Langgeng Wahyu Santosa
Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

Published : 6 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

STUDI AKUIFER PADA BENTANGLAHAN KEPESISIRAN KABUPATEN KULONPROGO DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Langgeng Wahyu Santosa
Majalah Geografi Indonesia Vol 18, No 2 (2004): Majalah Geografi Indonesia
Publisher : Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (584.007 KB) | DOI: 10.22146/mgi.13271

Abstract

ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari tipe dan karakteristik akuifer pada bentanglahan kepesisiran di Kabupaten Kulonprogo. Metode yang dipakai untuk mempelajari tipe dan karakteristik akuifer •dalam penelitian ini adalah penyusunan model hidrostratigrafi yang didasarkan pada hasil survei geolistrik dengan metode Schlumberger. Titik pengukuran ditentukan secara purposive sampling pada setiap satuan geomorfologi kepesisiran, meliputi: gumuk pasir, beting gisik, clan dataran fluviomarin. Penampang hidrostratigrafi disusun dengan cara merekonstruksi perlapisan batuan berdasarkan nilai resistivity semu material hasil pendugaan geolistrik. Rekonstruksi dilakukan untuk beberapa titik pendugaan secara memanjang pada setiap satuan geomorfologi yang ada, juga secara cross section yang melintasi variasi satuan geomorfologi kepesisiran yang ada di daerah penelitian. Sistem dan tipe akuifer dianalisis dengan mendasarkan pada model hidrostratigrafi yang telah disusun.Vasil penelitian menunjukkan bahwa sistem akuifer di daerah penelitian terdiri atas akuifer bebas (unconfined aquifer) berupa lapisan pasir jenuh airtanah tawar, yang dibatasi oleh aquitard berupa lapisan lempung, napal dan pasir halus yang mengandung airtanah payau. Berdasarkan penampang hidrostratigrafinya, ternyata satuan geomorfologi gumuk pasir dan beting gisik merupakan suatu akuifer yang baik den potensial, tetapi bersfat setempat menyerupai kantong airtanah. Akuifer ini merupakan suatu sistem yang terpisah dari sistem akuifer dataran fluviomarin (bekas laguna) di bagian utaranya. Pada sistem akuifer gumuk pasir dan beting gisik, lapisan pasir mengandung airtanah tawar dijumpai hingga kedalaman ±40 meter dari permukaan tanah, dengan tahanan jenis antara 75 hingga 170 ohm-meter. Bagian bawahnya didasari oleh akuitard yang jenuh airtanah payau. Sementara pada satuan dataran fluviomarin bagian barat (di sebelah timur Sungai Serang), sistem akuifer didominasi oleh lapisan lempung, napal dan pasir halus yang jenuh airtanah payau dengan tahanan jenis antara 1.4 hingga 3.3 ohm-meter. Pada satuan dataran fluviomarin bagian timur (di sebelah barat Sungai Progo), lapisan atas tersusun oleh material pasir dengan sedikit lanau dan lempung jenuh airtanah tawar hingga kedalaman ±40 meter, dengan tahanan jenis 22 hingga 50 ohm-meter. Bagian bawahnya tersusun oleh lapisan lempung napal jenuh airtanah payau dengan tahanan jenis antara 2.1 hingga 4.2 ohm-meter.
PENDUGAAN GEOL1STRIK UNTUK IDENTIFIKASI KETERDAPATAN AIRTANAH DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT MUARAKANDIS KABUPATEN MUSIRAWAS PROVINSI SUMATERA SELATAN Langgeng Wahyu Santosa; Tjahyo Nugroho Adji
Majalah Geografi Indonesia Vol 20, No 2 (2006): Majalah Geografi Indonesia
Publisher : Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (5821.038 KB) | DOI: 10.22146/mgi.13305

Abstract

ABSTRAK Penelitian ini dilakukan pada lahan perkebunan kelapa sawit yang berlokasi di Muarakandis, Kabupaten Musirawas, Sumatera Selman. Tujuan dari penelitian ini adalah memetakan distribusi vertikal nilai tahanan jenis clan material batuan serta rnengevaluasi keterdapatan formasi pembawa airtanah untuk keperluan pembuatan sumur produksi. Distribusi vetikal nilai tahanan jenis batuan didekati dengan uji geolistnik pada 8 tifik pengamatan dengan kedalaman penetrasi yang bervariasi tnulai dari 100 hingga 500 meter. Selanjutnya, nilai tahanan jenis basil pengukuran di lapan gran pembuatan penampang serta analisis kandungan airnr ya didekati dengan interpretasi perangkat hmak 1P2Win versi 2.1. Hasil penelitian nienunjukkan bahwa secara vertikal material penyusun didominasi oleh material yang bersifai hat (clay) dan akuifer yang bersifat pereelahan sebagai batuan induk dengan nilai tahanan jenis bervariasi antara 2-10 Qmeter. Kisaran nilai ini menandakan bahwa di wilayah kajian tidak terdapat potensi airtanah dalam junilah yang eukup sebagai sumber air bersih, karena lapisan pembawa air dengan besaran tahanan jenisi antara 2-10 Qmeter tersebut sering dikalegorikan sebagai akuitard.
Kajian Status Trofik Sebagai Dasar Strategi Penataan Lingkungan di Telaga Merdada Anindya Kusumawati; Langgeng Wahyu Santosa; Suwarno Hadisusanto
Majalah Geografi Indonesia Vol 24, No 1 (2010): Majalah Geografi Indonesia
Publisher : Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (798.861 KB) | DOI: 10.22146/mgi.13338

Abstract

ABSTRAK Telaga Merdada adalah sebuah danau kaldera di dataran tinggi Dieng. Jumlah besar vegetasi antara tanah dan air dihilangkan untuk ekspansi pertanian, terutama untuk pertanian kentang. Aplikasi pupuk di pertanian kentang di telah intensif digunakan. Kegiatan yang berlebihan ini mengekspos ekosistem air tawar di Danau Merdada, yang mengakibatkan eutrofikasi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari kondisi lingkungan dari Merdada Lake, menentukan negara tropik, dan mengusulkan strategi pengelolaan lingkungan di wilayah Merdada Lake untuk mengontrol negara tropik. Sampel dikumpulkan pada tanggal 1 Agustus 2009. -3rd Lima titik sampling dalam Merdada Lake dikumpulkan di berbagai kedalaman. Pada setiap titik pengambilan sampel, transparansi air, Clorophyll-a, DO, pH, suhu, diukur. Lebih lebih, dinamika hara air dan sedimen yang diamati. Negara tropik ditentukan dengan menggunakan indeks Carlson dan OECD. Parameter kualitas tanah sekitarnya Merdada Lake diamati, termasuk topografi, permeabilitas, tekstur, struktur, dan kedalaman kolom tanah. Negara trofik dari Merdada Lake menurut konsentrasi nutrisi dan air transparansi menunjukkan bahwa Merdada Lake telah di tingkat hipertrofi, namun sehubungan dengan konsentrasi Clorophyll-dalam badan air, Merdada Lake masih dalam tingkat oligotrophic. Hasil ini menunjukkan bahwa Merdada Lake berada dalam kondisi tidak sehat. Konsentrasi tinggi nutrisi di Merdada Lake dapat menyebabkan ganggang mekar sehubungan dengan peningkatan transparansi air. Strategi yang diusulkan untuk mengurangi nutrisi di Merdada Lake adalah dengan aerasi dan penghapusan sedimen harus dipertimbangkan. Strategi yang diusulkan pengelolaan lingkungan untuk mengontrol eutrofikasi di jangka panjang adalah untuk mengelola wilayah cekungan luar dan danau riparian dengan pendekatan abiotik, biotik dan budaya. Lebih lebih, perencanaan penggunaan lahan, seperti penggunaan lahan zonasi, sehubungan dengan danau daya dukung dan peraturan pokok telah dilaksanakan.  ABSTRACT Telaga  Merdada  is  a  caldera  lake in  Dieng  plateau.  Large  amount  of vegetation  between  land  and  water  is  eliminated  for  agricultural  expansions, primarily for potatoes farming. Fertilizer application in potatoes farming on has been   intensively   used.   This   excessive   activities   are   exposing   freshwater ecosystems in Merdada Lake, which result in eutrophication. The objectives of this research were to study environmental condition of Merdada Lake, determine trophic state, and to propose the environmental management strategies in the region of Merdada Lake to control the trophic state. The samples were collected on 1st –3rd August 2009. Five sampling points within Merdada Lake were collected in various depth. At each sampling points, water transparency, clorophyll-a, DO, pH, temperature, were measured. More over, nutrient dynamics of water and sediment were observed. Trophic state was determined  by  using  Carlson index and OECD.  Parameters  of  soil  quality surrounding Merdada Lake were observed, including topography, permeability, texture, structure, and depth of soil column.Trophic state of Merdada Lake according to concentration of nutrient and water transparency shows that Merdada Lake has been in the hypertrophic level, however with respect to concentration of clorophyll-a in water body, Merdada Lake still in oligotrophic level. This results demonstrated that Merdada Lake were in unhealthy condition. High concentration of nutrient in Merdada Lake could lead  to  algae  bloom  with  respect  to  increasing  of  water  transparency.  The proposed  strategy to reduce nutrient  in  Merdada  Lake  are  by  aeration  and sediment removal have to be considered. The proposed strategy of environmental management to control eutrophication in long term is to manage the outer basin region and riparian lake by abiotic, biotic and cultural approach. More over, land use planning, such as land use zonation, with respect to lake carrying capacity and principal regulation have to be implemented.
Kajian Potensi Air Rawa dan Kearifan Lokal sebagai Dasar Pengelolaan Air Rawa Yomoth sebagai Sumber Air Bersih di Distrik Agats Kabupaten Asmat Provinsi Papua Yoseph Kamun; Su Ritohardoyo; Langgeng Wahyu Santosa
Majalah Geografi Indonesia Vol 24, No 2 (2010): Majalah Geografi Indonesia
Publisher : Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (303.094 KB) | DOI: 10.22146/mgi.13354

Abstract

ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah (1) mengkaji kebutuhan air bersih penduduk dan sumber- sumber air bersih di daerah penelitian, (2) mengkaji karasteristik potensi air rawa Yomoth sebagai sumber air bersih dan (3) menyusun kerangka dasar pengelolaan air rawa Yomoth sebagai sumber air bersih yang berbasis kearifan lokal. Metode penelian adalah survey, dengan data diperoleh dan wawancara terhadap koresponden yang di tentukan secara purposive sampling. Data di analisis secara deskriptip kuantitatif untuk mendapatkan gambaran tentang jumlah angka dan pembahasan objek kesimpulan secara keruangan (spasial).Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Kebutuhan air bersih di Kota Agats Kabupaten Asmat berdasarkan sampel 30 KK yang diperoleh adalah sebesar rata-rata 60 ltr3/hari maka total kebutuhan air 92.46 ltr3/hari dengan jumlah penduduk Kota Agats 1541 orang. Maka kebutuhan air bersih pada 5 tahun mendatang adalah 14736 ltr dengan tingkat penduduk 1615 orang, pada 10 tahun mendatang adalah 31171 ltr dengan tingkat penduduk 1708 orang, pada 15 tahun mendatang adalah 49411 ltrdengan tingkat penduduk 1805 orang, pada 20 tahun mendatang adalah 69058 ltr dengan tinkat penduduk 1892 orang dan pada 25 tahun medatang adalah 88147 ltr dengan tingkat penduduk 1932 orang. (2) Air rawa Yomoth sebagai sumber air bersih mempunyai kapasitas daya dukung 2.302.140 m dengan kualitas baik untuk dikelola sebagai sumber cadangan air bersih, walaupun terdapat pembatas berupa sifat fisik air rawa, kandungan unsur kimia dan biologisnya.(3) Upaya pengelolaan air rawa Yomoth dilakukan dengan cara perlindungan, penyelamatan dan pelestarian terhadap hutan dan sumberdaya air rawa, dengan melakukan tindakan perlindungan kearifan lokal dan peraturan daerah sebagai suatu dasar hukum dalam pengambilan kebijakan dan keputusan. Mengingat secara arif telah melalui perlindungan dan pengelolaan air rawa Yomoth dengan cara selalu di hindari dari pencemaran dan pengerusakan sehingga dapat di manfaatka secara bersama-sama. Pemilik dusun dan hak ulayat orang suku Asmat kampung Yepem dan pemerintah kampung Yepem dan masyarakat adat tidak mengijinkan orang dari luar kampong masuk ke dalam dusun, hutan dan rawa mereka untuk mengambil hasil dan mengeksplorasi sumberdaya alam yang ada di tempat mereka.ABSTRACT The goals of this research were to (1) investigate need of population clean water and clean water sources in research area; (2) investigate characteristics of swamp water potential of Yomoth as clean water sources; and (3) arrange basic framework of swamp water management of Yomoth as clean water sources based on local wisdom. Method of research was survey, where data were collected and interview with respondents was conducted by purposive sampling. The data were analyzed descriptively- quantitatively to gain illustration on amount of numbers and conclusion objects were discussed spatially. Results of research indicated that (1) need of clean water in City of Agats, Regency of Asmat based on obtainable samples of 30 households were average 60 lt/day, total need of water of 92.46 lt/day with total population of Agats City of 1541 persons. So, need of clean water in future 5 years would be 14736 lt3 with population rate of 1615 persons; in future 10 years, it would be 31171 lt3 with population rate of 1708 persons; in future 15 years, it would be 49411 lt3 with population rate of 1805 persons; in future 20 years, it would be 69058 lt3 with population rate of 1892 persons; and in future 25 years, it would be 88147 lt3 with population rate of 1932 persons. (2) swamp water of Yomoth as clean water source had supportive force capacity of 2,302,140 m3 with good capacity to manage as clean water reserve source, although there were limits, physical characteristic of swamp water, chemical and biological element contents. (3) Effort of Yomoth swamp water management was made by protection, saving, and preservation of forest and swamp water resources, taking action of local wisdom protection and local law as legal basis in policy and decision making. It was considered that the swamp water of Yomoth was managed and protected wisely by continuously avoiding pollution and damage as to be used together. Village owner and community rights of Asmat ethnic persons of Yepem village and the government of Yepem village and traditional society did not allow persons outside village to enter the village, their forest and swamp to take products and explore natural resources existing in their location. Tujuanpenelitianiniadalah (1) mengkajikebutuhanairbersihpenduduk dansumber- sumber air bersih di daerah penelitian, (2) mengkaji  karasteristik  potensi  air  rawa Yomoth sebagaisumberairbersihdan(3)menyusun  kerangkadasarpengelolaan airrawaYomoth sebagaisumberair bersihyangberbasiskearifanlokal. Metode penelian adalah survey, dengan data diperoleh dan wawancara terhadap koresponden  yangditentukan  secarapurposive  sampling.  Datadianalisis  secara  deskriptip kuantitatif untuk mendapatkan gambaran tentang jumlah angka dan   pembahasan  objek kesimpulansecarakeruangan(spasial).Hasilpenelitianmenunjukkanbahwa:(1)KebutuhanairbersihdiKotaAgatsKabupaten Asmatberdasarkansampel30KKyangdiperolehadalahsebesarrata-rata60ltr/harimakatotal kebutuhanair92.46ltr3/haridenganjumlah pendudukKotaAgats1541orang.Makakebutuhan airbersihpada5tahunmendatangadalah14736ltr3dengantingkatpenduduk1615orang,pada 10tahunmendatang  adalah31171ltr3  dengantingkatpenduduk1708orang,pada15tahun mendatangadalah49411ltr3  dengantingkatpenduduk1805orang,pada20tahunmendatang adalah69058ltr3dengantinkatpenduduk1892orangdanpada25tahunmedatangadalah88147 ltr3   dengan  tingkat  penduduk  1932  orang.  (2)  Air  rawa  Yomoth  sebagai  sumber  air  bersih mempunyaikapasitasdayadukung2.302.140m3 dengankualitasbaikuntukdikelolasebagai sumbercadanganairbersih,walaupunterdapatpembatasberupasifatfisikairrawa,kandungan unsurkimiadanbiologisnya.(3)UpayapengelolaanairrawaYomothdilakukandengancara perlindungan,penyelamatandanpelestarianterhadaphutandansumberdayaairrawa,dengan melakukan  tindakan  perlindungan  kearifan  lokal  dan  peraturan  daerah  sebagai  suatu  dasar hukum dalam pengambilan kebijakan dan keputusan.Mengingat secara ariftelah  melalui
DESA ADAT TENGANAN PEGRINGSINGAN DALAM PENGELOLAAN HUTAN DI DESA TENGANAN, KECAMATAN MANGGIS, KARANGASEM, BALI Karidewi Made Putri; Su Rito Hardoyo; Langgeng Wahyu Santosa
Majalah Geografi Indonesia Vol 26, No 1 (2012): Majalah Geografi Indonesia
Publisher : Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (144.676 KB) | DOI: 10.22146/mgi.13402

Abstract

ABSTRAK Bagi masyarakat adat di Desa Adat Tenganan Pegringsingan, keberadaan sebuah kearifan lokal yang berupa aturan adat atau “awig-awig” memiliki peranan yang begitu besar dalam melakukan pengelolaan hutan setempat. Hal ini terbukti dengan masih terjaganya kelestarian hutan hingga saat ini. Masalah yang muncul adalah bahwa eksistensi “awig-awig” yang telah diwariskan sejak abad ke-11 tidak hanya ditentukan oleh adanya pengakuan dari masyarakat adatnya sendiri namun juga oleh faktor-faktor internal dan eksternal yang melingkupi “awig-awig” dalam melaksanakan fungsinya.Tujuan penelitian adalah mengkaji sejauhmana efektivitas pelaksanaan kearifan lokal serta faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat efektivitas pelaksanaannya dalam pengelolaan hutan di wilayah penelitian. Lebih lanjut penelitian bertujuan menemukan konsep persepsi masyarakat terhadap efektivitas kearifan lokal. Konsep tersebut menjadi dasar dalam menyusun strategi pengelolaan hutan berbasis kearifan lokal.Metode yang digunakan adalah kualitatif dengan metode pengumpulan data sebagian besar dilakukan melalui wawancara mendalam dan observasi, disamping interpretasi data sekunder sebagai pelengkap. Penentuan sampel menggunakan teknik purposive sampling. Analisis data secara induktif dengan metode kategorisasi. Pemeriksaan derajat kepercayaan data menggunakan teknik triangulasi sumber.Penelitian ini menunjukkan bahwa efektivitas pelaksanaan kearifan lokal dalam prakteknya secara umum masih berjalan cukup efektif meskipun substansi tiap-tiap pasal memiliki kelemahan masing-masing. Ketaatan masyarakat adat mematuhi aturan masih cukup tinggi dan pelanggaran yang terjadi tidak berpengaruh signifikan terhadap kondisi hutan. Persepsi masyarakat menghasilkan hubungan interelasi antar tiap konsep yang terdiri dari fleksibilitas “awig-awig”, mekanisme pelaksanaan “awig-awig”, partisipasi masyarakat, dan keberlangsungan fungsi hutan. Faktor-faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi tingkat efektivitas pelaksanaan kearifan lokal menghasilkan empat kriteria efektivitas yaitu substansi “awig-awig”, pola pengelolaan hutan, pelaku yang terlibat, dan mekanisme pelaksanaan “awig-awig”. Penyusunan strategi pengelolaan hutan yang berbasis pada kearifan lokal ditujukan untuk membenahi sistem pengelolaan tradisional sehingga dapat membantu masyarakat adat dalam melakukan pengelolaan hutan secara lebih efektif. ABSTRACT For the customary community at the customary village of Tenganan Pegringsingan, the existence of local wisdom in form of customary law or “awig-awig” is playing an important role in local forest management. It’s been proved by a well-maintained forest condition which has successfully preserved until these days. Problems are arise when the existence of “awig-awig” which was inherited since 11th century is not only determine by an acknowledgement from the customary community itself but also by some internal and external factors surround “awig-awig” in doing its functions.The aims of this research are to study how far the effectiveness of local wisdom has been carried out as well as several factors which had an effect on the level of effectiveness of local wisdom implementation in forest management over a site. Further, the aim is to discover some concepts of community perception toward the effectiveness of local wisdom. Those concepts become a basis to develop a local wisdom-based forest management strategy.This research was used a qualitative method with data collection mostly through in-depth interview and observation, in addition to secondary data interpretation as a complement.  Samples were selected using a purposive sampling technique. Data were analyzed inductively using a categorization method. Review of data credibility or data trustworthiness using a triangulation-source technique.The result of this research shows that the effectiveness of local wisdom implementation in general is still going fairly effective although the substance of each clause has its own weaknesses. The devotion of customary community to the customary law is still fairly high and the violation of the law has not signified affected the forest condition. The community perception is resulting four concepts of perception which interrelate one another. Those concepts are “awig-awig” flexibility, “awig-awig” implementation mechanism, community participation, and the sustainability of forest functions. All internal and external factors that had an effect on the level of effectiveness of local wisdom implementation were resulting four effectiveness criteria which are “awig-awig” substance, forest management method, people involved, and “awig-awig” implementation mechanism. The development of forest management strategies based on the existing local wisdom are addressed to improve the traditional management system in order to assist the customary community to carry out all tasks related to forest management effectively.
Kajian Daya Dukung Bioekologikawasan Puncak Kabupaten Bogor Tika Rachmawati; Luthfi Muta’ali; Langgeng Wahyu Santosa
Majalah Geografi Indonesia Vol 27, No 2 (2013): Majalah Geografi Indonesia
Publisher : Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (620.83 KB) | DOI: 10.22146/mgi.13430

Abstract

ABSTRAK Wilayah penelitian adalah Kawasan Puncak di Kabupaten Bogor, meliputi Kecamatan Ciawi, Cisarua dan Megamendung merupakan bagian dari Kawasan Bogor, Puncak, Cianjur (Bopunjur) dan mempunyai fungsi sebagai resapan air dan kawasan lindung (RTRW Kabupaten Bogor Tahun 2005-2025). Tujuan  penelitian ini adalah: (1) menghitung daya dukung bioekologi pada kurun waktu 2005-2010 di Kawasan Puncak, Kabupaten Bogor; (2) mengkaji hubungan perubahan daya dukung bioekologi Tahun 2005-2025; dan (3) merumuskan strategi pengelolaan lingkungan di Kawasan Puncak, Kabupaten Bogor.Penelitian ini bersifat deskriptif kuantatif, dengan mendasarkan pada analisis data sekunder. Analisis matematis dengan pendekatan jejak ekologi (Global Footprint Network (GFN) dan World Wildlife Fund (WWF)), dengan cara menghitung jejak ekologi, nilai biokapasitas dan daya dukung bioekologi yang disajikan secara spasial.Hasil penelitian ini adalah: nilai daya dukung bioekologi dan RTRW Kabupaten Bogor, yaitu: (a) nilai DDE tahun 2010 di wilayah penelitian menurun dari nilai DDE tahun 2005; dan (b) selisih nilai DDE eksisting terhadap nilai DDE RTRW bernilai negatif di hampir seluruh wilayah penelitian. Hal ini mengindikasikan sudah terlalu luas penggunaan lahan eksisting yang tidak sesuai dengan rencana penggunaan lahan pada RTRW Kabupaten Bogor dan sudah tidak layaknya RTRW Kabupaten Bogor Tahun 2005-2025 dalam mengakomodir rencana penggunaan lahan di kawasan Puncak. Rumusan strategi penataan penggunaan lahan paling tepat secara ekologi adalah: (a) mengurangi luasan lahan terbangun di seluruh kawasan puncak terutama pada kawasan lindung dan konservasi, rehabilitasi hutan juga menerapkan sistem pariwisata berbasis ekologi; (b) optimalisasi RTRW dengan konsep perencanaan penataan dan pengendalian pola ruang, pemanfaatan ruang dan kelembagaan yang terpadu, efektif, efiaien dan berkekuatan hukum, serta melibatkan masyarakat dalam monitoring dan pengawasan sehingga pembangunan di kawasan puncak, kabupaten Bogor berkelanjutan. ABSTRACT The area of research is the Puncak area in Bogor Regency, includes sub Ciawi, Cisarua and Megamendung as a part of the Regions Bogor, Puncak, Cianjur (Bopunjur) and as a catchment and protected area (RTRW of Bogor Regency, period on 2005-2025). Purpose of this study were: (1) assess changes land use during the period 2005-2010 in the area of Puncak, Bogor regency, (2) examine the relationship of land use change on the carrying capacity of the environment and spatial planning bioekologi Bogor period on 2005-2025, and (3) formulate a strategy management of ecological land use at Puncak area.This research is descriptive qualitative and kuantatif, using secondary data analysis. The mathematical analysis of the ecological footprint approach (Global Footprint Network (GFN) and the World Wildlife Fund (WWF))  by calculating the value of ecological footprint, biocapacity and the carrying capacity of bioecology presented spatially.The results of this study are: (a) the value of DDE in 2010 in the study area decreased from the value of DDE in 2005, and (b) the difference in value of the existing DDE to the value of DDE RTRW is negative in almost all areas of research. This indicates that it was too broad land uses incompatible with existing land use plans in Bogor regency spatial planning and RTRW of Bogor Regency Year 2005-2025 is not accommodate the land use plan in the Puncak area. Formulation of strategies management the most appropriate use of land ecology are: (a) reduce the area of land up around the summit region, especially in protected areas and conservation, forest rehabilitation also introduced a system of ecology-based tourism, (b) optimizing spatial planning with spatial planning and control concept of spatial patterns, space utilization and integrated institutional, effective, and enforceable efiaien, and involve the community in monitoring and supervision so that the Puncak of development in the region, Bogor regency sustainable.