Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Penguatan Peran Pemerintah Daerah dan Kepolisian di Provinsi Sulawesi Tenggara terhadap Penanggulangan Peredaran dan Penyalahgunaan Narkoba Erens Elvianus Koodoh; Marwati .
ETNOREFLIKA: Jurnal Sosial dan Budaya Vol 3 No 3 (2014): Volume 3 Nomor 3, Oktober 2014
Publisher : Laboratorium Jurusan Antropologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1469.275 KB) | DOI: 10.33772/etnoreflika.v3i3.118

Abstract

Studi ini mengkaji tentang upaya menelusuri peran pemerintah dan pihak ke-polisian di Provinsi Sulawesi Tenggara terhadap komitmen untuk memberantas peredaran dan penyalahgunaan narkoba. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi motivasi dan latar belakang individu dari semua kalangan baik oknum pegawai pemerintah, oknum kepolisian, dan sebagainya yang terlibat dalam tindak kejahatan dan penyalahgunaan narkoba. Selain itu, juga untuk mengidentifikasi pola pencegahan, dan pemberantasan penyalahgunaan narkoba di provinsi Sulawesi Tenggara, yang dilakukan oleh berbagai institusi terkait. Metode yang digunakan dalam pengumpulan data, yaitu wawancara, dan pengamatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada beberapa hal yang memotivasi se-seorang untuk menyalahgunakan narkoba, antara lain: (a) Keinginan untuk mencoba nar-koba yang biasanya ditawarkan secara gratis oleh teman atau rekan; (b) Pergaulan bebas; (c) Beratnya beban hidup atau permasalahan hidup juga memberi sumbangsih dan motivasi seseorang untuk mengkonsumsi narkoba; (d) Mudahnya memperoleh obat-obatan jenis tertentu yang dapat disalahgunakan oleh masyarakat khususnya di kalangan remaja; (e) Ketidaktahuan tentang efek dari narkoba itu sendiri. Terkait dengan upaya pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan narkoba, ada beberapa intitusi yang berperan dalam upaya pencegahan dan pemberantasan penyelahgunaan dan peredaran narkoba di wilayah Kota Kendari dan Kabupaten Konawe, antara lain pihak Kepolisian Daerah Sulawesi Tenggara, Kepolisian Resort di masing-masing Kota/Kabupaten, Badan Narkotika Nasional (BNN) Provinsi Sulawesi Tenggara, BBN Kota Kendari dan BNN Kabupaten Konawe, Dinas Ke-sehatan Kota/Kabupaten, dan Lembaga Pemasyarakatan/Rutan serta masyarakat itu sendiri. Peran yang dijalankan oleh beberapa institusi telah cukup maksimal, namun institusi lainnya seperti BNN belum menunjukkan kinerja yang maksimal, khususnya pada bidang pemberdayaan dan pemberantasan; Dinas Kesehatan pada aspek pembinaan dan pencegahan penyalahgunaan peredaran obat-obatan kategori tertentu; serta Lapas, pada aspek pembinaan narapidana juga tampaknya belum maksimal khususnya jika di bandingkan dengan Lapas-Lapas lainnya di Indonesia. Kata kunci: penguatan, peran, penanggulangan, peredaran, penyalahgunaan, narkoba
JEMBATAN KEMATIAN: ANALISIS FAKTOR SOSIAL BUDAYA DALAM FENOMENA BUNUH DIRI DAN PERCOBAAN BUNUH DIRI DI JEMBATAN BAHTERAMAS KENDARI Adijaya, Sarlan; Erens Elvianus Koodoh; Laxmi, Laxmi; Zainal; Danial; Abdul Jalil
Jurnal Saintifik (Multi Science Journal) Vol 23 No 2 (2025): MEI
Publisher : Fakultas Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.58222/js.v23i2.454

Abstract

Penelitian ini menganalisis fenomena bunuh diri di Jembatan Bahteramas Kendari, yang telah mencatat empat kasus bunuh diri dan tiga percobaan bunuh diri sejak dibuka pada Oktober 2020, dengan mayoritas korban adalah laki-laki. Dengan pendekatan etnografi kritis dan wawancara mendalam bersama keluarga korban, tokoh masyarakat, dan warga sekitar, penelitian ini mengungkap tiga faktor sosial-budaya utama: (1) kesenjangan antara kesadaran kultural dan kemampuan ekonomi yang menciptakan kondisi anomie; (2) individualisasi struktur sosial yang melemahkan ikatan tradisional; dan (3) disfungsi institusi keagamaan dalam memberikan bimbingan spiritual. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bunuh diri di kalangan laki-laki merupakan manifestasi dari krisis maskulinitas dalam konteks budaya Tolaki dan masyarakat urban saat ini. Konstruksi maskulinitas tradisional yang menempatkan laki-laki sebagai "raja tanpa mahkota" dengan konsep kohanu, ditambah dengan tekanan gender kontemporer yang menciptakan ketidaksetaraan ekonomi dalam keluarga, serta keterbatasan mekanisme coping maskulin yang tercermin dalam norma "laki-laki tidak bercerita," secara kumulatif menciptakan tekanan psikososial yang ekstrem. Analisis simbolis mengungkapkan transformasi Jembatan Bahteramas dari simbol kemajuan menjadi "tempat bunuh diri" melalui proses konstruksi sosial dan ritualisasi pola perilaku. Temuan ini menekankan pentingnya strategi pencegahan yang peka terhadap konteks budaya yang spesifik, termasuk rekonstruksi maskulinitas yang lebih sehat dan penguatan mekanisme dukungan sosial yang berbasis pada nilai-nilai budaya lokal.