Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Afiksasi pada Lirik Lagu dalam Album “Monokrom”: Kajian Morfologis Anggi Restiani; Agus Nero Sofyan
SUAR BETANG Vol 14, No 2 (2019): Desember 2019
Publisher : Balai Bahasa Kalimantan Tengah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26499/surbet.v14i2.130

Abstract

This research entitled “The Usage of Affixes on Lyrics Songs Tulus in The Album Monokrom: a Morphologycal Study.” The method used in this study is a qualitative method. The data are taken from the lyrics songs Tulus in the Album Monokrom that exist in the internet site and artificial data (made by the author).The theory are used Affixes, prefiks, sufiks, and Confixs.  Based on the research there is a lot of use of affixation in lyrics songs Tulus on the Monokrom album. The data are  grouped into 3, ie prefixed word, suffixes and confix.the prefix found in 58 data consists of prefixes ber-, me-, di-, and ter-. The most common prefix is ber- , whereas the prefix whose frequency of occurrence is the smallest is prefix di-. The suffix found in 44 data, consisting of suffix -kan, -an, -nya and -i. The most commonly found suffix is the suffix -kan, whereas the suffix with the least frequency of occurrences is the suffix -nya. The confix found in 8 data, consists of words that have confix ke-an and per-an.AbstrakPenelitian ini berjudul “Penggunaan Afiksasi pada Lirik Lagu dalam Album “Monokrom”: Kajian Morfologis”. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif. Data yang digunakan diambil dari lirik lagu Tulus pada album “Monokrom” yang ada pada situs internet. Teori yang digunakan adalah afiksasi, afiks, dan bentuk afiks. Masalah yang dibahas adalah penggunaan afiks pada lirik lagu dalam album Monokrom. Dari hasil penelitian ditunjukkan bahwa banyak terdapat penggunaan afiksasi dalam lirik lagu Tulus. Terdapat 118 kata yang mengandung afiksasi dalam lirik lagu Tulus pada album itu. Dari 118 data kata berafiks yang ditemukan, prefiks memiliki persentase penggunaan paling tinggi, yaitu sebanyak 58 data yang terdiri atas prefiks ber, me-, se-, di- dan ter-. Prefiks yang paling banyak ditemukan adalah prefiks ber-, sedangkan prefiks yang frekuensi kemunculannya paling kecil adalah prefiks di-. Sufiks yang ditemukan sebanyak 44 data terdiri atas sufiks –nya, -kan, -an, dan –i. Sufiks yang paling banyak ditemukan adalah sufiks –kan, sedangkan sufiks yang frekuensi kemunculannya paling kecil adalah sufiks -nya. Konfiks yang ditemukan sebanyak 8 data, terdiri atas kata berkonfiks ke-an dan per-an.
REPRESENTASI POLITISI INDONESIA (ANALISIS WACANA KRITIS NORMAN FAIRCLOUGH PADA TOPIK “NEGERI JENAKA” DALAM MATA NAJWA) Anggi Restiani
Literasi : Jurnal Bahasa dan Sastra Indonesia serta Pembelajarannya Vol 3, No 2 (2019): JURNAL LITERASI OKTOBER 2019
Publisher : Universitas Galuh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (369.926 KB) | DOI: 10.25157/literasi.v3i2.1755

Abstract

Tujuan penelitian ini memaparkan representasi Para Politisi Indonesia melalui topic perbincangan dalam acara Mata Najwa dengan topik “Negeri Jenaka” yang mendatangkan komedian ternama Cak Lontong. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan dukungan kajian pustaka dan observasi guna memperkaya data. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis wacana kritis model Norman Fairclough yang meliputi teks, Discourse Practice, dan Sociocultural Practice. Hasil penelitian menunjukkan adanya temuan mengenai representasi Politisi Indonesia yang digambarkan melalui acara Mata Najwa dalam topik bertajuk “Negeri Jenaka”. Dari perbincangan antara Najwa Shihab sang Moderator dengan Cak Lontong Bintang tamu pada malam itu merepresentasikan Politisi Indonesia dalam tiga karakter film anak “ si unyil”. Dimana cak lontong mengelompokan politisi Indonesia menjadi tiga kelompok, yang pertama politisi yang dikelompokan menjadi karakter si Unyil dalam serial anak, cak lontong menyebutnya dengan istilah playback. Lalu kelompok politisi yang kedua adalah karakter pak ogah yang diberi istilah flashback, dan yang terakhir kelompok politisi berkarakter Pak Ogah yang diberi istilah cashback. Dalam penelitian ini ditemukan aspek-aspek penelitian sesuai dengan teori yang digunakan kecuali aspek institusional, karena tidak ditemukan keterkaitan dengan institusi manapun pada objek penelitian.