Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

PENGARUH KEPEMIMPINAN, IKLIM ORGANISASI DAN MOTIVASI BERPRESTASI TERHADAP KINERJA KARYAWAN PT. BINTANG MANDIRI FINANCE JAWA BARAT Rosmita Rosmita; Kaman Nainggolan
Jurnal Ecodemica : Jurnal Ekonomi Manajemen dan Bisnis Vol 3, No 2 (2015): Jurnal ECODEMICA
Publisher : LPPM Universitas BSI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (193.815 KB) | DOI: 10.31294/jeco.v3i2.46

Abstract

Abstract - This study aims to analyze the contribution of Leadership Behavior, Organizational Environment and Achievement Motivation on Employee Performance. The study was conducted at PT Mandiri Star Finance (Limited) branch office in West Java, with a population of 186 people. Researchers selected 128 sampe by using random sampling method. The  research  found  out  that  there  is  a  positive  effect  of  the contribution  of  leadership behavior, and achievement motivation on employee performance, while the organizational climate has a negative effect on the performance of employees, and therefore was excluded from the model.The leadership  behavior  and achievement  motivation  are important  factors that  must  be  improved to increase employee performanceKeywords: Behavioral Leadership, Achievement Motivation, Employee Performance
FAKTOR-FAKTOR BAURAN PEMASARAN, YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN KONSUMEN UNTUK MEMBELI PRODUK KOSMETIK ORIFLAME Erika Dwi Koestanti; Kaman Nainggolan
Jurnal Ecodemica : Jurnal Ekonomi Manajemen dan Bisnis Vol 3, No 2 (2015): Jurnal ECODEMICA
Publisher : LPPM Universitas BSI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (261.526 KB) | DOI: 10.31294/jeco.v3i2.42

Abstract

Abstract - Oriflame cosmetics products is one of beauty products that is increasingly popular with the public as much in terms of ease of use. Oriflame is a cosmetic product that is affordable, easy to obtain and long-lasting nature. With the increasing number of cosmetic products on the market, it will provide flexibility for consumers to choose a brand in accordance with consumers wishes. Therefore, companies need to analyze consumer behavior for each cosmetic product in order to determine their purchasing patterns for many brands of cosmetic products in the market. This will encourage companies to compete for potential customers through a variety of appropriate strategies, such as changing the packaging color, aroma, promotions and prices. Further, for the manufacturer distributes its products to the consumer market so that the product is acceptable according to what the customer wants. The purpose of this study is to determine the factors affecting customers decision to buy Oriflame cosmetics. The approach used in this study is a quantitative research using multiple linear regression analysis. The number of samples taken is 100 with incidental sampling technique and using a Likert scale questionnaire method to obtain the data. The unit of analysis is all the user of Oriflame cosmetics. The results showed that product and place do not significantly influence the consumer's decision to buy Oriflame cosmetics. While the price and promotion variables influence the consumer's decision to buy Oriflame cosmetics significantly. Thus, the most important variables for the consumer's decision to buy Oriflame cosmetics are price and promotion.Keywords : Cosmetics, Product, Price, Place, Promotion, Consumers, The Decision To Buy.Abstrak - Produk  kosmetik Oriflame merupakan salah satu produk kecantikan yang semakin lama banyak digemari masyarakat karena kemudahan dalam hal pemakaiannya. Produk ini merupakan kosmetik yang harganya terjangkau, mudah didapatkan sifatnya tahan lama.Dengan semakin banyaknya produk kosmetik yang ada di pasar berarti memberikan keleluasaan bagi konsumen untuk memilih merek yang sesuai dengan keinginannya. Oleh karena itu perusahaan perlu menganalisis perilaku konsumen untuk setiap produk kosmetik guna mengetahui pola pembeliannya karena banyaknya merek produk kosmetik yang ada di pasaran. Hal ini akan mendorong perusahaan untuk bersaing mendapatkan calon konsumen melalui berbagai strategi yang tepat, misalnya mengubah kemasan warna, aroma, promosi dan harga. Lebih jauh bagi produsen dalam mendistribusikan produknya ke pasar konsumen berusaha agar produknya dapat diterima sesuai dengan apa yang diinginkan konsumen. Pendekatan penelitian ini adalah penelitian kuantitatif menggunakan analisis regresi linear berganda. Jumlah sampel yang diambil 100 dengan teknik sampling insidental dan menggunakan kuesioner metode skala Likert untuk memperoleh data. Unit analisisnya adalah semua pengguna/pemakai kosmetik Oriflame. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara bersama-sama (serempak) dan parsial variabel produk dan tempat tidak berpengaruh signifikan terhadap keputusan konsumen untuk membeli kosmetik Oriflame. Sedangkan variabel harga dan promosi secara parsial berpengaruh signifikan terhadap keputusan konsumen untuk membeli kosmetik Oriflame. Dengan demikian, variabel yang paling penting terhadap keputusan konsumen untuk membeli kosmetik Oriflame adalah harga dan promosi.Kata kunci : Kosmetik, Produk, Harga, Tempat, Promosi, Konsumen, Keputusan Untuk Membeli.
Strategies For Improving Coordination Between The Public and Private Institutions For Agricultural and Rural Development Kaman Nainggolan
Forum penelitian Agro Ekonomi Vol 20, No 2 (2002): Forum Penelitian Agro Ekonomi
Publisher : Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/fae.v20n2.2002.20-30

Abstract

EnglishAgriculture/agribusiness plays a strategic role in labor absorption, capital formation, foreign exchange, providing food supply, and supply a market for domestically produced industrial goods. Globalization has suddenly changed the way leaders of nations in managing agriculture/agribusiness development. Many countries are more open, moving toward democracy. Through the impact of decentralization, the government is shifting from dominating development in the past to people participation. This implies that the private sector will play a more active role in agriculture/agribusiness and rural development. With the new vision, agriculture should not be seen as a separate sector (on-farm), but in a more broad way which is agribusiness consisting of all related activities from upstream to downstream agribusiness subsystem. Good governance is a prerequisite to encourage private institutions to participate in agriculture/agribusiness and rural development. Policy measures to improve coordination between public and private institutions includes: infrastructure development, development of seed industry, develop and strengthen agro-industry in rural areas, develop and strengthen market information, market restructuring and trade policy, development of the private sector, micro, small, and medium size enterprises, macroeconomic stability, land market deregulation, strengthening of governance, environment sustainability, and improving rural productivity. All of these measures must be transparent and communicated to all stakeholders in agriculture/agribusiness and rural development. IndonesianSektor pertanian memiliki peranan yang strategis dalam penyerapan tenaga kerja, pembentukan kapital, penyediaan pangan, dan menyadiakan bahan baku untuk industri dalam negeri. Globalisasi secara serta merta talah merubah kebijakan pemimpin-pemimpin nasional dalam menangani pembangunan pertanian dan agribisnis. Berbagai negara menjadi lebih terbuka menuju ke arah demokrasi. Melalui dampak desentralisasi, pemerintah telah beralih dari sikap mendominasi di masa lalu menuju pada partisipasi masyarakat. Hal ini berimplikasi kepada semakin besarnya peran sektor swasta dalam pembangunan pertanian di pedesaan. Dengan visi baru ini, maka pertanian tidak lagi di pandang sebagai sektor yang terpisah-pisah, namun menjadi lebih luas, dimana mencakup aktivitas-aktivitas yang terkaIt mulai dari subsistem hulu sampai hilir. Pemerintahan yang baik dituntut untuk mendorong koordinasi antara institusi swasta dan publik mencakup: pengembangan infrastruktur, pengembangan industri benih, pengembangan dan penguatan agroindustri di pedesaan, pengembangan informasi pasar, merestruktur pasar dan kebijakan perdagangan, pengembangan sektor swasta, usaha mikro, kecil, menengah, stabilitas ekonomi makro, deregulasi pasar lahan, penguatan pemerintahan, keberlanjutan lingkungan, dan peningkatan produktivitas pedesan. Semua kebijakan ini mestilah dilakukan secara transparan dan dikomunikasikan kepada stakeholders yang terlibat dalam pembangunan pertanian dan pedesaan.
Persoalan Pangan Global dan Dampaknya Terhadap Ketahanan Pangan Nasional Kaman Nainggolan
JURNAL PANGAN Vol. 20 No. 1 (2011): PANGAN
Publisher : Perum BULOG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33964/jp.v20i1.11

Abstract

Kelaparan dan kemiskinan merupakan isu terpenting yang dihadapi oleh umat manusia. FAO memperkirakan 1,2 milyar juta jiwa mengalami kelaparan di dunia, meningkat dari perkiraan sebelumya 854 juta jiwa. Di Indonesia, tingkat kemiskinan tahun 2010 adalah 31,02 juta atau 13,33 persen, jauh dari target sebesar 7,5 persen tahun 2015. Tingkat penduduk sangat rawan pangan sekitar 10,07 persen. Krisis pangan global 2008 dipicu oleh kenaikan harga pangan akibat melejitnya harga bahan bakar. Krisis finansial global tahun 2009 telah menyebabkan penurunan harga pangan dengan tajam, tetapi mulai meningkat kembali sejak pertengahan 2010. Sekarang indeks harga global hampir menyamai tingkat krisis pangan tahun 2008 lalu. Di pasar domestik juga terjadi kenaikan harga yang tinggi terutama beras, yang berdampak terhadap inflasi. Ketersediaan pangan terutama produksi dalam negeri juga tidak sebaik tahun 2009, dimana produksi padi naik tidak signifikan, dan produksi gula dan kedelai menurun. Masalah krusial adalah bagaimana meningkatkan produktivitas sektor pertanian dan pedesaan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat. Faktor kunci disini adalah meningkatkan investasi di sektor pertanian dan pedesaan yang menyangkut akses terhadap sumberdaya ekonomi seperti lahan, infrastruktur, bioteknologi, agroindustri pedesaan, diversifikasi konsumsi pangan, serta dukungan komitmen politik yang kuat.Hunger and poverty are the most important issues faced by humans. FAO estimates that currently 1.2 billion people suffer from hunger in this planet; this number has increased from the previous estimation of 854 million. In Indonesia, the number of poor people in 2010 is around 31.02 million, or approximately 13.33 percent of the population, which is still far from the target of 7.5 percent in 2015. Moreover, it is estimated that around 10.07 percent of Indonesian people are still experiencing extreme food insecurity. Global food crisis today is triggered by soaring international food prices caused by high oil prices. Global financial crisis in 2009 caused food prices to decline sharply, but since the mid 2010 the prices have rocketed. Today global price index is similar to the food crisis in 2008. The domestic market also experiences higher food price particularly rice, which has impacted inflation. Food availability (especially domestic production) is not as good as that in 2009. Rice production has not significantly increased, hereas sugar and soybean productions have decreased. The crucial problem is how to increase agriculture and rural sector productivity to improve rural income. The key element is to increase investment in agriculture and rural sector involving the economic access into resources such as land, infrastructure, bio-technology, rural agroindustry, diet diversification, and strong political commitment.
Prospek Swasembada Kedelai Indonesia Selfsufficiency Prospect of Soybean in Indonesia Kaman Nainggolan; Muchjidin Rachmat
JURNAL PANGAN Vol. 23 No. 1 (2014): PANGAN
Publisher : Perum BULOG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33964/jp.v23i1.53

Abstract

Kedelai merupakan salah satu komoditi strategis nasional, karena perannya sebagai sumber pendapatan, lapangan kerja, pembangunan perdesaan dan sumber gizi masyarakat Indonesia. Selama ini kinerja agribisnis kedelai kurang menggembirakan yang ditunjukkan oleh laju peningkatan produksi yang stagnan dan impor yang terus meningkat. Kedelai produksi domestik kurang mampu bersaing dengan kedelai impor dan pada tingkat usahatani kedelai relatif tidak dapat bersaing dengan komoditi pangan lain. Pada kondisi demikian kedelai di Indonesia menjadi tanaman yang kurang diminati petani, diusahakan pada lahan sub optimal dengan tingkat penerapan teknologi seadanya. Sebagai komoditas strategis sudah selayaknya kedelai mendapat perhatian lebih besar dan ditunjukkan dengan adanya komitmen pengembangannya melalui program khusus peningkatan produksi kedelai. Melalui program khusus tersebut dirancang program jangka pendek dan jangka menengah peningkatan produksi kedelai. Program khusus tersebut mencakup kegiatan perluasan areal, peningkatan produktivitas dan kebijakan harga, didukung oleh infrastruktur yang memadai. Peluang untuk peningkatan produksi dan mencapai swasembada masih cukup terbuka setelah tahun 2014 sesuai dengan potensi yang ada. Keberhasilan swasembada sangat tergantung kepada komitmen bersama terutama pemerintah untuk melaksanakan program terobosan tersebut.Soybean is one of national strategic commodities because of its important role as a source of income, job creation, rural development, and nutricious source. So far the performance of soybean agribusiness is not very promising as reflected by relatively stagnant production growth and increasing import over time. Domestic product cannot compete with imported product, and domestic soybean agribusiness cannot compete with other food commodities. At the present condition, soybean is planted at sub-optimal land using inadequate technology. As a strategic commodity, strong committment should be dedicated to promote soybean. This committment should be formulated in a special program to boost soybean production. Short-term and middleterm programs to increase soybean production need to be designed by considering various factors such as acreage expansion and location, productivity improvement through technology and price policy, supported by adequate infrastructure.There is an open opportunity to achieve self-sufficiency beyond 2014, and in order to do that strong committment is required especially government policy to realize the target.
Menjaga Keberlangsungan Ketahanan Pangan (Keeping Food Security Sustainability) Kaman Nainggolan
JURNAL PANGAN Vol. 22 No. 2 (2013): PANGAN
Publisher : Perum BULOG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33964/jp.v22i2.86

Abstract

Situasi pangan global ditandai oleh penurunan produksi, khususnya serealia. Perdagangan pangan global juga menurun, disertai penurunan stok akhir. Indeks harga dalam beberapa bulan terakhir meningkat akibat penurunan stok pangan. Kenaikan biaya produksi dan fluktuasi nilai tukar yang meningkat di banyak negara berkembang termasuk Indonesia merupakan faktor yang berdampak negatif yang mempengaruhi ketersediaan pangan dan dapat memicu kenaikan harga pangan dalam waktu dekat. Situasi pangan di Indonesia berdasarkan ketersediaan produksi cukup menjanjikan. Selama periode 2008-2012 produksi pangan umumnya meningkat kecuali gula tebu. Stok akhir beras yang dikelola pemerintah sebesar 2,29 juta ton, dan impor beras menurun ke tingkat 674.000 ton tahun 2012. Di pihak lain, proporsi penduduk sangat rawan pangan meningkat dari 11,07 persen tahun 2008 menjadi 17,41 persen tahun 2011. Permasalahan utama adalah bagaimana meningkatkan luas lahan dan produktivitas sektor pertanian dan pedesaan untuk meningkatkan pendapatan pedesaan dan terhindar dari jebakan kemiskinan dan rawan pangan. Investasi di sektor pertanian dan pedesaan harus ditingkatkan untuk membangun infrastruktur pedesaan seperti irigasi, jalan usaha tani, dan pengolahan pangan. Paradigma pembangunan harus dirubah dengan menggunakan model pembangunan yang berorientasi masyarakat melalui proses pemberdayaan. Contoh yang baik adalah program Desa Mandiri Pangan yang telah diapresiasi oleh AGFUND FAO.Global food situation today is characterized by small declining of food production especially cereals. World food trading is also declining, as well as ending stocks. Food prices index in recent months is increasing because of stock declined. Higher production costs and exchange rate fluctuation are increasing in many developing countries including Indonesia. All of these factors can negatively influence food availability and trigger price increase in the near future. The state of our food security, based on food availability is quite promising. During the periods of 2008-2012 our food production was generally good except for sugarcane. Government ending stock of rice was 2.29 million tons, and import declined to 674 000 tons in 2012. Despite good production trends, proportion of extreme food insecured people increases from 11.07 percent in 2008 to 17.41 percent in 2011. The crucial problem is how to increase land size, and agriculture and rural sector productivity to improve rural income and escape from poverty trap. The key element here is to increase investment in agriculture and rural sector. Rural infrastructures such as irrigation, farm roads, and food processing needs to be developed. Development paradigm should be changed from government driven to people driven thru people empowering approach. A good practice is Village Food Resilience Programme which has been appreciated by AGFUND FAO 
ARAH KEBIJAKAN PENYEDIAAN PANGAN DALAM NEGERI Kaman Nainggolan
JURNAL PANGAN Vol. 17 No. 1 (2008): PANGAN
Publisher : Perum BULOG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33964/jp.v17i1.230

Abstract

Ketahanan pangan pada tingkat nasional diartikan sebagai kemampuan suatu bangsa untuk menjamin seluruh penduduknya memperoleh pangan yang cukup, mutu yang layak, aman; yang didasarkan pada optimalisasi pemanfaatan dan berbasis pada keragaman sumberdaya lokal (Dewan Ketahanan Pangan, 2006). Dari pengertian tersebut, idealnya kemampuan dalam menyediakan pangan bersumber dari dalam negeri sendiri, yaitu yang dihasilkan petani. Sedangkan impor pangan dilakukan sebagai altematif terakhir untuk mengisikesenjangan antara produksi dan kebutuhan pangan dalam negeri, serta diatur sedemikian rupa agar tidak merugikan kepentingan para produsen pangan di dalam negeri, yang mayoritas petani skala kecil, juga kepentingan konsumen khususnya kelompok miskin. Produksi pangan strategis pada tahun 2007 (ASEM BPS) mencukupi yaitu : produksi padi sebesar 57,05 juta ton GKG; jagung sebesar 13,29 juta ton; kedelai sebesar 698,94 ribu ton; daging sapi sebesar 464 ribu ton; ubi kayu sebesar 19,803 juta ton; kacang tanah sebesar 788,53 ribu ton; kacang hijau sebesar 322,17 ribu ton; ubi jalar sebesar 1,88 juta ton; dan daging ayam 1,33 juta ton ton. Pembangunan ketahanan pangan dunia akhir-akhir inimenghadapi tiga masalah utama, yaitu: 1) meningkatnya harga pangan dunia, 2) meningkatnya harga BBM, sehingga meningkatkan permintaan atas bio energi, dan 3) masalah global warming yang memicu terjadinya bencana alam seperti banjir dan tanah longsor di beberapa wilayah. Secara mikro, terwujudnya kemandirian pangan dicirikan oleh indikator sebagai berikut: (a) dipertahankan ketersediaan energi perkapita minimal 2.200 Kilokalori/hari, dan penyediaan protein perkapita minimal 57 gram/hari, (b) meningkatnya kemampuan pemanfaatan dan konsumsi pangan perkapita untuk memenuhi kecukupan energi meminimal 2.000 Kilokalori/hari dan protein sebesar 52 gram/hari, (c) meningkatnya kualitas konsumsi pangan masyarakat dengan skor Pola Pangan Harapan (PPH) minimal 80. Sedangkan secara makro/nasional, dicirikan oleh indikator meningkatnya produksi pangan dalam negeri yang berbasis pada sumberdaya lokal, yang diwujudkan melalui pemantapan swasembada beras berkelanjutan; swasembada jagung pada 2007; swasembada kedele pada 2012; swasembada gula pada 2009 dan swasembada daging sapi pada 2010 ; serta membatasi impor pangan utama di bawah 10 persen dari kebutuhan pangan nasional. Berdasarkan hal tersebut, strategi umum untuk mewujudkan ketahanan pangan yang akan dilaksanakan adalah pendekatan jalur ganda (twin-track approach), yaitu: (a) membangun ekonomi berbasis pertanian dan pedesaan untuk menyediakan lapangan kerja dan pendapatan; dan (b) memenuhi pangan bagi kelompok masyarakat miskin dan rawan pangan melalui pemberian bantuan langsung agar tidak semakin terpuruk, sertapemberdayaan agar mereka semakin mampu mewujudkan ketahanan pangannya secara mandiri.
Pengaruh Sistem Rekrutmen dan Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Ananto Krisna Wardhana; Kaman Nainggolan; Riris Lestiowati; Rachmat Fadly
Jurnal Ekonomi Vol 29 No 01 (2020): [Jurnal STEI Ekonomi - JEMI] Vol. 29 No.01 (Juni - 2020)
Publisher : Bagian Pengelolaan Jurnal dan Penerbitan - Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (BPJP - STIE)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36406/jemi.v29i01.334

Abstract

Performance is one of the main factors demanded by every organization. The recruitment system and work environment are things that play a role in achieving employee performance at PT. HYUNDAI MOBIL INDONESIA (PT. HMI). The formulation of the problem in this study is the extent to which the influence of the recruitment system and work environment on employee performance at PT. HMI. This research was conducted at PT. HMI, the nature of quantitative causality research with survey method, where the entire population of employees of PT. HMI was used as a sample in this study. In conducting this research, the data used are primary data and secondary data. Data was collected through a questionnaire with a Likert scale unit of measurement. This research was conducted using multiple linear regression analysis method.