Articles
RECONCEIVE BRAGA
Pradipta, Eldwin;
Durahman, Deden Hendan
Visual Art Vol 2, No 1 (2013)
Publisher : Visual Art
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (0.168 KB)
Jalan Braga di Kota Bandung adalah salah satu objek wisata yang hampir setiap harinya ramai dilewati pengunjung. Salah satu hal yang menarik dari jalan ini adalah para pedagang lukisan yang setiap hari menjajakan dagangannya kepada para pengunjung di sepanjang Jalan Braga. Kegiatan jual beli ini telah berlangsung selama puluhan tahun, membentuk sebuah pasar seni sederhana yang permanen.Semasa kecil, sebelum menjalani pendidikan Seni Rupa di ITB, penulis cukup mendapat pengalaman estetis dari lukisan-lukisan Jalan Braga, penulis mengagumi keindahan dan kemampuan para pelukisnya dalam meniru alam ke media lukisan. Semakin lama menjalani pendidikan seni rupa, penulis semakin menyadari bahwa cara pandang penulis terhadap lukisan-lukisan tersebut semakin berubah.Selain faktor personal tersebut, penulis juga merasa tertarik dengan posisi lukisan jalanan ini di masyarakat dan di sejarah seni rupa Indonesia, juga mengenai asal mula visual yang digunakan di dalam lukisan-lukisan ini, dan relevansi asal muasal visual tersebut dengan keadaan sekarang saat penulis berkarya. Hal-hal tersebut mendorong penulis untuk membuat karya dengan mengangkat tema lukisan jalanan, khususnya lukisan-lukisan Jalan Braga.Karya yang dibuat adalah sebuah simulasi keadaan toko ataupun kios penjual lukisan di Jalan Braga yang dibuat menggunakan teknik pemetaan proyeksi video yang ditembakkan ke bingkai-bingkai berwarna putih. Setiap bingkai memuat visual lukisan Jalan Braga yang perlahan bergerak.
HINDIA MOLEK
Lingga, Aditya;
Durahman, Deden Hendan
Visual Art Vol 2, No 1 (2013)
Publisher : Visual Art
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (0.168 KB)
Hindia Molek atau Mooi Indie merupakan sebuah sebutan bagi gaya seni lukis pemandangan alam yang berkembang mulai dari tahun 1930-an di Indonesia. Gaya tersebut digeluti oleh seniman-seniman Indonesia yang memiliki tingkat kecintaan serta nasionalisme yang tinggi terhadap eksotisme alam Indonesia. Manusia tidak dapat lepas dari alam sebagai lingkungan tempat mereka tinggal. Manusia merupakan bagian dari alam, yang memiliki hubungan yang berkesinambungan antara satu dengan yang lainnya. Pada akhirnya, manusia memiliki kebutuhan untuk lebih dekat dengan alam.Dalam era globalisasi di masa kini, kebutuhan untuk lebih dekat dengan alam telah dapat diatasi dengan kemutakhiran teknologi. Akses menuju dunia maya yang dapat ditempuh dalam tempo waktu yang relatif singkat telah dapat menyediakan berbagai macam gambar pemandangan alam yang dapat memuaskan manusia secara instan.Dengan adanya peranan teknologi dalam hidup manusia serta hubungannya dengan alam, maka kedekatan manusia terhadap lingkungan alam dan sekitarnya menjadi dipertanyakan. Di satu sisi, teknologi berperan sebagai pengisi kebutuhan manusia akan keasrian alam, namun di sisi lain, ia juga dapat menjadi jarak antara manusia dengan alam. Bagi golongan yang tumbuh besar bersamaan dengan kecanggihan teknologi, hal ini menjadi problematika tersendiri ketika manusia pada akhirnya mencari sisi yang sejati mengenai hubungannya dengan keindahan alam pada realitas yang sebenarnya.Dalam karya tugas akhir ini, penulis merespon fenomena yang terjadi ketika manusia tumbuh besar bersamaan dengan teknologi, khususnya pengaruhnya terhadap kedekatan manusia dengan lingkungan alamnya. Karya merupakan bentuk baru dari Mooi Indie. Dalam karya ini, gambar yang tersaji adalah gambaran pemandangan alam yang telah dicerna, direkonstruksi, serta digambarkan dalam bentuk-bentuk yang baru, yang diasumsikan lebih sesuai dengan kehidupan manusia di masa kini.
PENGHIDANGAN TUBUH (THE FEAST)
Maryam, Anis Annisa;
Durahman, Deden Hendan
Visual Art Vol 2, No 1 (2013)
Publisher : Visual Art
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (0.168 KB)
Mungkin tidak ada topik yang lebih sering dibahas dalam seni dan filsafat feminis saat ini selain persoalan tentang âtubuhâ. Kecenderungan ini merepresentasikan eksplorasi dan kritik yang terus berkelanjutan akan dualisme antara tubuh dan pikiran, dan peran morfologi seksual dalam perkembangan perempuan baik sebagai gender maupun individu, Khususnya, penggunaan âtubuhâ dalam seni, baik secara visual maupun konseptual, yang dipopulerkan perempuan-perempuan perupa dari masa ke masa, dari era seni feminis sampai sekarang di era kontemporer, di mana perempuan seniman telah bergerak dari ideologi feminisme ke post-feminism.Sepanjang penelitian tentang penggunaan tubuh dalam seni dan kajian historis tentang perempuan perupa, penulis sampai pada kesimpulan bahwa visualisasi tubuh dalam seni yang dibuat oleh perempuan-perempuan perupa selalu memiliki makna dn tujuan konseptual akan keperempuanan. Sebagai salah satu perempuan perupa, penulis merasa perlu untuk merefleksikan gagasan tubuh dalam seni dengan menggunakan âtubuhâ dan pikirannya sendiri untuk menciptakan ide baru tentang tubuh perempuan dalam seni, dengan cara serta tujuan yang sangat personal.Dalam Tugas Akhir ini, penulis mencoba untuk menampilkan sebuah karya seni yang menarasikan sebuah proses penyesuaian dan penerimaan yang terjadi saat seorang perempuan menyadari subjektifitas tubuhnya sebagai media untuk menerjemahkan keindahan intelektual dan perasaan jiwanya, yang juga bersamaan dengan fakta bahwa tubuh perempuan akan selalu diobjektifikasi oleh budaya konsumsi visual, yang hanya melihat kecantikan fisik, tetapi tidak melihat di dalamnya. Melalui visualisasi ini, penulis bermaksud untuk mempraktikan proses penyesuaian dan penerimaan tersebut pada dirinya lewat penciptaan karya seni rupa, dan menghasilkan karya seni rupa yang personal dan memiliki nilai relasional di dalamnya yang dapat dinikmati oleh penulis dan juga spektatornya sebagai sebuah narasi visual akan keindahan luar-dalam dari tubuh perempuan.
PENCAPAIAN KESEMPURNAAN DENGAN DETERMINASI WAKTU
Andamari, Indina Asri;
Durahman, Deden Hendan
Visual Art Vol 2, No 1 (2013)
Publisher : Visual Art
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (0.168 KB)
Persepsi manusia akan waktu mempengaruhi perilakunya dalam menyikapi hidup. Bagi penulis, semakin banyak waktu yang dikonsumsi maka seharusnya semakin banyak pencapaian yang diraih, yaitu pencapaian yang mengacu pada kesempurnaan. Pemahaman ini dipengaruhi oleh konsep diri ideal yang dimiliki seseorang. Usaha secara kontinyu untuk menjadi kongruen dengan adanya determinasi waktu, menekan kondisi psikis penulis. Oleh karena itu penulis mencoba menuangkan persoalan tersebut dalam karya instalasi kinetik berupa lima buah komposisi roda gigi yang berputar secara ritmik. Citraan tubuh yang divisualisasikan dengan teknik drawing, merepresentasikan diri yang tergiling oleh waktu dan tak henti berusaha menjadi sempurna. Melalui proses kreasi, penulis memperoleh kesadaran bahwa mencapai kesempurnaan akan terus menjadi sebuah proses, dan waktu akan tetap menjadi penentu.
CITRA TUBUH DAN BENTUK TUBUH PEREMPUAN IDEAL DI MASYARAKAT
Tiara, Cikita;
Durahman, Deden Hendan
Visual Art Vol 2, No 1 (2013)
Publisher : Visual Art
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (0.168 KB)
Body image atau citra tubuh adalah perasaan individu terhadap tubuhnya. Sebagian besar kaum perempuan memiliki citra tubuh yang negatif dikarenakan beberapa faktor, salah satunya adalah standarisasi tubuh ideal di masyarakat. Bentuk tubuh ideal yang diekspos oleh media massa memberikan ekspetasi tinggi pada perempuan terhadap tubuhnya sendiri. Dengan ini, muncul rasa ketidakpuasan akan tubuh dan keinginan untuk terus mencapai tubuh yang ideal. Penulis mengangkat permasalahan tersebut berdasarkan perasaan personal penulis terhadap tubuhnya. Pada karya Tugas Akhir, penulis mencoba membangun visual tubuh ideal berdasarkan masyarakat jaman sekarang dan keinginan pribadi penulis. Penulis juga menghadirkan perasaan perempuan yang selalu memandang dan mengkoreksi tubuhnya sehingga mencapai kesempurnaan. Karya ini diharapkan mampu menjadi alat media penghubung dan sharing antar perempuan yang menghadapi masalah yang sama.
LIHATLAH AKU MAKA AKU ADA
Pratama, Benedictus Valdi;
Durahman, Deden Hendan
Visual Art Vol 3, No 1 (2014)
Publisher : Visual Art
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (0.168 KB)
Eksistensi manusia dibentuk dari kontrol oleh lingkungan sosialnya. Manusia sebagai makhluk sosial pastinya selalu ingin bersosialisasi dengan manusia yang lainnya, paling tidak untuk saling melihat, memperhatikan, menyaksikan apa yang dilakukan atau apa yang terjadi pada manusia yang lainnya. Semakin banyak dilihat, maka eksistensi manusia akan terbentuk.Setiap orang tentunya menjadi tokoh utama dalam kehidupannya masing-masing. Tidak ada orang yang memposisikan dirinya tokoh sampingan dalam kehidupannya. Sehingga terjadi hal sebagai berikut, di satu sisi tiap manusia pastinya selalu merasa atau benar-benar dikontrol dan dimonitor oleh lingkungan sekitarnya, di sisi lainnya, manusia itu juga menjadi pengontrol atau pemonitor bagi manusia yang lainnya. Tiap manusia menjadi tokoh utama dalam kehidupannya, namun tiap manusia juga menjadi tokoh sampingan di dalam kehidupan manusia yang lainnya.Dalam Tugas Akhir ini, penulis seakan mencoba membuat sebuah simulasi kontrol sosial masyarakat. Dimana penulis membuat karya yang dapat berinteraksi dengan audiens. Audiens menjadi bagian dari karya ini, dimana audiens akan menjadi tokoh utama yang seakan-akan disaksikan oleh puluhan orang dalam simulasi lingkungan sosial ini.// //
AKAL RAGA
Rudiman, Adriano Firmanza;
Durahman, Deden Hendan
Visual Art Vol 3, No 1 (2014)
Publisher : Visual Art
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (0.168 KB)
Penulis memiliki latar belakang keluarga yang bekerja sebagai tenaga medis, sehingga sejak kecil penulis sudah akrab dengan pencitraan-pencitraan tubuh manusia dalam ilmu medis, baik dalam bentuk ilustrasi, foto maupun video. Keterbiasaan ini membawa penulis ke dalam suatu ranah pemikiran yang baru saat melihat kecenderungan masyarakat yang memperlihatkan emosi takut atau rasa terganggu saat melihat pencitraan tubuh dalam bentuk dan gaya visual medis, khususnya saat melihat organ bagian dalam dengan segala praktik medis terhadap tubuh manusia seperti operasi.Ambivalensi yang dimiliki manusia saat menghadapi citraan-citraan semacam itu menjadi landasan penulis untuk menciptakan konsep rasa takut dan muak yang timbul dari pencitraan tubuh manusia untuk divisualisasikan lewat bentuk karya seni rupa dalam medium video installation. Penulis menemukan ketertarikan untuk mempertemukan pengetahuan dan pengalamannya akan pencitraan organ dalam tubuh manusia yang didapat dari latar belakang medis keluarganya dengan disiplin ilmu seni rupa khususnya seni intermedia dari latar belakang pendidikannya. Penulis ingin menawarkan sebuah pengalaman visual yang pada konteksnya menampilkan sebuah karya instalasi video yang menampilkan visualisasi organ dalam tubuh manusia di proses operasi medis secara detail dan intens, apakah rasa takut dan muak yang dialami manusia terkait dengan cara manusia memandang tubuhnya sendiri.Hasil karya ini diharapkan dapat menciptakan ruang yang menawarkan pengalaman visual yang baru, yang dapat mendekatkan manusia kepada pemahaman yang lebih dalam akan rasa takut terhadap pencitraan yang dapat dimunculkan lewat tubuh manusia. Selain itu karya Tugas Akhir ini diharapkan dapat membuat sebuah kesan yang tidak terlupakan, sebuah pengalaman visual yang akan menyentil kejiwaan namun juga mempurifikasi ketakutan pengamat terhadap tubuhnya sendiri.
PERCEPTING THE PERCEPTION
Adrian, Aldy Fakhreza;
Durahman, Deden Hendan
Visual Art Vol 3, No 1 (2014)
Publisher : Visual Art
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (0.168 KB)
Manusia memiliki sebuah hasrat untuk mengejar kesempurnaan. Kesempurnaan yang bisa berbentuk berbagai macam, seperti kesempurnaan rupa, atau dengan istilah lain kecantikan. Bila kita tilik sejarah seni rupa terutama pada era romantisme dan renaissance, karya seni yang muncul di era tersebut banyak yang memiliki visual yang indah, terutama apabila menggambarkan sosok manusia. Bila ditelusuri hingga jaman prasejarah pun sudah terlihat bahwa banyak sekali objek-objek seni yang menggunakan keindahan manusia sebagai objek. Dari kebudayaan prasejarah hingga Yunani kuno, masing-masing benda seni dari era itu menceritakan bagaimana kesempurnaan rupa yang normatif bagi mereka.Berdasarkan kondisi yang disebutkan diatas, penulis mencoba membuat sebuah karya yang merepresentasikan kesempurnaan rupa dalam bentuk kecantikan wanita. Bagaimana sebuah konsep akan kecantikan yang terus berkembang seiring kemajuan jaman, perubahan-perubahan akan persepsi sebuah masyarakat terhadap definisi kecantikan. Penulis juga mencoba untuk mengeksplor hubungan seorang narasumber dan seniman, bagaimana kedua hal tersebut bisa berpadu, dan juga menjadi interaksi yang menghasilkan sebuah karya seni yang diharapkan akan memberikan sebuah khazanah baru atas apa kecantikan itu sendiri.Penulis pada karya ini mengeksplorasi medium video sebagai sebuah bentuk medium seni, dan berbasiskan seni yang berbentuk instalasi. Penulis menginginkan adanya sebuah interaksi antar audiens dan penulis seperti umumnya, namun juga jika ditilik terdapat interaksi antar seniman dan narasumber yang berperan sebagai bank data, sumber dari apa yang akan penulis sajikan kepada audiens.
ILUSI CERMIN DIGITAL
Prabhawa, Satria;
Durahman, Deden Hendan
Visual Art Vol 4, No 1 (2015)
Publisher : Visual Art
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (0.168 KB)
Penulis tertarik untuk merenungi dan mendalami suatu konsep psikologi yang menurutnya sangatfundamental bagi setiap orang termasuk bagi diri penulis sendiri yaitu mengenai narsisisme. Narsisismemerupakan penjaga stabilitas diri seseorang, namun dalam taraf yang berlebihan, narsisisme menjadisuatu bentuk penyakit berwujud kesombongan, keserakahan dan eksploitasi citra diri untukdiperlihatkan. Hal ini merupakan suatu kecenderungan sehari-hari yang dilihat penulis pada masyarakatkontemporer, dan menimbulkan kegelisahan pada dirinya, tercermin dari fenomena penggunaaninternet khususnya media sosial yang memungkinkan kita untuk mengakses, mengobservasi danmengeksploitasi citra diri secara berlebihan. Dalam karya instalasi interaktif ini, penulis berupayauntuk menghasilkan suatu pemikiran yang dijadikan sebagai bahan kontemplasi bagi penulis sendirimaupun penikmat karya.Penulis melihat bahwa masyarakat pengguna internet, khususnya media sosial, teralienasi dankewalahan terhadap pemenuhan hasrat yang berkenaan dengan citra dirinya. Penciptaan karya tugasakhir ini, beserta segala yang muncul pada karya ini merupakan perwujudan dari segala upaya penulisdalam memaparkan dan menafsirkan pengetahuan yang penulis miliki. Penulis mengharapkan karyatugas akhir ini menghidupkan suatu pembahasan wacana dari pemikiran penulis, sehingga bermanfaatbagi penikmat karya dan bagi diri penulis.
Bentangan Imaginer: Reinvokasi Memori pada Gangguan yang Ditimbulkan oleh Kecerdasan Buatan
Durahman, Deden Hendan;
Piliang, Yasraf Amir;
Damajanti, Irma;
Langi, Armein Z.R.
Journal of Visual Art and Design Vol. 17 No. 1 (2025): Journal of Visual Art and Design
Publisher : ITB Journal Publisher, DRPM ITB
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.5614/j.vad.2025.17.1.3
The rise of generative AI has significantly transformed the creative process, altering artistic workflows and redefining the human role in artmaking. While some artists resist this shift, engaging with machine intelligence has become increasingly inevitable in today’s digital landscape. This paper explores the disruptive impact of artificial intelligence on artistic practices and how such disruption may benefit rather than hinder creativity. Grounded in Jean Baudrillard’s concept of the hyperreal—particularly his theory of third-order simulation—it examines how AI generates realities that never existed but are perceived as real. These pseudo-realities challenge traditional notions of authenticity and memory in art. Through a performative research method and interdisciplinary approach, the author proposes the concept of ‘re-invocation’—a process of reclaiming the authority of human memory in collaboration with AI. This process is structured in iterative stages involving both human intention and algorithmic intervention. The study demonstrates that incorporating non-human memory has become an unavoidable aspect of art production in the generative AI era. Ultimately, it argues that re-invoking human memory through AI collaboration may offer a critical and innovative foundation for contemporary artistic expression.