Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

Peningkatan kemampuan representasi matematik peserta didik dengan menggunakan model problem based learning (PBL) berbantuan media software Geogebra Setio Priyono; Redi Hermanto
JP3M (Jurnal Penelitian Pendidikan dan Pengajaran Matematika) Vol 1, No 1 (2015)
Publisher : Program Studi Pendidikan Matematika, FKIP, Universitas Siliwangi, Tasikmalaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37058/jp3m.v1i1.145

Abstract

This research aims to know the improvement of students’s mathematical representastion skill Bette beetwen using PBL Model helped geogebra software media and using PBL model without helped geogebra software media.The method is experiment method. The population were all of the tenth grade mathematic and nature students of  Senior High School 1 Tasikmalaya using 2013 Curiculum with scientific approach. The sample of this research was randomly selected, two classes of the population, X MIA 4 as experiment class and X MIA 5 as control class. The result of this research is (1) the improvement of the students’s mathematical representation skill using PBL model helped by geogebra software media is not better than or equal with those using PBL model without helped by geogebra software media; and (2) the students’ motivation of study during following lesson using PBL model helped geogebra software media were in medium criteria.
Analisis kesalahan peserta didik dalam menyelesaikan soal pemecahan masalah pada materi aljabar berdasarkan teori Jean Piaget (Penelitian pada peserta didik kelas VIII SMP Islam Al-Azhar 30 Kota Tasikmalaya) Nadia Zulfa Kosasih; Supratman Supratman; Redi Hermanto
JP3M (Jurnal Penelitian Pendidikan dan Pengajaran Matematika) Vol 4, No 1 (2018)
Publisher : Program Studi Pendidikan Matematika, FKIP, Universitas Siliwangi, Tasikmalaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37058/jp3m.v4i1.666

Abstract

Aljabar merupakan untaian paling abstrak dalam matematika, hal ini menyebabkan peserta didik sering kali melakukan kesalahan dalam menyelesaikan soal mengenai materi aljabar. Kesalahan tersebut dapat diminimalisir dengan terlebih dahulu mengetahui sejauh mana kemampuan atau pengetahuan yang dimiliki peserta didik melalui analisis proses berpikir peserta didik saat memecahkan suatu masalah.. Berdasarkan hasil dari penelitian yang dilakukan kepada peserta didik kelas VIII SMP Islam Al-Azhar 30 Kota Tasikmalaya dengan memberikan tes berupa soal pemecahan masalah sebanyak 2 soal, peserta didik mengalami asimilasi prosedural pada tahap memahami masalah, dimana peserta didik mampu menyebutkan semua informasi yang terdapat dalam soal. Peserta didik mengalami akomodasi konseptual pada tahap membuat rencana, dimana peserta didik melakukan kesalahan dalam mengubah informasi dalam soal ke dalam bentuk aljabar dengan membuat model matematika dan melakukan perhitungan penjumlahan pada suku yang tak sejenis. Peserta didik mengalami akomodasi prosedural pada tahap melaksanakan rencana, dimana peserta didik melakukan kesalahan yang diakibatkan kesalahan konseptual sebelumnya. Peserta didik tidak melakukan tahap memeriksa kembali jawaban yang telah didapat.Kata kunci: kesalahan, pemecahan masalah, aljabar
Eksplorasi epistemological dan didactical obstacle serta hypothetical learning trajectory pada pembelajaran konsep jarak Redi Hermanto; Satya Santika
JP3M (Jurnal Penelitian Pendidikan dan Pengajaran Matematika) Vol 3, No 2 (2017)
Publisher : Program Studi Pendidikan Matematika, FKIP, Universitas Siliwangi, Tasikmalaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37058/jp3m.v3i2.382

Abstract

Geometri merupakan salah satu materi yang sangat penting dalam pembelajaran matematika. Hanya saja, pada kenyataannya tidak sedikit siswa yang mengalami kesulitan dalam memahai konsep geometri yang diajarkan. Salah satu materi geometri yang dianggap sulit adalah materi dimensi tiga yang diberikan kepada siswa kelas X SMA khususnya mengenai konsep jarak. Penelitian ini dilaksanakan di salah satu SMA di Kota Tasikmalaya dengan subjek penelitian sebanyak 32 siswa kelas X. Berdasarkan hasil pengamatan peneliti tentang learning obstacle yang dialami siswa ditinjau dari epistemological dan didactical obestacle, bahwa hambatan belajar siswa dalam materi dimensi tiga terletak pada  (1) menentukan letak hasil proyeksi suatu titik terhadap garis, (2) menentukan letak hasil proyeksi suatu titik terhadap bidang, dan (3) membuat dan mengenali bentuk sebuah bidang yang memuat titik dan memuat ruas garis pada bidang tersebut (yang memuat hasil proyeksi titik). Untuk meminimalisis learning obstacle tersebut, peneliti menyusun Hypothetical Learning Trajectory (HLT) agar siswa mampu memahami konsep jarak pada dimensi tiga secara lebih optimal. HLT pada pembelajaran materi jarak antara titik dengan garis meliputi: concept by definition, projection, making a plane, dan distance, sedangkan untuk HLT pada pembelajaran materi jarak antara titik dengan bidang meliputi: concept by definition, finding a segment, projection, making a plane, dan distance. Kata Kunci:   epistemological didactical obstacle, hypothetical learning trajectory, jarak pada bangun ruang
EKPLORASI LITERASI MATEMATIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA MENGGUNAKAN TRANSCRIPT BASED LESSON ANALYSIS (TBLA) Redi Hermanto; Eva Mulyani; Ike Natalliasari; Tiara Rahmawati Nur
Teorema: Teori dan Riset Matematika Vol 7, No 1 (2022): Maret
Publisher : Universitas Galuh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25157/teorema.v7i1.6765

Abstract

Penelitian yang banyak berfokus pada penerapan berbagai model pembelajaran inovatif sejak dekade terakhir tampaknya belum mencapai hasil yang ideal untuk dapat mengoptimalkan kemampuan literasi matematis. Berdasarkan hal tersebut, peneliti harus mencari fokus penelitian lain untuk mencapai hasil yang ideal, salah satunya yaitu dengan menganalisis proses pembelajaran yang terjadi di kelas, karena proses pembelajaran yang baik akan menghasilkan kualitas belajar yang baik. Oleh karena itu dengan memperhatikan proses pembelajaran diharapkan mampu meningkatkan kualitas terhadap literasi matematis siswa. Penelitian ini bertujuan untuk menggali komponen-komponen literasi matematis, yang meliputi komponen proses matematis (competencies/processes), komponen konten matematika (content areas), serta komponen situasi dan konteks (situation and contexs) yang terjadi dalam pembelajaran matematika menggunakan Transcript Based Lesson Analysis (TBLA) yang terbagi ke dalam empat segmen, yaitu segmen Ki, Sho, Ten dan Ketsu. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan metode klinis interview. Dalam penelitian ini dilakukan observasi terhadap proses pembelajaran matematika di SMP Negeri 2 Sukaraja Kabupaten Tasikmalaya dan melibatkan beberapa guru matematika, serta melakukan Focus Group Discussion (FGD) sebelum maupun setelah proses pembelajaran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komponen proses matematis (competencies/processes) dalam pembelajaran matematika memunculkan 6 kemampuan dari 7 kemampuan yang ada, dimana dari keseluruhan segmen hanya satu yang tidak muncul yaitu using mathematical tools. Komponen konten matematika (content area) dalam pembelajaran matematika dengan materi perpangkatan dan bentuk akar muncul hanya dalam dua konten yaitu konten bilangan dan geometri. Komponen situasi dan konteks (situation and contexs) dalam pembelajaran matematika muncul dalam 3 segmen yaitu segmen Ki, Sho dan Ketsu.
Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik dalam Memecahkan Masalah Matematik Berdasarkan Gaya Belajar Vepi Apiati; Redi Hermanto
Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika Vol 9, No 1 (2020)
Publisher : Institut Pendidikan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1580.653 KB) | DOI: 10.31980/mosharafa.v9i1.630

Abstract

AbstrakBerpikir kritis merupakan keterampilan atau strategi kognitif dalam menentukan tujuan. Setiap peserta didik memiliki gaya belajar yang berbeda-beda. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan kemampuan berpikir kritis peserta didik dalam memecahkan masalah matematik berdasarkan gaya belajar David Kolb. Pendekatan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Pemilihan subjek dalam penelitian ini berdasarkan purposive sampling, dengan mempertimbangkan peserta didik yang mampu mengerjakan tes dengan memenuhi semua indikator kemampuan berpikir kritis matematis untuk mewakili setiap tipe gaya belajar David Kolb. Teknis analisis data yang digunakan meliputi reduksi data, penyajian data, dan verifikasi data. Hasil penelitian diperoleh bahwa peserta didik SD (diveger), SAs (assimilator), SK (konverger), dan SAk (akomodator) mampu memenuhi semua indikator kemampuan berpikir kritis matematis menurut Ennis yang digunakan pada penelitian ini yaitu elementary clarification, strategies & tactis, advance clarification, dan inference. Namun, pada indikator elementary clarification terdapat perbedaan antara SD, SAs, SK, dan SAk  dalam memfokuskan pertanyaan dari beberapa unsur yang diketahuinya. Students' Critical Thinking Ability in Solving Mathematical Problems Based on Learning Style AbstractCritical thinking is a cognitive skill or strategy in setting goals. Each student has a different learning style. The purpose of this study is to describe the students' critical thinking skills in solving mathematical problems based on David Kolb's learning style. The approach in this study uses a qualitative approach. The selection of subjects in this study was based on purposive sampling, taking into account students who were able to take the test by fulfilling all the indicators of mathematical critical thinking ability to represent each type of learning style David Kolb. Data analysis techniques used include data reduction, data presentation, and data verification. The results obtained that elementary school students (diverge), SAs (assimilator), SK (convertor), and SAk (accommodator) can meet all the indicators of mathematical critical thinking skills according to Ennis used in this study, namely elementary clarification, strategies & tactics, advance clarification, and inference. However, in the elementary clarification indicator, there are differences between SD, SAs, SK, and SA in focusing questions from some of the elements he knows. 
ANALISIS PROSES BERPIKIR MASON DALAM MENYELESAIKAN SOAL SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL Ike Natalliasari; Redi Hermanto; Disa Zakiatun Nupus
Teorema: Teori dan Riset Matematika Vol 8, No 1 (2023): Maret
Publisher : Universitas Galuh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25157/teorema.v8i1.9935

Abstract

ABSTRAKPemahaman guru yang cenderung mengevaluasi hasil akhir dari proses penyelesaian soal, tetapi tidak melihat proses berpikir peserta didik untuk membantu peserta didik mencapai kesimpulan tertentu, maka penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan proses berpikir peserta didik berdasarkan Mason dalam menyelesaikan soal sistem persamaan linear dua variabel. Metode yang digunakan adalah kualitatif-deskriptif. Subjek dipilih berdasarkan teknik purposive dengan cara eksplorasi. Teknik pengumpulan data menggunakan tes uraian dan wawancara tidak terstruktur. Instrumen penelitian ini yaitu peneliti sebagai instrumen utama dan soal tes uraian. Teknik analisis yang digunakan meliputi reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan Proses berpikir peserta didik dalam menyelesaikan soal sampai tiga tahapan menurut Mason yaitu S6, S9, dan S14 pada tahap entry memperoleh informasi yang terdapat dari soal dan memilih elemen yang perlu dimisalkan, pada tahap ini terdapat proses specializing. Pada tahap attack S6 dan S9 merumuskan dan mencoba rencana penyelesaian dengan metode eliminasi, sedangkan S14 merumuskan dan mencoba rencana penyelesaian dengan metode gabungan, pada tahap ini S6, S9, dan S14 terdapat proses generalizing, conjecturing, dan convincing. Pada tahap review S6 dan S9 mengecek perhitungan sedangkan S14 mengecek ketepatan alasan pada langkah penyelesaian, kemudian pada tahap ini S6, S9, dan S14 merefleksi ide penyelesaian dan mencari cara penyelesaian lain.
PEMANFAATAN PEKARANGAN RUMAH UNTUK MEWUJUDKAN KELUARGA MANDIRI PANGAN (MAPAN) Redi Hermanto; Satya Santika; Ike Natalliasari; Eva Mulyani
Jurnal Pengabdian Siliwangi Vol 7, No 1 (2021)
Publisher : LPPM Univeristas Siliwangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37058/jsppm.v7i1.2485

Abstract

The implementation of the Food Security Scheme Community Service program (PbM-KP) aims to: (1) motivate and educate the public about the importance of doing something useful in order to meet their food intake needs independently, (2) optimizing the yards around the house as a source fulfilling family food needs, (3) increasing the potential of the community through counseling and assistance activities in cultivating sources of food intake, which includes carbohydrate, protein and forage (KPH) intake, (4) realizing MaPan Families ( Independent Food). Based on these objectives, the targets and outputs of this activity are as follows: (1) direct provision of materials and tools in the form of plant seeds and planting media, and direct provision of materials and tools in the form of catfish seeds to be managed independently; (2) produce scientific publications published in ISSN National Journals, such as the Siliwangi Service Journal, and (3) publish the implementation of activities through mass media. The method to be used in this activity emphasizes the delivery of information / education to the community through outreach activities that are patterned and structured, mentoring and continuous evaluation. The conclusions of these activities are (1) Increasing people's knowledge about the importance of doing something useful in order to meet food intake needs independently; (2) This service activity provides education to residents on how to use the house yard to cultivate sorghum, vegetables and catfish in buckets, in order to meet their needs for carbohydrate, protein and forage intake; and (3) The members of the community are very enthusiastic about participating in every stage of this service activity.