anak menjalin hubungan interpersonal yang sehat dan beradaptasi di lingkungan sosial pada tahap perkembangan selanjutnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi metode bermain cooking class dalam mengembangkan keterampilan sosial anak usia dini di TK Islam Nurul Iman Sekarbela. Penelitian ini dilakukan secara deskriptif kualitatif, dan data dikumpulkan melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Subjek penelitian adalah anak Kelompok B di TK Islam Nurul Iman Sekarbela. Kegiatan cooking class di TK Islam Nurul Iman Sekarbela terbukti efektif dalam meningkatkan keterampilan sosial anak usia dini. Melalui keterlibatan aktif dalam proses memasak, anak-anak tidak hanya mengembangkan keterampilan sosial, tetapi juga meningkatkan kepercayaan diri, kemandirian, serta kemampuan mengendalikan emosi.