p-Index From 2020 - 2025
0.702
P-Index
This Author published in this journals
All Journal Attoriolong
Bahri Bahri
Prodi Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Makassar

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Masjid Change-Ho Madya Kota Makassar, 2012-2017. Emmy Angryani; Bahri Bahri; Jumadi Jumadi
Attoriolong Vol 20, No 1 (2022): Attoriolong Jurnal Pemikiran Kesejarahan dan Pendidikan Sejarah
Publisher : Universitas Negeri Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengemukakan latar belakang dibangunnya mesjid Cheng Ho Kota Makassar yang terletak di Tanjung Bunga.Penelitianinimenggunakanmetodepenelitiansejarahdengantahapan:  Heuristik, Kritik, Interpretasi dan Historiografi. Penelitianinimenggunakan proses pendekatandeskriptifnaratif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masjid Cheng Ho Kota Makassar yang terletak di Tanjung Bunga merupakan sebuah masjid yang dibangun oleh Hj. Ramlah Kalla Aksan. Adapun yang menjadi latar belakang dari pembangunan masjid tersebut yakni bertemunya keinginan dari Hj. Ramlah Kalla Aksan untuk membangun sebuah mesjid di atas lahan yang dimilikinya dengan keinginan oleh oraganisasi muslim tionghoa di makassar yakni PITI (Persatuan Islam Tionghoa Indonesia). Bertemunya keinginan tersebut sehingga dibangunnlah masjid Cheng Ho yang ada di Tanjung Bunga. Sedangkan dalam perkembangannya Hj. Ramlah Kalla Aksan memberikan sepenuhnya kepada PITI untuk dikelola secara penuh. Di bawah pengelolaan PITI, mesjdiCheng Ho Kota Makassar telah menjadi salah satu tempat pengembangan pendidikan islam dan pembinaan agama Islam bagi mereka yang baru memeluk agama Islam.Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa bertemunya keinginan dari Hj. Ramlah Kalla Aksan dan PITI untuk membangun masjid, maka dibangunlah mesjid Cheng Ho di Kota Makassar. Dalam perkembangannya mesjid tersebut telah menunjukkan eksistensinya sebagai tempat pembelajaran islam dan pembinaan agama bagi yang baru muallaf.
Pagellu’: Tarian Tradisional Masyarakat Toraja pada Upacara Adat Rambu Tuka, 2010-2017. Lebonna Husain; Bustan Bustan; Bahri Bahri
Attoriolong Vol 20, No 1 (2022): Attoriolong Jurnal Pemikiran Kesejarahan dan Pendidikan Sejarah
Publisher : Universitas Negeri Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pagellu’ sebagai tarian tradisional masyarakat toraja pada upacara adat Rambu Tuka’. Dengan menjelaskan latar belakang munculnya pagellu’ tradisional Toraja, eksistensi dan dampak yang ditimbulkan pada masyarakat Kecamatan Makale Kabupaten Tana Toraja. Metode yang digunakan adalah metode penelitian sejarah yang terdiri atas empat tahapan, yaitu :  heuristik (mencari dan mengumpulkan sumber), kritik sumber yang terbagi atas kritik intern dan kritik ekstern, interpretasi (penafsiran sumber) dan historiografi (penulisan sejarah). Metode pengumpulan data yang dilakukan yaitu penelitian pustaka, penelitian lapangan (wawancara) dan dokumentasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pagellu’, berdasarkan Aluk Todolo dalam rangkaian upacara Rambu Tuka’ merupakan alat yang digunakan sebagai bentuk persembahan dan pujian terhadap Puang Matua, Deata-Deata dan Tomembali Puang. Dan karenanya, pagellu’ dinyatakan sebagai warisan budaya Toraja yang memiliki makna religius, sosial, nilai-nilai luhur diantaranya rasa kkeluargaan, gotong royong, kedisiplinan, kesabaran dan keindahan bagi penari maupun masyarakat. Adanya proses adaptasi budaya asing serta pembentukan DMO pada tahun 2010 menyebabkan sejumlah dampak yang tidak terhindarkan terhadap peranan dan eksistensi pagellu’ dalam masyarakat.
Kutika Appammulang Esso dalam Kehidupan Sosial Ekonomi di Kecamatan Marioriawa Kabupaten Soppeng, 1990-2010 Nurul Hikmah; Patahuddin Patahuddin; Bahri Bahri
Attoriolong Vol 20, No 1 (2022): Attoriolong Jurnal Pemikiran Kesejarahan dan Pendidikan Sejarah
Publisher : Universitas Negeri Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini membahas tentang Manuskrip Bugis Kutika Appammulang Esso yang menjelaskan tentang kualitas waktu yang baik dan waktu yang buruk dalam satu hari, yang dilihat berdasarkan simbol-simbol yang tertera dalam teks Kutika Appammulang Esso. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bentuk teks naskah Kutika Appammulang Esso, eksistensi Kutika Appammulang Esso dari tahun 1990 sampai tahun 2010 dan dampak Kutika Appammulang Esso. Penelitian ini menggunakan metode penelitian sejarah yang terdiri atas empat tahapan yaitu: heuristic (pengumpulan data atau sumber), kritik sumber yang terdiri dari kritik intern dan ekstern, interpretasi atau penafsiran sumber dan historiografi yaitu penulisan sejarah. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa teks Kutika Appammulang Esso mengandung makna yang menentukan kualitas waktu itu baik atau tidak baik untuk dimulainya suatu aktivitas yang dilihat dalam satu hari. Kutika Appammulang Esso dari tahun 1990 sampai pada tahun 2010 mengalami perubahan terhadap keberadan yang dulunya di jadikan sebagai pedoman oleh seluruh masyarakat sekarang ini tidak lagi, bahkan ada orang yang membuangya. Diantara makna yang menjadi pedoman atau pedoman yaitu mallise yang bermakna berisi, makna yang paling baik diantara kelima makna yang lain dalam memulai aktivitas. Uju yang bermakna mayat yang ketika memulai aktiviatas simbol ini dihindari karena simbol ini dapat membawa musibah. Polebola yang bermkana pulang pokok, simbol ini dapat dipilih dan juga tidak karena tidak mendatangkan musibah dan tidak pula mendatangkan keberuntungan.
Sejarah Terbentuknya Masyarakat Multikultural di Kecamatan Kalaena, 1977-2015. Irawan Tasnur; Asmunandar Asmunandar; Bahri Bahri
Attoriolong Vol 20, No 1 (2022): Attoriolong Jurnal Pemikiran Kesejarahan dan Pendidikan Sejarah
Publisher : Universitas Negeri Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kondisi awal terbentuknya masyarakat multikultural di Kecamatan Kalaena 1977, perkembangan masyarakat multikultural di kecamatan Kalaena 1977-2015 dan dampak sosial-ekonomi masyarakat terhadap terbentuknya masyarakat multikultural 1977-2015. Penulisan dari hasil penelitian ini digolongkan sebagai sejarah sosial karena ruang lingkup sejarah sosial sangat erat kaitannya dengan segala sesuatu mengenai masyarakat. Penelitian ini menggunakan metode penelitian sejarah yang didalam prosesnya terdiri dari empat tahapan, yaitu heuristik (mencari dan mengumpulkan sumber), kritik sumber (kritik ekstern dan kritik intern), interpretasi (penafsiran sumber) dan historiografi (penulisan sejarah). Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara penelitian (wawancara) dan mengumpulkan sumber berupa hasil penelitian baik dari buku maupun jurnal. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa latar belakang kedatangan masyarakat dari tahun 1977 hingga sekitar tahun 1980 di Kecamatan Kalaena disebabkan oleh dua faktor utama, yaitu transmigrasi besar-besaran yang dilakukan oleh pemerintah pada masa orde baru dan Kecamatan Kalaena dianggap oleh para migran lokal sebagai lahan baru untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak, sehingga kedatangan para migran baik dari luar maupun dalam pulau inilah yang menjadi faktor awal terciptanya masyarakat multikultural di Kecamatan Kalaena. Setelah kedatangan transmigran di Kecamatan Kalaena. maka tercipta masyarakat multikultural (beragam budaya) yang berlatarbelakang budaya seperti, jawa, lombok, bali, bugis, toraja, luwu, pamona dan padoe serta terdapat pula berbagai macam agama yang dianut seperti Islam, Kristen dan Hindu yang secara otomatis meningkatkan kompleksitas masyarakat multikultural di Kecamatan Kalaena. Proses silang budaya masyarakat multikultural diawali dengan terjadinya interaksi di tempat-tempat umum seperti pasar, sekolah dan sawah atau ladang, dan dari interaksi yang cukup baik inilah mendorong terjadinya akulturasi dan enkulturasi pada masyarakat, banyaknya etnis dan agama membuat masyarakat Kalaena tidak hanya harus mendapatkan pendidikan formal tetapi juga pendidikan multikultural. Pendidikan yang berhasil dapat dilihat dari konflik yang tidak ditemui selama tahun 1977-2015.