Benidiktus Susanto
Unknown Affiliation

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

KAJIAN TARIF PEMADU MODA YOGYAKARTA INTERNASIONAL AIRPORT Imam Basuki; Amos Setiadi; Benidiktus Susanto
Jurnal Transportasi Vol. 19 No. 2 (2019)
Publisher : Forum Studi Transportasi antar Perguruan Tinggi (FSTPT)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (333.718 KB) | DOI: 10.26593/jtrans.v19i2.3468.111-120

Abstract

Abstract Yogyakarta International Airport in Temon, Kulon Progo, is projected as a replacement for Yogyakarta Adisu-tjipto International Airport. This new airport requires an intermodal passenger transport, which is a mode of transportation that needs to be prepared to connect the airport with the supporting cities served. In this study, a questionnaire survey involving 1,000 respondents was conducted. The survey was conducted at Adisutjipto Airport to find out the origin and destination of passengers in using the mode of transportation to and from Yogyakarta International Airport. Based on the origin and destination data, a map of the airport service area is made. The proportion of the choice of transportation mode was used as the basis of the potential passenger demand for a route. The route of intermodal transportation is found to be from and goes to 10 points, namely Borobudur, Kebumen, Magelang, Purwokerto, Purworejo, Temanggung, Wates/Sentolo, Wonosari, Wonosobo, and Yog-yakarta. The operational costs of intermodal passenger transport are Rp9,570.53 per kilometer. The average passenger fare per kilometer is Rp1,042.07. The tariff for various routes is more realistic in describing the distance, with an average deviation of Rp38.24 and a range of Rp141.55. Keywords: intermodal passenger transport, airport, tariffs, operational costs  Abstrak Yogyakarta International Airport di Temon, Kulon Progo, diproyeksikan sebagai pengganti Bandar Udara Internasional Adisutjipto Yogyakarta. Bandar udara baru ini membutuhkan angkutan pemadu moda, yaitu suatu moda transportasi yang perlu dipersiapkan untuk menghubungkan bandar udara tersebut dengan kota-kota pendukung yang dilayani. Pada kajian ini dilakukan survei kuesioner yang melibatkan 1.000 responden. Survei dilakukan di Bandar Udara Adisutjipto untuk mengetahui asal tujuan dan keinginan penumpang dalam meng-gunakan moda transportasi untuk menuju dan dari Yogyakarta International Airport. Berdasarkan data asal dan tujuan dibuat peta daerah pelayanan bandar udara. Proporsi kemauan pemilihan moda transportasi menjadi dasar demand potensi penumpang untuk rute trayek. Rute trayek pemadu moda yang diperoleh berasal dan menuju ke-10 titik, yaitu Borobudur, Kebumen, Magelang, Purwokerto, Purworejo, Temanggung, Wates/Sentolo, Wono-sari, Wonosobo, dan Yogyakarta. Biaya Operasional Pemadu Moda adalah sebesar Rp9.570,53 per kilometer. Rata-rata tarif penumpang per kilometer adalah Rp1.042,07. Besaran tarif untuk berbagai rute trayek lebih realistis dalam menggambarkan jarak tempuhnya, dengan simpangan rata-rata Rp38,24 dan rentang sebesar Rp141,55. Kata-kata kunci: angkutan pemadu moda, bandar udara, tarif, biaya operasional
RISIKO KECELAKAAN SEPEDA MOTOR PADA SIMPANG PRIORITAS Benidiktus Susanto; Siti Malkhamah; Latif Budi Suparma
Jurnal Transportasi Vol. 19 No. 3 (2019)
Publisher : Forum Studi Transportasi antar Perguruan Tinggi (FSTPT)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (573.062 KB) | DOI: 10.26593/jtrans.v19i3.3668.161-170

Abstract

Abstract Traffic safety is an important requirement in highway planning and design. Many studies related to accident risk analysis have been carried out, but practical applications are still not widely found, especially for accident risk analysis at priority junctions. This study aims to determine the speed and acceleration of motorcyclist behavior entering a junction. It was conducted by measuring the speed of a motorcycle when entering the junction at 150 m, 100 m, and 50 meters before the point of the potential conflict. If the critical gap is longer than the stopping distance (a combination of the reaction time and braking time), the motorcycle will be safe. The results showed that motorcyclist decelerates the speed when entering the junction. The change in speed starts at 50 to 100 meters before the conflict. Motorcyclists will be safe if the speed is less than 65.8 km/h at 50 meters before entering the junction. Keywords: traffic safety, accident risk analysis, priority junction, speed  Abstrak Keselamatan adalah faktor utama dalam perencanaan dan perancangan fasilitas jalan. Berbagai penelitian yang berhubungan dengan analisis risiko kecelakaan telah banyak dilakukan, namun aplikasi praktisnya masih belum banyak dijumpai terutama untuk analisis risiko kecelakaan pada simpang prioritas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perilaku kecepatan dan percepatan sepeda motor saat memasuki simpang, sehingga dapat dilakukan analisis terhadap potensi risiko sepeda motor saat memasuki simpang prioritas. Penelitian dilakukan dengan mengukur kecepatan sepeda motor saat memasuki simpang pada jarak 150 m, 100 m, dan 50 m sebelum titik konflik. Apabila celah kritis lebih panjang dari jarak henti (gabungan dari pengaruh waktu reaksi dan waktu pengereman), maka sepeda motor tersebut dapat dikategorikan selamat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa saat memasuki simpang sebagian besar sepeda motor melakukan perlambatan. Perubahan kecepatan mulai terjadi pada jarak antara 50 sampai 100 meter sebelum titik konflik. Sepeda motor akan aman apabila pada kecepatan sebelum simpang tidak melebihi 65,8 km/jam. Kata-kata kunci: keselamatan lalu lintas, analisis risiko kecelakaan, simpang prioritas, kecepatan