Claim Missing Document
Check
Articles

Found 15 Documents
Search

INTERJEKSI DALAM KOMENTAR TERHADAP CUITAN AKUN TWITTER @ASKNONYM: KAJIAN MORFOLOGI Rima Rismaya; Agus Nero Sofyan
MABASAN Vol. 14 No. 2 (2020): Mabasan
Publisher : Kantor Bahasa Nusa Tenggara Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26499/mab.v14i2.354

Abstract

Interjeksi sebagai bagian dari kata tugas bahasa Indonesia digunakan dalam media sosial, salah satunya Twitter. Namun, interjeksi yang digunakan lebih bervariasi karena pengguna Twitter terkesan bebas menggunakan kata apapun untuk mengekspresikan cuitannya. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk dan fungsi interjeksi yang terdapat dalam Twitter. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dengan teknik simak dan catat sebagai teknik pengumpulan data. Adapun analisis data dilakukan dengan menggunakan metode agih yaitu teknik bagi unsur langsung (BUL) sebagai teknik dasar dan teknik lesap sebagai teknik lanjutan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, terdapat lima jenis interjeksi yang digunakan dalam komentar terhadap cuitan akun Twitter @asknonym, antara lain: (1) interjeksi kekesalan; (2) interjeksi kekagetan; (3) interjeksi kejijikan; (4) interjeksi keheranan; dan (5) interjeksi ajakan.
Afiksasi Derivasi dan Infleksi pada Album Taylor Swift 1989: Kajian Morfologi NFN Irwansyah; Agus Nero Sofyan
SUAR BETANG Vol 14, No 1 (2019): Juni 2019
Publisher : Balai Bahasa Kalimantan Tengah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26499/surbet.v14i1.101

Abstract

The title of this research is Derivation and Inflection in Taylor Swift’s Album 1989: A Morphology Study. The purpose of this research is to describe types of use of derivation and inflection in the album. This research uses descriptive qualitative method. The paper lies on a theory proposed by O’Grady and Dobrovolsky. Based on the results, the data of derivation divide into six, i.e. noun changes to verbs (2 data), noun changes to adjective (1 data), noun changes to noun (1 data), adjective changes to noun (2 data), adjective changes to adjective (2 data) and derivation of compounding (8 data). In addition, there are 71 data that use the inflection of noun {-s/es}, 28 data inflection of verbs {-s}, 44 data use the {-ing} suffix, 30 data use the {-ed} suffix, 4 data uses the {-er} suffix, 1 data use the {-est} suffix or most and 4 data zero affixations.
Afiksasi pada Lirik Lagu dalam Album “Monokrom”: Kajian Morfologis Anggi Restiani; Agus Nero Sofyan
SUAR BETANG Vol 14, No 2 (2019): Desember 2019
Publisher : Balai Bahasa Kalimantan Tengah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26499/surbet.v14i2.130

Abstract

This research entitled “The Usage of Affixes on Lyrics Songs Tulus in The Album Monokrom: a Morphologycal Study.” The method used in this study is a qualitative method. The data are taken from the lyrics songs Tulus in the Album Monokrom that exist in the internet site and artificial data (made by the author).The theory are used Affixes, prefiks, sufiks, and Confixs.  Based on the research there is a lot of use of affixation in lyrics songs Tulus on the Monokrom album. The data are  grouped into 3, ie prefixed word, suffixes and confix.the prefix found in 58 data consists of prefixes ber-, me-, di-, and ter-. The most common prefix is ber- , whereas the prefix whose frequency of occurrence is the smallest is prefix di-. The suffix found in 44 data, consisting of suffix -kan, -an, -nya and -i. The most commonly found suffix is the suffix -kan, whereas the suffix with the least frequency of occurrences is the suffix -nya. The confix found in 8 data, consists of words that have confix ke-an and per-an.AbstrakPenelitian ini berjudul “Penggunaan Afiksasi pada Lirik Lagu dalam Album “Monokrom”: Kajian Morfologis”. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif. Data yang digunakan diambil dari lirik lagu Tulus pada album “Monokrom” yang ada pada situs internet. Teori yang digunakan adalah afiksasi, afiks, dan bentuk afiks. Masalah yang dibahas adalah penggunaan afiks pada lirik lagu dalam album Monokrom. Dari hasil penelitian ditunjukkan bahwa banyak terdapat penggunaan afiksasi dalam lirik lagu Tulus. Terdapat 118 kata yang mengandung afiksasi dalam lirik lagu Tulus pada album itu. Dari 118 data kata berafiks yang ditemukan, prefiks memiliki persentase penggunaan paling tinggi, yaitu sebanyak 58 data yang terdiri atas prefiks ber, me-, se-, di- dan ter-. Prefiks yang paling banyak ditemukan adalah prefiks ber-, sedangkan prefiks yang frekuensi kemunculannya paling kecil adalah prefiks di-. Sufiks yang ditemukan sebanyak 44 data terdiri atas sufiks –nya, -kan, -an, dan –i. Sufiks yang paling banyak ditemukan adalah sufiks –kan, sedangkan sufiks yang frekuensi kemunculannya paling kecil adalah sufiks -nya. Konfiks yang ditemukan sebanyak 8 data, terdiri atas kata berkonfiks ke-an dan per-an.
Prinsip Pengenalan Morfem dalam Bahasa Inggris: Kajian Morfologi Suhila Mahamu; Agus Nero Sofyan
SUAR BETANG Vol 16, No 2 (2021): Desember 2021
Publisher : Balai Bahasa Kalimantan Tengah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26499/surbet.v16i2.216

Abstract

This research aims to classify and identify morphemes recognition in English. The method used in this study is qualitative descriptive method. In providing data, the researcher uses listening and note-taking technique. The data used in this study were retrieved from the book Top Grammar: A Guide to Write English. While the theory used is the theory of the principle of morpheme recognition. The results of this discussion can be classified into six principles of morpheme recognition namely (1) the form of indefinite pronouns, comparative and superlative degree and reflexive pronouns; (2) singular and plural forms; (3) the form of the past participle in regular {-d}/{-ed} and irregular {–n} forms; (4) singular and plural nouns, present and past verbs; (5) the form of homonyms and in principle; and (6), the form of free morpheme and bound morpheme. From the results of the classification, morpheme units can be identified based on word form, word class and also the meaning that appears.AbstrakPenelitian ini bertujuan untuk mengklasifikasi dan mengidentifikasi pengenalan morfem dalam bahasa Inggris. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Dalam tahapan penyediaan data, penulis menggunakan teknik simak dan catat. Data yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari buku Top Grammar: A Guide to Write English. Teori yang digunakan adalah teori prinsip pengenalan morfem. Hasil dari pembahasan menunjukan bahwa terdapat enam prinsip pengenalan morfem, yaitu (1) terdapat pada bentuk indefinite pronoun, comparative dan superlative degree, serta reflexive pronoun; (2) terdapat pada bentuk tunggal dan jamak; (3) terdapat data pada bentuk past participle bentuk regular {-d}/ {-ed} dan irregular {–n}; (4) terdapat padakata benda tunggal dan jamak dan kata kerja present serta past; (5) terdapat pada bentuk homonim; (6) terdapat pada bentuk morfem bebas dan terikat. Dari hasil klasifikasi tersebut dapat disimpulkan bahwa satuan morfem dapat diidentifikasi berdasarkan bentuk kata, kelas kata, dan makna yang muncul.
REGENERASI KEARIFAN LOKAL KESENIAN LEBON SEBAGAI BUDAYA LELUHUR PANGANDARAN, JAWA BARAT Agus Nero Sofyan; Kunto Sofianto; Maman Sutirman; Dadang Suganda
Sosiohumaniora Vol 23, No 2 (2021): Sosiohumaniora: Jurnal Ilmu-Ilmu Sosial dan Humaniora, JULY 2021
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/sosiohumaniora.v23i2.24855

Abstract

Penelitian ini berjudul “Regenerasi Kearifan Lokal Kesenian Lebon sebagai Budaya Leluhur Pangandaran, Jawa Barat”. Bertujuan  memperoleh data dan informasi  kearifan lokal lebon sebagai budaya leluhur Kabupaten Pangandaran. Metode penelitian menggunakan kualitatif-deskriptif dengan pendekatan kajian etnografi, yaitu metode yang digunakan sebagai untuk mendeskripsikan kebudayaan dan aspek-aspeknya. Teknik pengumpulan data adalah survei ke lapangan melalui wawancara, pengamatan secara langsung, dan pengambilan sumber-sumber tertulis dari masyarakat dan pemerintah setempat. Masalah yang dibahas adalah bagaimana nilai historis yang ada pada kesenian tradisional lebon Pangandaran dan bagimana proses regenerasi kesenian lebon dari generasi tua kepada generasi muda. Hasil yang dicapai dari penelitian ini adalah kesenian lebon Pangandaran memiliki sejarah panjang dalam perkembangannya di wilayah Pangandaran; upaya pelestarian kesenian lebon di antaranya: (a) adanya pembinaan sedini mungkin (usia SD) memperkenalkan seni leluhur ini kepada generasi penerus, (b) adanya peran pemerintah berupa peningkatan fasilitas (adanya pelatihan dan workshop).
SENI KERAJINAN KELOM GEULIS DI KOTA TASIKMALAYA SEBAGAI PELENGKAP FASHION WANITA Agus Nero Sofyan; Kunto Sofianto; Maman Sutirman; Dadang Suganda
Sosiohumaniora Vol 20, No 2 (2018): SOSIOHUMANIORA, JULI 2018
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (586.339 KB) | DOI: 10.24198/sosiohumaniora.v20i2.13968

Abstract

Penelitian ini berjudul “Seni Kerajinan Kelom Geulis di Tasikmalaya sebagai Pelengkap Fashion Wanita”. Tasikmalaya merupakan kawasan di Priangan Timur Provinsi Jawa Barat. Penelitian ini mengkaji pemerolehan dan pemilihan bahan baku, proses produksi (desain, pengukuran, pencetakan, pengepakan, dan pelabelan), dan pemasaran. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif-analitik. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah survei ke lapangan melalui wawancara, pengamatan secara langsung, dan pengambilan sumber-sumber tertulis dari masyarakat dan pemerintah setempat. Selain itu, teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara pengambilan gambar di lapangan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji kelom geulis sebagai pelengkap fashion wanita. Kelom geulis adalah jenis kerajinan khas yang berasal dari Tasikmalaya yang dibuat turun-temurun. Kelom geulis bagian dari jenis sandal pada umumnya. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data lapangan melalui participant observation sebagai data primer dan sumber kepustakan sebagai data sekunder. Objek penelitian ini adalah kelom geulis di Tasikmalaya. Masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah bagaimana pemerolehan dan pemilihan bahan baku kelom yang berkualitas, proses produksi mulai dari mendesain, mengukur, mencetak, melabel, dan mengepak, serta memasarkan kelom geulis ke tempat-tempat yang strategis, baik dalam maupun luar negeri. Hasil yang dicapai dari penelitian ini bahwa kelom geulis produksi Kota Tasikmalaya memiliki kualitas yang baik, meningkatkan fashion pemakainya sehingga nyaman dipandang (eye-cathcing), dan meningkatkan jumlah produksi karena banyak permintaan dari dalam dan luar negeri. Selain itu, usaha pemerintah setempat dalam pelestarian seni produksi kelom geulis dengan memberikan peningkatan modal kepada para perajin, mendatangkan investor, dan memberikan peluang pemasaran baik di dalam maupun di luar.
PEMBELAJARAN DAN PELATIHAN KESENIAN TRADISIONAL BADUD DI PANGANDARAN JAWA BARAT SEBAGAI WARISAN BUDAYA LELUHUR Agus Nero Sofyan; Kunto Sofianto; Maman Sutirman; Dadang Suganda
Dharmakarya Vol 7, No 2 (2018): Juni
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (248.393 KB) | DOI: 10.24198/dharmakarya.v7i2.16981

Abstract

Tulisan ini berjudul “Pembelajaran dan Pelatihan Kesenian Tradisional Badud di Pangandaran Jawa Barat sebagai Warisan Budaya Leluhur”. Pangandaran merupakan kawasan di Priangan Timur Provinsi Jawa Barat. Materi yang diberikan dalam pengabdian masyarakat ini adalah seni tradisional leluhur masyarakat Pangandaran, yaitu kesenian tradisional badud. Sumber data yang digunakan adalah menampilkan narasumber yang kompeten dalam bidang kesenian tradisional badud sebagai data primer dan kajian pustaka sebagai data sekunder.Masalah yang dibahas dalam tulisan ini adalah bagaimana awal mula lahir dan berkembangnya kesenian tradisional badud, fungsi-fungsi kesenian tradisional badud, dan preservasi kesenian tradisional badud. Hasil yang dicapai dari penelitian ini adalah Kesenian tradisional badud merupakan satu di antara kesenian andalan yang lahir dan berkembang di daerah Pangandaran; kesenian tradisional badud Pangandaran menjadi daya tarik pariwisata karena memiliki beberapa keunikan, seperti ada mitos historis yang melatarbelakangi lahirnya kesenian ini, tidak ditemukannya di daerah atau di tempat lain, dan ada kekhasan seni suara yang berbeda dengan kesenian lainnya; harus ada usaha-usaha serius dari berbagai pihak untuk menjaga, melestarikan, dan mengembangkan potensi seni dan budaya yang dimiliki oleh daerah tersebut.
PEMBELAJARAN DAN PELATIHAN SENI KARINDING DI KABUPATEN CIAMIS SEBAGAI UPAYA PELESTARIAN BUDAYA LELUHUR SUNDA Agus Nero Sofyan; Kunto Sofianto; Maman Sutirman; Dadang Suganda
Dharmakarya Vol 9, No 1 (2020): Maret, 2020
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/dharmakarya.v9i1.24485

Abstract

Pengabdian kepada masyarakat dengan judul “Pembelajaran dan Pelatihan Seni Karinding di Kabupaten Ciamis, Provinsi Jawa Barat sebagai Upaya Pelestarian Budaya Leluhur Sunda” dilaksanakan di Desa Winduraja, Kecamatan Kawali, Kabupaten Ciamis. Kegiatan ini bertujuan meningkatkan pemahaman masyarakat, terutama para siswa, para petani, dan karang taruna, tentang pentingnya pengetahuan tentang seni di Kabupaten Ciamis untuk melestarikan budaya Sunda. Pengabdian kepada masyarakat ini dilaksanakan dalam bentuk penyuluhan seni karinding di Ciamis. Dalam pelaksanannya, pengabdian ini bekerja sama dengan pemerintah daerah dan Karang Taruna. Metode yang digunakan dalam pengabdian ini adalah metode ceramah dan tanya jawab. Materi yang diberikan dalam pengabdian masyarakat ini adalah seni tradisional leluhur masyarakat Ciamis, yaitu seni karinding. Sumber data yang digunakan adalah menampilkan narasumber yang kompeten dalam bidang seni karinding sebagai data primer dan kajian pustaka sebagai data sekunder. Hasil yang dicapai dalam pengabdian ini adalah bahwa masyarakat Ciamis masih memelihara/melestarikan seni karinding sehingga bisa dijadikan satu di antara budaya leluhur di Ciamis. 
STRUKTUR MANTRA KEKUATAN DALAM BUKU “JANGJAWOKAN INVENTARISASI PUISI MANTRA SUNDA”: KAJIAN ETNOLINGUISTIK Aulia Pebrianti Wardani; Nani Darmayanti; Agus Nero Sofyan
Kajian Linguistik dan Sastra Vol 6, No 1 (2021)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (359.428 KB) | DOI: 10.23917/kls.v6i1.12334

Abstract

AbstrakThis research is entitled "Structure of Mantra Strength in the Book "Jangjawokan Inventarisasi Puisi Mantra Sunda": Ethnolinguistics Study " motivated by the writer's interest in Sundanese. The purpose of this study is to describe the structure contained in the power mantra. The method used in this study is a qualitative method with a follow-up method, namely listening method that is done by listening, which is harmonized with the observation method. And data collection techniques in this study using recording techniques, namely recording data from primary sources in the form of books from the Department of Tourism and Culture of West Java ProvinceThe analyzed of mantra strength totaled five data. Based on the results of data analysis of power spells, it can be concluded that the structure of power spells in one stanza of spells is erratic, has irregular rhymes and all spells have a repeated rhythm. Having a physical structure and an inner structure. The physical structure of a power spell consists of diction, images, concrete words, figurative language, rhyme and rhythm. While the inner structure of the mantra consists of theme, feeling, tone, and message.The mantra also shows the use of words that are very close to the culture and existence of the Sundanese people, such as Ajian macan putih, Nyi Sri Girintil, Monyet, Batara Guru and other words that are closely related to Sundanese society. In addition, it can be seen that the supernatural beliefs are inseparable from a number of forms of rituals and daily activities that show the beliefs of the Sundanese people in religious life.
Kerajinan Payung Geulis sebagai Kearifan Lokal Tasikmalaya Agus Nero Sofyan; Kunto Sofianto; Maman Sutirman; Dadang Suganda
PANGGUNG Vol 28, No 4 (2018): Dinamika Seni Tradisi dan Modern: Kontinuitas dan Perubahan
Publisher : LP2M ISBI Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (366.48 KB) | DOI: 10.26742/panggung.v28i4.708

Abstract

ABSTRACTThis study entitled " The Payung Geulis Craft as a Local Wisdom of Tasikmalaya" aims to obtain data on a local wisdom as ancestral culture of Tasikmalaya. The method employed is a descriptive-analytical approach, which is used to describe phenomena taking place in the present or the past. Data collection techniques in this study are interviews, direct observations, and written sources from the community and a local government. The problems addressed in this study are to find the historical, economic, and aesthetic values existed at the Tasikmalaya craft; and how does the umbrella craft pass down from the older generation to the younger generation. The outcome of this research are, first, a Geulis umbrella  is a product based on local knowledge that characterisize a Tasikmalaya society; the Geulis umbrella crafthas cultural, economic, and aestheticsignificances; and the existence of Geulis umbrella today isnearly extinct.Keywords: local wisdom, indigenous crafts, geulis umbrellas, Tasikmalaya. ABSTRAKPenelitian berjudul “Kerajinan Payung Geulissebagai Kearifan Lokal Tasikmalaya”ini bertujuan untuk memperoleh data dan informasi tentang kearifan lokal Payung Geulis sebagai budaya leluhur Tasikmalaya.Metode dalam penelitian ini adalah deskriptif-analitik, yaitu metode yang digunakan untuk menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, yang berlangsung saat ini atau saat yang lampau.Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah wawancara, pengamatan secara langsung, dan pengambilan sumber-sumber tertulis dari masyarakat dan pemerintah setempat. Masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah bagaimana nilai historis, ekonomis, dan estetis yang ada pada kerajinan Payung Geulis Tasikmalaya; dan bagimana regenerasi kerajinan Payung Geulis itu dari generasi tua kepada generasi muda. Hasil yang dicapai dari penelitian ini adalah kerajinan Payung GeulisTasikmalaya merupakan kearifan lokal yang menjadi ciri dari masyarakat Tasikmalaya; kerajinan Payung Geulismemiliki nilai kultural, ekonomis, dan estetis yang cukup tinggi; eksistensi dan keberadaan Payung Geulis dewasa ini sudah semakin sulit ditemukan.Kata Kunci: kearifan lokal, kerajinan lokal, Payung Geulis, budaya, Tasikmalaya.