Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Customary Law Approaches to Ḥaḍānah Disputes in Aceh: Arguments and Social Implications Adelina Nasution; Ismail Fahmi Arrauf Nasution
AHKAM : Jurnal Ilmu Syariah Vol 21, No 2 (2021)
Publisher : Universitas Islam Negeri Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15408/ajis.v21i2.22094

Abstract

This paper discusses ḥaḍānah practice in Muslim communities based on a case study in Aceh, Indonesia. This paper focuses on society's arguments in choosing a conflict resolution mechanism in post-divorce child custody. This study is based on in-depth interviews with families experienced in using litigation and non-litigation approaches in custody cases. The authors explore Acehnese people's foundational arguments in choosing the non-litigation solution based on economic, customary, legal understanding and awareness, distance and time consideration. The result shows that their choice is a part of the negotiation process of the national law, Islamic law, and local context of Aceh. However, this study finds out that, children still suffer from loss of reciprocal relationship from their parents although the ḥaḍānah cases well resolved.    Abstrak: Tulisan ini membahas praktik hadanah pada masyarakat Muslim berdasarkan studi kasus di Aceh, Indonesia. Tulisan berfokus pada argumentasi pemilihan mekanisme resolusi konflik pengasuhan anak yang terjadi akibat perceraian sepasang suami-istri. Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dengan sumber data dikumpulkan melalui wawancara mendalam terhadap keluarga yang sedang atau pernah menjalani proses penyelesaian konflik hadanah secara litigasi atau non-litigasi. Penulis mengeksplorasi argumentasi masyarakat Aceh dalam memilih penyelesaian konflik hadanah secara non-litigasi baik dari aspek ekonomi, adat, pemahaman dan kesadaran hukum, serta aspek jarak dan waktu. Tulisan ini menemukan bahwa pilihan mekanisme penyelesaian konflik hadanah dalam masyarakat Aceh merupakan bagian dari proses negosiasi antara hukum nasional, hukum Islam dan konteks lokalita Aceh. Tulisan ini pada akhirnya menyimpulkan bahwa meskipun suatu mekanisme penyelesaian konflik hadanah yang dipilih dilandasi pada mekanisme yang dianggap terbaik, anak tetap menjadi pihak yang dirugikan akibat konflik perdata diantara kedua orang tua mereka.
Membangun Moderasi Beragama di Kalangan Santri Melalui Peran Pengelolaan Lembaga Pendidikan Dayah di Aceh Razali Mahmud; Yustizar Yustizar; Yusaini Yusaini; Adelina Nasution
Turast: Jurnal Penelitian dan Pengabdian Vol 11, No 1 (2023)
Publisher : Universitas Islam Negeri Imam Bonjol Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15548/turast.v11i1.5928

Abstract

This article aims to describe the role of Ulama as Dayah managers in building an attitude of moderation and providing an ideal concept of religious moderation among students at Dayah Education institutions in Aceh. The service is carried out by mentoring which is carried out jointly with the Dayah manager. In mentoring the servant observes the application and understanding of the concept of moderation that occurs among the santri, and ends by providing material and the concept of religious moderation to the santri through presentation of the material and through group communication in the activities of the santri at the Dayah Education Institute. Prior to the introduction of the concept of religious moderation at Daya, it was found that the students had errors in understanding or interpreting the teachings of the sciences given and this had a serious impact on their practice in social and state life, such as giving birth to students who were anti-tolerant, radical so that they fell into religious organizations. terrorism organization. The results of the dedication obtained a belief that Dayah in Aceh as an Islamic education has a great responsibility in equipping his students to be moderate. Thus teachers, administrators to the head of the Islamic boarding school are expected to first have the character of religious moderation. Not a few students who are at the Aceh Dayah educational institution have been contaminated with radical mindsets because there are still many teachers or religious teachers who guide these students to instill anti-tolerant concepts due to certain interests. So that the role of Islamic education institutions is appropriate in collaborating on curriculum or SOPs for students to form the character of religious moderation. This service uses the Participation Action Research (PAR) method, namely acting as a facilitator or companion. So that the Management of the Dayah educational institution can echo and invite its students and alumni to have a moderate Muslim mindset. Artikel ini bertujuan untuk mendeskripsikan peran ulama sebagai pengelola Dayah dalam membangun sikap moderasi dan memberikan konsep moderasi beragama secara ideal di kalangan santri pada lembaga Pendidikan Dayah di Aceh. Pengabdian dilakukan dengan cara pendampingan yang dilakukan secara bersama dengan pengeloala Dayah. Dalam pendampingan pengabdi mengobservasi penerapan dan pemahaman konsep moderasi yang terjadi di kalangan santri, dan akhiri dengan pemberian materi dan konsep moderasi beragama kepada para santri melalaui pemaparan materi dan melalui komunikasi kelompok dalam aktivitas santri di Lembaga Pendidikan dayah. Sebelum pemberian konsep moderasi beragama dilaksanakan di Daya, para santri ditemukan adanya kesalahan dalam memahami atau memaknai ajaran ilmu yang diberikan dan hal ini berdampak serius pada pengamalanya dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, seperti melahirkan santri-santri yang anti toleran, Radikal hingga terjerumus kedalam organisasi-organisasi terorisme. Hasil pengabdian diperoleh satu keyakinan bahwa Dayah di Aceh sebagai pendidikan islam memiliki tanggung jawab besar dalam membekali satri-santrinya agar bersikap moderat. Dengan demikian pengajar, pengelola hingga kepala dayah diharapkan terlebih dahulu memiliki karakter moderasi beragama. Tidak sedikit santri-santri yang berada di Lembaga pendidikan Dayah Aceh sudah terkontaminasi dengan pola pikir radikal dikarenakan masih banyak pengajar atau ustad-ustad yang membimbing santri-santri tersebut menanamkan konsep-konsep anti toleran dikarenakan kepentingan tertentu. Sehingga dengan demikian sudah sepantasnya peran Lembaga pendidikan dayah mengkolaborasikan kurikulum atau SOP pembelajarnya pembentukan karakter moderasi beragama. Pengabdian ini Menggunakan metode dalam Partisipation Action Reasearch (PAR) yaitu berperan sebagai fasilitator atau pendamping. Sehingga Pengelolaan Lembaga pendidikan Dayah ini dapat menggaungkan dan mengajak santri-santri dan alumninya memiliki pola pikir muslim yang moderat.