Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Analisis Aktivitas Antioksidan Pada Sediaan Masker Wajah Kulit Buah Delima Merah (Punica Granatum L.) Melalui Reaksi Antara Ekstraknya Dengan 1,1-Difenil-2-Pikrilhidrazil (DPPH) Dan Tinjauannya Menurut Pandangan Islam Nurul A’fiyah Salsabila; Sri Utami; Arsyad Arsyad
Jurnal sosial dan sains Vol. 1 No. 12 (2021): Jurnal Sosial dan Sains
Publisher : Green Publisher Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2160.333 KB) | DOI: 10.59188/jurnalsosains.v1i12.273

Abstract

Latar Belakang: Senyawa radikal bebas sering kita jumpai pada kehidupan sehari-hari yang dapat berdampak buruk terhadap kulit. Antioksidan dibutuhkan untuk meredam senyawa radikal bebas terhadap kulit. Buah delima merah merupakan buah yang terdapat dalam Al-Qur’an dengan antoksidan berupa flavonoida, asam fenolat dan tanin. Penuaan kulit dapat dicegah dengan menggunakan masker wajah yang mengandung antioksidan. Tujuan: Mengetahui aktivitas antioksidan pada kulit delima merah dalam bentuk masker wajah bubuk melalui reaksi antara ekstraknya dan mengetahui tinjauannya menurut pandangan Islam terhadap kulit buah delima merah yang diolah menjadi masker wajah dan diuji aktivitas antioksidannya dengan metode DPPH. Metode: Kulit delima merah dikeringkan, kemudian digerus dengan blender agar mendapatkan bubuk kulit delima merah. Bubuk kulit delima merah yang telah diperoleh direndam dengan etanol 70%, lalu disaring dan filtratnya dipekatkan menggunakan vacuum rotary evaporator sehingga didapatkan ekstrak kental yang selanjutnya dikeringkan dengan menggunakan oven sehingga didapatkan ekstrak bubuk kulit delima merah. Penetapan aktivitas antioksidan ini dilakukan melalui pendekatan pengukurannya terhadap ekstraknya karena masker wajah yang merupakan bubuk kulit delima merah tidak dapat ditetapkan dengan metode DPPH. Hasil: Aktivitas antioksidan dinyatakan dengan nilai IC50 pada kulit delima merah yang dijadikan masker wajah bubuk mempunyai nilai IC­­50 sebesar 8,33 ppm sedangkan asam askorbat sebagai kontrol positif memiliki nilai IC­­50 sebesar 2,98 ppm. Kesimpulan: Ekstrak kulit delima merah mempunyai aktivitas antioksidan dan termasuk kategori antioksidan yang sangat kuat dan penelitian ini sejalan dengan perintah Allah SWT yang menyarankan umatnya untuk menjaga kesehatan dan kecantikan diri.
HUBUNGAN KONSUMSI KOPI DENGAN TEKANAN DARAH PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI ANGKATAN 2018 Andi Oktasiva Ferinada Andian Putri; Lilian Batubara; Arsyad Arsyad
Junior Medical Journal Vol 1, No 1 (2022)
Publisher : Junior Medical Journal

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (223.882 KB) | DOI: 10.33476/jmj.v1i1.2693

Abstract

Latar Belakang: Kopi merupakan minuman yang paling banyak disukai di Indonesia akhir-akhir ini. Konsumsi kopi di Indonesia telah menjadi bagian dari gaya hidup seseorang termasuk pada mahasiswa saat ini. Akses untuk menemukan minuman kopi pun sudah mudah biasanya tersedia di kantin kampus. Bila sering mengonsumsi kopi secara berlebihan dapat menyebabkan penyakit kardiovaskular salah satu gejalanya adalah Hipertensi. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara konsumsi kopi terhadap tekanan darah. Penelitian ini unik, pelaksanaannya dalam kondisi pandemik COVID-19 secara online, sehingga menarik untuk dibaca.Metode: Jenis penelitian yang digunakan adalah korelasional dengan  cross sectional. Variabel independen dan dependennya yaitu konsumsi kopi dan tekanan darah. Pengambilan sampel dilakukan secara online pada November-Desember 2020. Populasinya adalah Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas YARSI Angkatan 2018 sejumlah 240 orang. Besar sampel sejumlah 150 responden yang diambil dengan teknik quota sampling. Data yang diperoleh dikumpulkan dengan google form online. Klasifikasi skala pengumpulan data nominal dengan uji statistik ini adalah korelasi Chi-Square.Hasil: Karakteristik responden dari 150 responden yang kebanyakan berusia 20 tahun sebanyak 86  (57,3%) orang, berjenis kelamin perempuan sebanyak 108 (72%) orang, tidak memiliki riwayat hipertensi sebanyak 147 (98%) orang, dan tidak memiliki riwayat keluarga hipertensi sebanyak 106 (70,7%) orang. Persentase peminum kopi sebanyak  107 (71,3%) dari 150 responden. Terdapat seringnya responden mengonsumsi kopi dengan kategori kadang-kadang sebesar 91 (60,7%) orang. Frekuensi konsumsi kopi terbanyak pada responden, yaitu 1-2 x/hari sebesar 108 (72,0%) orang. Jumlah kopi yang diminum terbanyak pada responden, yaitu sebesar 77 (51,3%) orang. Lamanya mengonsumsi kopi pada responden terbanyak, yaitu lebih dari 2 tahun sebesar 67 (44,7%) orang. Seringnya responden mengonsumsi makanan dan minuman berkafein selain kopi dengan kategori kadang-kadang sebesar 150 (62,5%) orang. Persentase tekanan darah tinggi dari 150 responden didapatkan 10 orang (6,7%) hipertensi stadium 1 dan 3 orang (2,0%) hipertensi stadium 2. Pada kategori prehipertensi terdapat 24 orang (16%). Hasil uji statistik Chi-Square didapatkan nilai Continuity Correction = 0,964 dimana p 0,05 yang artinya tidak terdapat hubungan antara konsumsi kopi dengan tekanan darah.Kesimpulan: Didapatkan tidak adanya hubungan antara konsumsi kopi dengan tekanan darah dikarenakan tekanan darah stabil yang disebabkan oleh efek habituasi dan kardioprotektif tubuh. Pandangan islam mengenai kopi yaitu, halal dikonsumsi dan darah berfungsi sebagai alat transportasi minuman, sehingga pada kedokteran dan islam memiliki pandangan yang sama.
GAMBARAN EFEK SAMPING PENGGUNAAN KORTIKOSTEROID JANGKA PANJANG PADA PASIEN SYSTEMIC LUPUS ERYTHEMATOSUS (SLE) DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PASAR REBO PERIODE JULI 2017 – JULI 2019 DAN TINJAUANNYA MENURUT PANDANGAN ISLAM Krisna Anwar Suwandi; Rika Yuliwulandari; Arsyad Arsyad
Junior Medical Journal Vol 1, No 1 (2022)
Publisher : Junior Medical Journal

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (220.507 KB) | DOI: 10.33476/jmj.v1i1.2247

Abstract

Latar Belakang: Insiden tahunan dari SLE ini bervariasi pada orang dewasa, yakni 1,9% sampai 5,6% tiap 100.000 orang per tahun, dengan angka prevalensi 124 kasus tiap 100.000 orang (Dipiro et al.,2008). Hingga saat ini belum ditemukan terapi yang dapat menyembuhkan SLE. Maka dari itu, digunakan terapi kortikosteroid sebagai immunosupresan pada pasien SLE untuk dapat menekan aktifitas imun pada pasien SLE. Seperti yang telah diketahui, kortikosteroid memiliki banyak efek samping seperti gastritis, hiperglikemia, dan pneumonia. Meskipun terdapat efek samping yang ditimbulkan oleh penggunaan kortikosteroid, tetapi sesuai prinsip pengobatan dalam Islam, harus tetap berusaha untuk mengobati penyakit.Metode: Studi ini merupakan studi cross sectional, dan penetapan sampel dengan metode total random sampling.Hasil: Hasil disajikan dalam bentuk tabel dan diagram. Jumlah sampel sebanyak 23 pasien. Hasil menunjukkan bahwa sebanyak 16 (70%) pasien mengalami efek samping berupa gastritis, 6 (26%) pasien mengalami efek samping berupa pneumonia, 3 (13%) pasien mengalami efek samping hiperglikemia, dan sebanyak 4 (17%) pasien tidak mengalami efek samping pengobatan kortikosteroid.Kesimpulan: Pada pasien SLE didapatkan efek samping kortikosteroid berupa gastritis paling tinggi diantara efek samping lainnya yaitu sebanyak 16 (70%) dari 23 pasien. Menggunakan kortikosteroid pada pasien SLE diperbolehkan sebagai bentuk ikhtiar dalam mengontrol aktivitas dari SLE. Kata Kunci: Systemic Lupus Erythematosus, Hiperglikemia, Pneumonia, Gastritis