Jenta Puspariki
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Holistik

Published : 6 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

PERSEPSI MASYARAKAT KABUPATEN PURWAKARTA TERHADAP PENGOBATAN TRADISIONAL BERDASARKAN KELOMPOK USIA Reti Puji Handayani; Jenta Puspariki; Tiya Nurmala
Pharma Xplore : Jurnal Sains dan Ilmu Farmasi Vol 4 No 2 (2019): Pharma Xplore : Jurnal Sains dan Ilmu Farmasi
Publisher : Fakultas Farmasi Universitas Buana Perjuangan Karawang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36805/farmasi.v4i2.741

Abstract

Guna mendukung upaya Pemerintah dalam mewujudkan derajat kesehatan optimal, masyarakat didorong untuk dapat memilih pengobatannya sendiri termasuk keputusan memilih pengobatan tradisional yang masih banyak digunakan sebagai alternatif memelihara dan mengatasi masalah kesehatan. Dalam hal ini, perilaku kesehatan tersebut dipengaruhi oleh faktor predisposisi, pemungkin dan faktor penguat. Penelitian bertujuan melihat faktor perilaku yang melatarbelakangi pemilihan pengobatan tradisional berdasarkan tiga kelompok usia di Kabupaten Purwakarta dengan menghubungksn pernyataan dari kuisioner yang diberikan dan mencari korelasi antar faktor tersebut. Penelitian dengan pendekatan kualitatif jenis eksplanatif asosiatif ini menggunakan subjek masyarakat Kabupaten Purwakarta sebanyak 137 orang melalui instrumen kuesioner yang diisi oleh kelompok masyarakat perkotaan, masyarakat urban dan masyarakat pedesaan. Persepsi masyarakat Kabupaten Purwakarta setuju terhadap tingkat pengetahuan dan animo pada pengobatan tradisional sebesar 57,7%, dalam hal ini termasuk dalam faktor predisposisi. Sementara faktor penguat dilihat dari persepsi potensi pengembangan, masyarakat setuju pengobatan tradisional tumbuh menjamur, warisan nenek moyang dan biaya pelayanan tergolong murah sebesar 59,9%. Masyarakat juga setuju pengobatan tradisional memberi bukti menyembuhkan penyakit sebesar 51,7% (skala cukup). Variabel lain menunjukkan semua kelompok usia setuju fasilitas praktik dari upaya pengobatan tradisional masih seadanya (57,0%), peneliti menganggapnya sebagai faktor pemungkin. Diperoleh bahwa perkembangan pengobatan tradisional diapresiasi oleh masyarakat dari semua kelompok usia. Dimana kelompok usia diatas 40 tahun, menyatakan persetujuan paling tinggi bahwa pengobatan tradisional potensial untuk dikembangkan, memiliki khasiat untuk penyembuhan namun fasilitas pengobatan belum terstandar dibandingkan kelompok usia 30-40 tahun maupun dibawah 30 tahun. Kata kunci: Usia, Pengobatan tradisional, Persepsi In order to support the Government's efforts in achieving optimal health status, people are encouraged to be able to choose their own treatment, including the decision to choose traditional medicine is still widely used as an alternative to maintaining and health problems. In this case, the health behavior is influenced by predisposing, enabling, and reinforcing factors. The study aims to look at behavioral factors behind the selection of traditional medicine is based on three age groups in Purwakarta with menghubungksn statements from a questionnaire and looking for correlations between these factors. The study with qualitative approach kind of explanatory associative, with subjects society Purwakarta 137 people through questionnaire filled out by a group of urban communities, urban communities and rural communities. The public perception Purwakarta agree on the level of knowledge and interest in the traditional medicine of 57.7%, in this case, including the predisposing factors. While reinforcing factors seen from the perception of the potential development, community agrees traditional medicine flourished, ancestral and relatively cheap service charges amounted to 59.9%. Traditional medical community agrees also gave evidence of cure of 51.7% (enough scale). The other variables showed all age groups agreed the practice facility of the traditional treatment efforts are still modest (57.0%), the researchers think of it as an enabling factor. Provided that the development of traditional medicine to be appreciated by people of all age groups. Where the age group over 40 years, stating the highest approval that the potential for development of traditional medicine, has properties for healing but not yet standardized treatment facilities compared to those 30-40 years of age and under 30 years. Keywords: Age, Traditional medicine, Perception
PEMBUATAN DAN UJI STABILITAS SEDIAAN SERBUK INSTAN DAUN GEDI HIJAU (Abelmoschus manihot L.) UNTUK MENINGKATKAN KESEHATAN TUBUH Isfina Azmiyanti; Jenta Puspariki; Risa Kota Putra
Journal of Holistic and Health Sciences (Jurnal Ilmu Holistik dan Kesehatan) Vol 6 No 1 (2022): Journal of Holistic and Health Sciences (Jurnal Ilmu Holistik dan Kesehatan)
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Holistik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (353.324 KB) | DOI: 10.51873/jhhs.v6i1.169

Abstract

Background: Since long ago Indonesian people often use medicinal plants, one of which is the community of Kel. Ciseureuh Purwakarta who use gedi leaves (Abelmoschus manihot L.) to reduce fever, defecate and relieve deep heat. Gedi leaves have a pharmacological effect as an antioxidant, where the pharmacological effect of these antioxidants comes from flafonoid content. Purpose: This study aims to find out how to make instant powder preparations, the stability of instant powder preparations based on organoleptic tests and the level of public fondness for gedi leaf instant powder preparations. Method: The research method used is to use action research methods consisting of four components, namely planning, action, observation, and reflection. Instant powder preparations are made with 500 grams of wet gedi leaves, then made into 1500 ml of liquid extract, then divided into three formulas that each 500 ml of F1 liquid extract with white crystal sugar 2, F2 with white crystal sugar 1, and F3 with palm sugar as much as 250 gr.  Conclusion: The conclusion of this study is the most stable instant powder preparation for three weeks and most preferred by respondents, namely F1 white crystal sugar 2.
FORMULASI SEDIAAN MASKER GEL KULIT SEMANGKA (Citrullus lanatus) DENGAN MENGGUNAKAN TRAGAKAN SEBAGAI PEMBENTUK GEL (Gelling Agent) Ratika Nuri; Suharti Suharti; Jenta Puspariki
Journal of Holistic and Health Sciences (Jurnal Ilmu Holistik dan Kesehatan) Vol 5 No 2 (2021): Journal of Holistic and Health Sciences (Jurnal Ilmu Holistik dan Kesehatan)
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Holistik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (413.047 KB) | DOI: 10.51873/jhhs.v5i2.88

Abstract

Latar Belakang: Kosmetik berbahan alami adalah produk kecantikan yang dibuat dengan menggunakan bahan-bahan alami tanpa ada tambahan bahan kimia didalamnya. Pemanfaatan bahan alami dari kulit buah semangka (Citrullus lanatus) sebagai antioksidan untuk kulit wajah, yang diformulasikan sebagai sediaan masker dengan menggunakan bahan pembentuk gel (Gelling agent) alami dari tragakan. Kulit semangka ini memiliki kandungan Citrullin yang berfungsi sebagai antioksidan dan bermanfaat sebagai antipenuaan dini. Tujuan Penelitian: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pembuatan sediaan masker gel dengan menggunakan tragakan sebagai gelling agent, dengan menambahkan kulit semangka sebagai bahan berkhasiat antioksidan, kemudian dilakukan uji stabilitas fisik yang meliputi uji organoleptik dan uji pH untuk mendapatkan hasil sediaan masker gel yang stabil. Pengujian organoleptik dan pH dilakukan pada suhu kamar (15- 30? C). Metode: Penelitian ini dilakukan dengan desain action research, yaitu menambahkan ekstrak kental kulit putih semangka dengan konsentrasi 20% dan 40%, kemudian sedian jadi berupa masker gel diuji stabilitasnya secara organoleptis, dan uji pH yang dilakukan selama 3 minggu pada suhu kamar (15-30?C). Hasil: Penelitian menunjukan bahwa sediaan masker gel berbahan dasar tragakan yang mengandung ekstrak kental kulit putih semangka dapat dibuat, dan memenuhi mutu fisik sediaan dengan hasil uji organoleptik yang cukup stabil dan pH yang sesuai dengan rentang pH kulit yaitu berkisar 5-6,5. Simpulan: Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pada sediaan masker gel formulasi II dengan konsentrasi 20% menghasilkan sediaan yang lebih stabil dari segi warna, bau, dan tekstur dalam penyimpanan selama 2 minggu pada suhu kamar (15-30?C) dan lebih mendekati karakteristik gel yang jernih dan tembus pandang
PEMBUATAN DAN UJI STABILITAS SEDIAAN DEODORAN SEMPROT DAUN SINTRONG (Crassocephalum crepidioides) DAN BUAH JERUK NIPIS (Citrus aurantifolia) SEBAGAI ANTIBAKTERI Wartika Wilyanti; Farhan Farhan; Jenta Puspariki
Journal of Holistic and Health Sciences (Jurnal Ilmu Holistik dan Kesehatan) Vol 5 No 2 (2021): Journal of Holistic and Health Sciences (Jurnal Ilmu Holistik dan Kesehatan)
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Holistik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (235.633 KB) | DOI: 10.51873/jhhs.v5i2.153

Abstract

Latar Belakang: Keluarnya keringat yang berlebihan dapat menimbulkan masalah seperti menimbulkan bau badan yang tidak sedap. Bau badan dihasilkan oleh bakteri yang mengkolonisasi sekresi keringat dan kelenjar sebasea. Deodoran merupakan salah satu produk yang digunakan untuk mengatasi bau badan. Masyarakat banyak menggunakan deodoran kimia karena masih jarangnya deodoran herbal. Hasil ekstrak daun sintrong diketahui berpotensi dapat menekan pertumbuhan mikroba. Buah jeruk nipis dari beberapa tinjauan literatur mengandung flavonoid yang dapat digunakan sebagai antibakteri. Tujuan Penelitian: Penelitian ini bertujuan untuk membuat sediaan deodoran semprot dari daun sintrong (Crassocephalum crepidioides) dan buah jeruk nipis (Citrus aurantifolia) sebagai antibakteri, dan mengetahui kestabilan sediaan deodoran semprot dari hasil uji orgonoleptik, uji pH, dan Uji Iritasi. Metode: Penelitian ini menggunakan desain penelitian tindakan (Action Research) dan menggunakan model penelitian Kurt Lewin yang terdiri dari empat komponen, yaitu perencanaan, (planning), tindakan (acting), pengamatan (observing) dan refleksi (reflecting). Penelitian ini menggunakan  instrumen penelitian berupa  lembar  observasi. Hasil: Hasil uji organoleptik menunjukan adanya perubahan pada sediaan Formula 1 dan Formula 2  dalam  hal  warna dan bentuk, sedangkan sediaan Formula 3 tidak mengalami perubahan. pada uji pH selama tiga minggu semua formula sediaan semprot menunjukan bahwa pH stabil di pH 4, dan pada uji iritasi dengan 10 responden secara sukarela menguji ketiga formula menunjukan bahwa semua formula tidak mengiritasi kulit. Simpulan: Sediaan deodoran semprot memiliki stabilitas yang baik dapat dilihat dari hasil uji organoleptik, uji pH, dan uji iritasi. Dari ketiga formula yang stabil yaitu formula 3
PEMBUATAN FOOT SPRAY YANG MENGANDUNG BIJI PEPAYA (Carica papaya L.) DAN KAYU MANIS (Cinnamomum burmannii) SEBAGAI ANTIBAKTERI Intan Rusaria Gustin Wulandari; Susi Andriani; Jenta Puspariki
Journal of Holistic and Health Sciences (Jurnal Ilmu Holistik dan Kesehatan) Vol 6 No 2 (2022): Journal of Holistic and Health Sciences (Jurnal Ilmu Holistik dan Kesehatan)
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Holistik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51873/jhhs.v6i2.179

Abstract

Latar belakang: Kaki yang tertutup sepatu dalam waktu yang cukup lama dapat membuat kaki lembab dan bau. Foot Spray didesain untuk dapat digunakan sebagai pembersih kaki yang ideal untuk membunuh bakteri penyebab bau kaki karena penggunaan zat aktif rempah-rempah yaitu biji papaya dan kayu manis. Tujuan: Mengetahui cara pembuatan foot spray yang mengandung kombinasi biji papaya dan kayu manis dan menguji stabilitas fisik secara organoleptik dan uji PH selama 21 hari. Metode: Metode penelitian tindakan yang terdiri dari empat komponen yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi meliputi pembuatan simplisia dan ekstrak biji pepaya dan kayu manis dengan 3 formula dengan perbedaan konsentrasi gliserin yang terkandung pada FI (0,5gr), FII (1,0gr) dan FIII (1,5gr) kemudian diamati organoleptik dan ph untuk mengetahui formula yang paling baik. Hasil: Ketiga formula sediaan sampai hari ke 12 masih memiliki aroma wangi khas dan kuat, namun setelah hari ke 12 pada ketiga formula tersebut wangi khas tidak sekuat sebelumnya atau melemah. Warna sediaan pada FI dan FII memiliki perubahan dengan memudar nya warna di hari ke 18 dan pada F III warna sediaan memudar di hari ke 21. Bentuk sediaan berubah di hari ke 9 untuk F I, di hari ke 12 untuk F II, dan hari ke 21 untuk F III. Hasil uji PH sediaan foot spray ini 5,7 untuk FI, 5,6 untuk FII, dan 5,5 untuk FIII. Simpulan: Formula paling baik sediaan foot spray ini adalah pada formula III setelah dilakukan hasil pengamatan organoleptik dan uji PH selama 3 minggu.
Pembuatan pestisida organik ramah lingkungan Jenta Puspariki
Journal of Holistic Community Service Vol 1 No 1 (2023): Journal of Holistic and Community Service
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Holistik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51873/jhcs.v1i1.17

Abstract

Latar belakang. Persepsi petani bahwa serangan hama dapat menyebabkan kegagalan panen telah membuat penggunaan pestisida tidak dapat dihindari bahkan semakin meningkat penggunaannya. Pestisida organik merupakan pembasmi atau pengendali hama yang berasal dari makhluk hidup misalnya dari tumbuhan yaitu bawang putih. Karena berasal dari makhluk hidup maka residu pestisida organic akan mudah terurai (biodegradable) sehingga relative aman tidak mencemari lingkungan. Metode. Metode yang digunakan dalam penyuluhan ini adalah dengan memberi penjelasan tentang pestisida organic salah satunya adalah pestisida dari bawang putih  dilanjutkan dengan demonstrasi pembuatan pestisida dari bawang putih. Sasaran dari program pengabdian kepada masyarakat ini adalah warga beserta ibu-ibu kader Desa Gurudug. Kegiatan penyuluhan dilaksanakan di kebun sayur salah satu warga Desa Gurudug. Hasil. Respon positif dari masyarakat ditunjukan dari hasil angket yang berisi bahwa materi kegiatan penyuluhan sesuai kebutuhan masyarakat, bermanfaat bagi kehidupan sehari-hari, disajikan dengan cara yang menarik. Kesimpulan. Warga khususnya di Desa Gurudug Kabupaten Purwakarta mengerti manfaat dari pestisida organik dari bawang putih. Pemanfaatan bawang putih tidak hanya sebagai bumbu masakan saja tetapi sebagai obat tradisional yang berkhasiat tetapi juga sebagai pestisida bagi tanaman pertanian.