Asmunandar Asmunandar
Prodi Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Makassar

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search
Journal : Attoriolong

Takalar pada Masa NIT, 1946-1950 Kurniawan Syamsuddin; Najamuddin Najamuddin; Asmunandar Asmunandar
Attoriolong Vol 20, No 1 (2022): Attoriolong Jurnal Pemikiran Kesejarahan dan Pendidikan Sejarah
Publisher : Universitas Negeri Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui reaksi masyarakat Takalar terhadap keberadaan NIT, kondisi masyarakat Takalar pada masa NIT, dan dampak keberadaan NIT terhadap masyarakat Takalar. Penelitian ini bersifat Deskriptif Analitik dengan menggunakan metode penelitian sejarah, yaitu heuristik (mencari dan mengumpulkan sumber), kritik sumber (ekstern dan intern), interpretasi (penafsiran sumber) dan historiografi (penulisan sejarah). Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara melakukan wawancara dan penelitian pustaka atau diambil dari sumber tertulis, yakni buku, jurnal, makalah dan hasil riset yang berkaitan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa reaksi masyarakat takalar menolak adanya Negara Boneka Belanda yaitu Negara Indonesia Timur (NIT) ditunjukkan dengan berbagai tindakan yang dilakukan seperti melakukan pertemuan dengan berbagai pemimpin kelaskaran dari beberapa daerah untuk membentuk sebuah wadah perjuangan. Untuk mendukung pertemuan tersebut para pemuda melakukan penyerangan terhadap pos-pos Belanda. Kondisi masyarakat Takalar pada masa NIT dapat digambarkan dari perjuangan-perjuangan yang dilakukan oleh para pejuang untuk mempertahankan kemerdekaan di Takalar. Bentuk perjuangannya adalah fisik dan non fisik. Serangan-serangan yang dilakukan para pejuang baik untuk mempertahankan kubu perjuangan maupun menyerang markas pihak musuh menjadi perjuangan fisik yang dilakukan sebagai upaya penolakan kembalinya pemerintahan dan berdirinya NIT. Sedangkan perjuangan non fisik dalam hal ini ialah segala usaha yang telah ditempuh oleh para pejuang dalam rangka mencapai tujuan, dilakukan bukan dengan perang, baik semasa gerakan Muda Bajeng maupun sesudah Gerakan Lipan Bajeng. Keberadaan NIT di Takalar memberikan dampak bagi masyarakat dari segi politik, ekonomi hingga setelah NIT dibubarkan. Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa kedatangan NICA di Takalar hingga terbentuknya Negara Indonesia Timur (NIT) mendapat penolakan keras dari masyarakat dan pejuang-pejuang yang ada di Takalar. 
Sejarah Terbentuknya Masyarakat Multikultural di Kecamatan Kalaena, 1977-2015. Irawan Tasnur; Asmunandar Asmunandar; Bahri Bahri
Attoriolong Vol 20, No 1 (2022): Attoriolong Jurnal Pemikiran Kesejarahan dan Pendidikan Sejarah
Publisher : Universitas Negeri Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kondisi awal terbentuknya masyarakat multikultural di Kecamatan Kalaena 1977, perkembangan masyarakat multikultural di kecamatan Kalaena 1977-2015 dan dampak sosial-ekonomi masyarakat terhadap terbentuknya masyarakat multikultural 1977-2015. Penulisan dari hasil penelitian ini digolongkan sebagai sejarah sosial karena ruang lingkup sejarah sosial sangat erat kaitannya dengan segala sesuatu mengenai masyarakat. Penelitian ini menggunakan metode penelitian sejarah yang didalam prosesnya terdiri dari empat tahapan, yaitu heuristik (mencari dan mengumpulkan sumber), kritik sumber (kritik ekstern dan kritik intern), interpretasi (penafsiran sumber) dan historiografi (penulisan sejarah). Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara penelitian (wawancara) dan mengumpulkan sumber berupa hasil penelitian baik dari buku maupun jurnal. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa latar belakang kedatangan masyarakat dari tahun 1977 hingga sekitar tahun 1980 di Kecamatan Kalaena disebabkan oleh dua faktor utama, yaitu transmigrasi besar-besaran yang dilakukan oleh pemerintah pada masa orde baru dan Kecamatan Kalaena dianggap oleh para migran lokal sebagai lahan baru untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak, sehingga kedatangan para migran baik dari luar maupun dalam pulau inilah yang menjadi faktor awal terciptanya masyarakat multikultural di Kecamatan Kalaena. Setelah kedatangan transmigran di Kecamatan Kalaena. maka tercipta masyarakat multikultural (beragam budaya) yang berlatarbelakang budaya seperti, jawa, lombok, bali, bugis, toraja, luwu, pamona dan padoe serta terdapat pula berbagai macam agama yang dianut seperti Islam, Kristen dan Hindu yang secara otomatis meningkatkan kompleksitas masyarakat multikultural di Kecamatan Kalaena. Proses silang budaya masyarakat multikultural diawali dengan terjadinya interaksi di tempat-tempat umum seperti pasar, sekolah dan sawah atau ladang, dan dari interaksi yang cukup baik inilah mendorong terjadinya akulturasi dan enkulturasi pada masyarakat, banyaknya etnis dan agama membuat masyarakat Kalaena tidak hanya harus mendapatkan pendidikan formal tetapi juga pendidikan multikultural. Pendidikan yang berhasil dapat dilihat dari konflik yang tidak ditemui selama tahun 1977-2015.