Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Eksistensi Bendung Leko Pancing di Kabupaten Maros 1973-2016 Nurhaidah Yusuf; Muh. Saleh Madjid; Jumadi Sahabuddin
PATTINGALLOANG Vol. 4, No. 3, Desember 2017
Publisher : Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Fakultas Ilmu Sosial

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (225.454 KB) | DOI: 10.26858/pattingalloang.v5i1.7080

Abstract

This Paper discusses Leko Pancing Dam in Maros district (1973-2016) which will be decomposed in several sub-material that is the background of the contruction of Leko Pancing Weir, the  development of Leko Pancing Dam from the beginning of the  development in 1973 until 2016 and the impact of the existence of Weir for the community. The Problem studied in this paper is Leko Pancing Dam located in Maros regency build in Maros District administration area but untilized as raw water source by PDAM Makassar thorough water treatment plant (IPA) Panaikang to fulfill the need of clean water of Makassar City community. The result of research shows that Leko Pancing Dam in Maros Regency development is in the background against the unavailability of surface water in Makassar city which can be used as a sourch of raw water that can be used as if the water source of PDAM Makassar in Panaikang Water Treatment Plant, and in Makassar only has one processing installation water is IPA I Ratulangi with a capacity of 50 liters/second that can not meet the need for clean water Makassar city community. Impact of existence of Leko Pancing Dam which reside in Maros Regency as raw water supply for three water Treatment Plant that is water treatment plant (IPA) II Panaikang, water treatment plant (IPA) III Antang, water treatment plant (IPA) II Pattontongan has benefits so that the need for clean water can be available although it can not be available althoughout the year because during the dry season the water supply from the lute of fishing lute is reducer and other problems such as public complaint that feel the water is less clean and sometimes smelly. Another impact is because water from the weir to the installation uses an open channel then the community uses its water to meet daily needs. This research is descriptive analysis using historis method. Through the stages of heuristics by finding sources related to researce either in the form books, brochures, or visiting the location of research and conduct interviews that have to do with research, the next stage of criticism both in the form of internal criticism and external critism to get historical facts about Leko Pancing weir in Maros district, from these facts which are further interpreted chronologically then presented in a historical writing.
SINJAI PADA MASA PEMERINTAHAN ANDI BINTANG (1971-1983) Titi Suriani; Jumadi Sahabuddin; M. Rasyid Ridha
PATTINGALLOANG Vol. 2 No. 2 April - Juni 2015
Publisher : Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Fakultas Ilmu Sosial

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (23.905 KB) | DOI: 10.26858/pattingalloang.v2i2.8426

Abstract

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa latar belakang keluarga Andi Bintang adalah keluarga bangsawan. Dilihat dari riwayat pendidikannya Andi Bintang termasuk orang yang berpendidikan tinggi, dan merupakan lulusan terbaik Universitas Gajah Mada Jogjakarta, serta riwayat pekerjaan yang telah ditempuh dari guru sampai sebagai Bupati Kabupaten Sinjai selama dua periode. Sebelum pemerintahan Andi Bintang, yang menjadi bupati Sinjai ialah Muhammad Nur Thahir. Fokus pemerintahannya yaitu pada pembangunan sarana dan prasarana di Kabupaten Sinjai, pengembangan pembangunan dibidang pemerintahan, ekonomi, pendidikan serta sosial dan agama. Perkembangan yang terjadi pada pemerintahan Andi Bintang di Kabupaten Sinjai, yaitu terlihat dibidang pembangunan dan kelengkapan sarana dan prasarana desa seperti papan potensi kecamatan, pengadaan lembaga sosial desa, pembangunan batas-batas desa, pembangunan stadion, pengadaan sumber air bersih (PDAM) serta pembangunan masjid Nujumul Ittihad yang merupakan masjid kebanggaan Kabupaten Sinjai. Kebijakan yang diterapkan Andi Bintang adalah pembangunan disesuaikan dengan pola dasar pembangunan Daerah Tingkat II Sinjai dari Repelita I-V. Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa pada masa pemerintahan Andi Bintang telah memajukan berbagai aspek kehidupan seperti aspek politik pemerintahan, ekonomi, serta bidang sosial budaya tanpa mengesampingkan sektor-sektor lain.Kata Kunci: Sinjai, Masa Pemerintahan Andi Bintang (1971-1983)
KERAJAAN BONE PADA MASA PEMERINTAHAN WE BENRIGAU DAENG MAROWA (1470-1509) Andi Yulanda Lestari; Jumadi Sahabuddin; Patahuddin Patahuddin
PATTINGALLOANG Vol. 2 No. 2 April - Juni 2015
Publisher : Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Fakultas Ilmu Sosial

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (23.905 KB) | DOI: 10.26858/pattingalloang.v2i2.8431

Abstract

Penelitian ini melalui kajian pustaka dengan menggunakan metode penelitian sejarah yaitu heuristik (pengumpulan data), verifikasi (kritik sumber), interpretasi (penafsiran), dan historiografi (penulisan sejarah). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebelum pemerintahan We Benrigau Daeng Marowa, dimasa pemerintahan La Saliyu Kerrampelua (1398-1470) terjadi usaha perluasan wilayah kekuasaan. Perluasan wilayah kekuasaan dilakukan dengan jalan peperangan dan menjalin persahabatan dengan wanua-wanua lain. Sehingga 28 daerah bergabung dengan Kerajaan Bone. Kemudian pada masa pemerintahan We Benrigau Daeng Marowa, ia membeli bulu’ di Cina dengan menukarkannya 90 ekor kerbau yang kemudian dijadikan areal persawahan. Dibelinya juga sawah di sekitar kampung Laliddong dengan menukarkannya 30 ekor kerbau. Dengan demikian areal persawahan semakin luas. Sawah-sawah tersebut dijadikan sebagai sumber produksi beras dan penghasilan bagi rakyat di lingkungan kerajaan. Setelah ±40 tahun memerintah di Kerajaan Bone, ia digantikan oleh putranya yang bernama La Tenri Suki sebagai raja di Kerajaan Bone. Selanjutnya We Benrigau menetap di Cina, dan menurut cerita dalam Lontara’ We Benrigau tidak meninggal melainkan mallajang (menghilang). Kata Kunci : Kerajaan Bone, Pemerintahan We Benrigau Daeng Marowa. 
Pola Kekerasan Terhadap Perempuan Pedagang Jalanan Dalam Ranah Kerja Ismail, Ashari; Jumadi Sahabuddin
Aksiologi : Jurnal Pendidikan dan Ilmu Sosial Vol 4, No.1 (2023) : Oktober
Publisher : Indonesian Journal Publisher

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47134/aksiologi.v4i2.167

Abstract

Pola budaya masyarakat etnik Bugis pada umumnya adalah masyarakat dengan budaya semi demokratis dengan keharmonian, demikian kuat. Walaupun demikian, kultur patriarch, masih menjadi tradisi, dengan penempatan lelaki sebagai pemimpin rumah tangga/keluarga demikian ketat dan perempuan cenderung diposisikan “kelas dua”, akan tetapi kontribusi ekonomi dan non ekonomi cukup diakui. Tujuan riset ini adalah menelaah kekerasan perempuan pedagang jalanan dalam ranah publik. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif rasionalistik. Hasil penelitian menunjukan : perempuan pedagang jalanan mengalami kekerasan dalam ranah publik atau dalam ranah bidang kerja. Kekerasan dalam aspek publik ini, adalah violence yang terjadi pada perempuan yang memiliki kaitan dengan vokasi yang terdapat dalam masyarakat. Perempuan pedagang jalanan, mengalami kekerasan psikis, ekonomi dan seksual. Kekerasan psikis adalah kekerasan yang terkait dengan aspek mental (hardikan, bentakan dan tipuan) yang dialami perempuan pedagang jalanan. Kekerasan ekonomi yaitu violence yang terkait dengan pengambilan atau peminjaman barang jual para pedagang tanpa seizin atau dibeli, sedang kekerasan seksual adalah kekerasan yang terkait dengan perilaku pelecehan seksual.