Muh. Saleh Madjid
Unknown Affiliation

Published : 10 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search

Yayasan Pengkajian Pemberdayaan Masyarakat Sulawesi Selatan 1989-2017 Aulia Sari; Muh. Saleh Madjid; Muh. Rasyid Ridha
PATTINGALLOANG Vol. 5 No. 2, Agustus 2018
Publisher : Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Fakultas Ilmu Sosial

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (167.779 KB) | DOI: 10.26858/pattingalloang.v5i3.8515

Abstract

Penelitian ini membahas tentang Yayasan Pengkajian Pemberdayaan Masyarakat Sulawesi Selatan (YKPM) Sulsel adalah Non-governmental organizations (NGO) yang secara umum mengkaji terkait permasalahan-permasalahan sosial dan melakukan pemberdayaan masyarakat dalam meningkatkan pembangunan khususnya di Sulawesi Selatan. YKPM sendiri lahir dari realitas yang terjadi di wilayah Sulawesi Selatan, yakni kekangan pemerintah Orde Baru dari segi sosial dan ekonomi dimana sangat membutuhkan pengembangan dan pemberdayaan. Dengan kondisi sosial dan politik maka terbentuk YKPM dengan program-program terkait permasalahan-permasalahan sosial terkait partisipasi masyarakat, perempuan, anak, dan kondisi sosial yang membutuhkan pengkajian dan pengembangan. Penelitian ini adalah penelitian dengan pendekatan penelitian historis (Historical Research), yang terdiri atas beberapa tahapan yakni: (1) Heuristik, mengumpulkan tulisan tentang YKPM dari berbagai bentuk berita, arsip, profil dari YKPM, beberapa buku diantaranya: Taktik Politik Gratis (Audit Sosial Pendidikan dan Kesehatan Gratis Berbasis Komunitas di Kota Makassar), Meretas Kebijkan Program Pro Rakyat (pembelajaran Audit Sosial dan Partisipasi Warga dalam Pembangunan di Kota Makassar), Ketika Pembangunan Berpihak (Meretas Kebijakan Program Pro Rakyat), Menuju Masyarakat Partisipatif, dan Pengembangan Masyarakat wacana dan Pratik. (2) Kritik atau proses verifikasi keaslian sumber sejarah. (3) Interpretasi atau penafsiran sumber sejarah, dan (4) Historiografi, yakni tahap penulisan sejarah.Kata Kunci :  Hak Asasi Manusia, Lembaga Swadaya Masyarakat, Yayasan Pengkajian Pemberdayaan Masyarakat
HUBUNGAN I MANYAMBUNGI DI KERAJAAN BALANIPA DENGAN TUMAPPA’RISI KALLONNA DARI KERAJAAN GOWA PADA ABAD XVI Arif Husain Usman; Muh. Saleh Madjid
PATTINGALLOANG Vol. 2 No. 2 April - Juni 2015
Publisher : Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Fakultas Ilmu Sosial

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (23.905 KB) | DOI: 10.26858/pattingalloang.v2i2.8432

Abstract

Hubungan antara Kerajaan Balanipa dengan Kerajaan Gowa pada masa pemerintahan I Manyambungi meliputi dua hal yakni; hubungan kekerabatan dan hubungan politik. Hubungan kekerabatan diperoleh pada saat I Manyambungi menikah dengan anak dari Karaeng Suria yang juga masih merupakan kemanakan raja Gowa. Adapun menyangkut hubungan politik bisa kita cermati dari beberapa ikrar yang melibatkan Kerajaan Balanipa dan Kerajaan Gowa perihal untuk selalu menjaga hubungan baik dan juga selalu berkomunikasi manakala dua kerajaan tersebut mendapat ancaman dari kerajaan lain. Hubungan antara Kerajaan Balanipa dengan Kerajaan Gowa ternyata membawa pengaruh yang besar bagi Kerajaan Balanipa. Ilmu dan pengalaman yang diperoleh I Manyambungi sewaktu tinggal di Kerajaan Gowa pada akhirnya sangat membantunya dalam usahanya memimpin Kerajaan Balanipa. Adapun bagi Kerajaan Gowa, hubungan dengan Kerajaan Balanipa di Mandar dapat membawa  keuntungan darisegi ekonomi atau perdagangan dengan melalui jalur laut.Kata Kunci: Hubungan  I Manyambungi, Kerajaan Balanipa, Tumappa’risi Kallonna ,Kerajaan      Gowa Pada Abad XVI
Perpindahan Karena Perluasan: Masuknya Mangasa dalam Wilayah Kota Makassar 1971 Akhmad Akbar Abdullah; Muh. Saleh Madjid; Muh. Rasyid Ridha
PATTINGALLOANG Vol. 5, No. 3, Desember 2018
Publisher : Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Fakultas Ilmu Sosial

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (81.415 KB) | DOI: 10.26858/pattingalloang.v5i4.9006

Abstract

Tulisan ini berupaya menjelaskan proses perluasan Kotamadya Makassar dari persiapan hingga terjadinya perluasan Kotamadya Makassar sehingga membuat Mangasa yang sebelumnya merupakan bagian dari wilayah Kabupaten Gowa berpindah ke dalam bagian wilayah administratif Kotamadya Makassar, perkembangan Kelurahan Mangasa setelah masuk dalam wilayah administratif Kota Makassar serta kehidupan sosial ekonomi yang terdapat di Kelurahan Mangasa. Berpindahnya daerah Mangasa ke dalam wilayah administratif Kota Makassar yang sebelumnya merupakan bagian dari wilayah Kabupaten Gowa disebabkan karena adanya perluasan Kota Makassar pada tahun 1971. Penelitian ini adalah penelitian dengan pendekatan penelitian historis (Historical Research), yang terdiri atas beberapa tahapan yakni: (1) Heuristik, dengan mengumpulkan arsip terkait data-data perluasan Kotamadya Makassar dari Badan Arsip dan Perpustakaan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan dan buku-buku maupun karya tulis ilmiah yang terkait dengan Kotamadya Makassar dan Mangasa. (2) Kritik atau proses verifikasi keaslian sumber sejarah. (3) Interpretasi atau penafsiran sumber sejarah, dan (4) Historiografi, yakni tahap penulisan sejarah. This simple work attempts to explain the process of expanding the Municipality of Makassar from preparation to the expansion of the Municipality of Makassar so that Mangasa which was previously part of Gowa Regency moved into the administrative area of Makassar Municipality, the development of Mangasa Village after being included in the administrative area of Makassar City and socio-economic life which is found in Mangasa Village. The transfer of the Mangasa area into the administrative area of Makassar City which was previously part of the territory of Gowa Regency was due to the expansion of Makassar City in 1971. This research was a research with historical research approach, consisting of several stages, namely: (1) Heuristics, by collecting archives related to data on the expansion of the Municipality of Makassar from the Archives and Regional Library of South Sulawesi Province and books and scientific papers related to the Municipality of Makassar and Mangasa. (2) Criticism or the process of verifying the authenticity of historical sources. (3) Interpretation or interpretation of historical sources, and (4) Historiography, namely the stage of historical writing.
PERKAWINAN ORANG TIONGHOA DAN ORANG MANDAR (STUDI SEJARAH EMPAT KELUARGA DI WONOMULYO 1990-2012) Yuliana Yuliana; Muh. Saleh Madjid; Ahmadin Ahmadin
PATTINGALLOANG Vol. 2 No. 3 Juli - September 2015
Publisher : Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Fakultas Ilmu Sosial

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (23.905 KB) | DOI: 10.26858/pattingalloang.v2i3.8460

Abstract

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perkawinan antara orang Tionghoa dan orang Mandar  di Kecamatan Wonomulyo dikarenakan adanya keinginan orang Tionghoa untuk membuka suatu usaha sehingga orang Tionghoa melakukan perkawinan terhadap orang Mandar dengan cara mengkolaborasikan antara sistem adat istiadat terhadap perkawinan dan menjalin  hubungan yang baik antara orang Tionghoa dan orang Mandar dalam hubungan Sosial, karena budaya dan kebiasaan yang dilakukan oleh orang Tionghoa sudah sama dengan apa yang dilakukan oleh orang-orang Mandar. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa perkawinan orang Tionghoa dan orang Mandar mengalami sedikit perubahan dalam menjalankan adat istiadat, namun perubahan tersebut tidak menjadi penghalang untuk mereka menjalankan suatu usaha karna mereka juga mendapat respon yang baik oleh masyarakat setempat, sehingga orang Tionghoa dan orang Mandar dapat memajukan usaha yang mereka jalankan dengan saat ini. Kata Kunci: Perkawinan orang Tionghoa dan orang Mandar
Eksistensi Bendung Leko Pancing di Kabupaten Maros 1973-2016 Nurhaidah Yusuf; Muh. Saleh Madjid; Jumadi Sahabuddin
PATTINGALLOANG Vol. 4, No. 3, Desember 2017
Publisher : Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Fakultas Ilmu Sosial

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (225.454 KB) | DOI: 10.26858/pattingalloang.v5i1.7080

Abstract

This Paper discusses Leko Pancing Dam in Maros district (1973-2016) which will be decomposed in several sub-material that is the background of the contruction of Leko Pancing Weir, the  development of Leko Pancing Dam from the beginning of the  development in 1973 until 2016 and the impact of the existence of Weir for the community. The Problem studied in this paper is Leko Pancing Dam located in Maros regency build in Maros District administration area but untilized as raw water source by PDAM Makassar thorough water treatment plant (IPA) Panaikang to fulfill the need of clean water of Makassar City community. The result of research shows that Leko Pancing Dam in Maros Regency development is in the background against the unavailability of surface water in Makassar city which can be used as a sourch of raw water that can be used as if the water source of PDAM Makassar in Panaikang Water Treatment Plant, and in Makassar only has one processing installation water is IPA I Ratulangi with a capacity of 50 liters/second that can not meet the need for clean water Makassar city community. Impact of existence of Leko Pancing Dam which reside in Maros Regency as raw water supply for three water Treatment Plant that is water treatment plant (IPA) II Panaikang, water treatment plant (IPA) III Antang, water treatment plant (IPA) II Pattontongan has benefits so that the need for clean water can be available although it can not be available althoughout the year because during the dry season the water supply from the lute of fishing lute is reducer and other problems such as public complaint that feel the water is less clean and sometimes smelly. Another impact is because water from the weir to the installation uses an open channel then the community uses its water to meet daily needs. This research is descriptive analysis using historis method. Through the stages of heuristics by finding sources related to researce either in the form books, brochures, or visiting the location of research and conduct interviews that have to do with research, the next stage of criticism both in the form of internal criticism and external critism to get historical facts about Leko Pancing weir in Maros district, from these facts which are further interpreted chronologically then presented in a historical writing.
PENAMBANG PASIR DI KELURAHAN BONGKI, KABUPATEN SINJAI (1995-2011) Muhammad Anis; Muh. Saleh Madjid; M. Rasyid Ridha
PATTINGALLOANG Vol. 2 No. 2 April - Juni 2015
Publisher : Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Fakultas Ilmu Sosial

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (23.905 KB) | DOI: 10.26858/pattingalloang.v2i2.8438

Abstract

Hasil penelitian menunjukkan bahwa latar belakang munculnya penambang pasir di Kelurahan Bongki yakni: rendahnya pendapatan ekonomi masyarakat, rendahnya tingkat pendidikan masyarakat, keberadaan sungai tangka, letak wilayah Kelurahan Bongki yang strategis dan besarnya permintaan akan material pasir seiring dengan kemajuan pembangunan di Kabupaten Sinjai. Penambang pasir pada awalnya hanya menggunakan peralatan yang sederhana namun seiring berkembangnya zaman ada juga penambang pasir yang menggunakan peralatan yang bersifat modern dan hal ini pula yang mempengaruhi pendapatanya. Munculnya penambang pasir ternyata mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan menunjang pembangunan infrastruktur di Kabupaten Sinjai yang berdampak pada perubahan lingkungan sosial-ekonomi masyarakat, tetapi hal ini juga memicu terjadinya kerusakan lingkungan. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa  masyarakat Kelurahan Bongki memilih menjadi penambang pasir agar mampu meningkatkan taraf perekonomiannya dan meskipun penambangan pasir yang mereka lakukan tidak memiliki izin, namun tidak serta merta harus melupakan kewajibannya untuk tetap menjaga kelestarian lingkungannya.Kata Kunci: Penambang Pasir, Kelurahan Bongki, Kabupaten Sinjai
Petani Salak di Dusun Banca Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang 1960-2016 Mawaddah Mawaddah; Jumadi Jumadi; Muh. Saleh Madjid
PATTINGALLOANG Vol. 5, No. 3, Desember 2018
Publisher : Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Fakultas Ilmu Sosial

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (109.276 KB) | DOI: 10.26858/pattingalloang.v5i4.9005

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui latar belakang munculnya petani salak di Dusun Banca Kecamatan Baraka, perkembangan petani salak di Dusun Banca Kecamatan Baraka, dan kehidupan sosial ekonomi petani salak di Dusun Banca. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa komoditi salak di Enrekang mulai diperkenalkan di Kalosi oleh Bandu, seorang yang merantau ke Jawa kemudian kembali ke Enrekang. Kemudian Bandu menyebarkan biji salak hasil pertanian salaknya kepada H. Londa, Hamma, Ranni, Sele’, Wa’ Pada’, Tija, dan Satia. Mereka adalah pedagang dari Banca yang saat itu berdagang di Pasar Kalosi. Tahun 1960 H. Londa pertama kali menanam salak di Dusun Banca.  Kemudian terus berkembang di masyarakat dan mengalami puncak perkembangan pada tahun 1982.  Setelah itu perkembangan komoditi salak yang dilihat dari produksi salak di Dusun Banca mengalami pasang surut yang disebabkan beberapa hal seperti faktor cuaca, penambahan lahan baru, dan pergantian lahan pertanian salak ke lahan lainnya. Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa keadaan sosial ekonomi masyarakat di Dusun Banca mengalami pertumbuhan dan perkembangan di berbagai bidang, seperti pendidikan serta berdampak pada peningkatan kesejahtraan hidup. Penelitian ini dilakukan melalui wawancara dan kajian pustaka  dengan menggunakan metode sejarah melalui bebrapa tahapan: heuristik (pengumpulan sumber, kritik sumber, interpretasi, dan historiografi. Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara penelitian lapangan terdiri dari wawancara H. Londa, para petani salak,dan  pedagang salak Kata kunci : Salak, Pertanian, Dusun Banca                            Abstrac This study was intended to know the background of the emergence of salak farmers in Banca hamlet, subdistrict of Baraka, the development of salak farmer in Banca hamlet, subdistrict of Baraka, and the socio-economic life of salak farmer in Banca hamlet. Results from the study indicated that salak in Enrekang started to be introduced in Kalosi by bandu, a traveling member to java and the returned to Enrekang. Then Bandu spread his salak seeds to H. Londa, Hamma, Ranni, Sele’, Wa’on, Tija, and Satia. They are the merchants of Banca who were then trading in the marketplace of Kalosi. In 1960 H. Londa first planted salak in the Banca hamlet. Then they continue to thrive in society and are experiencing the peak of development in 1982. Following this the development of the salak commodity seen in salak production in the Banca hamlet had it was up and down as a result of some such factors as the weather, the increasing of new land, and the change of salak farmland to other land. Based on the results of the study, it can be concluded that the socio-economic conditions of the people in the Banca hamlet have experienced growth and development in various fields, such as education and has resulted in improved well-being of life. The study is conducted through interviews and library studies using historical methods through some of the stages: heuristic, source criticism, interpretation, and historiography. Data collection methods are conducted by a field research of interviews (H. Londa, salak farmers, and salak merchants)Keywords: Salak, Farmer, Banca hamlet. 
Pemukiman Baru Penduduk Liwu Ke Desa Gu-Lakudo 1969-1977 Arwin Arwin; Muh. Rasyid Ridha; Muh. Saleh Madjid
PATTINGALLOANG Vol. 5 No. 2, Agustus 2018
Publisher : Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Fakultas Ilmu Sosial

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (160.917 KB) | DOI: 10.26858/pattingalloang.v5i3.8519

Abstract

Tulisan ini menjelaskan tentang latar belakang pemindahan penduduk Liwu ke Desa Gu Lakudo, proses pemindahan dan dampak dari pemindahan penduduk Liwu ke Desa Gu-Lakudo. Hasil penelitian menunjukkan latar belakang pemindahan penduduk Liwu ke Desa Gu-Lakudo yaitu pada tahun 1969-1977 yang dilakukan oleh pemerintah khususnya pemerintah Kabupaten Buton. Dengan adanya pemindahan tersebut maka seiring dengan berjalannya pemerintahan Desa Gu-Lakudo mengalami perkembangan baik dalam sistem pemerintahan, perkembangan jumlah penduduk dan infrastruktur sosial serta perekonomian yang setiap tahun mengalami peningkatan dari tahun 1969-1977. Dengan adanya perkembangan maka terdapat pula dampak yang ditimbulkan dalam pembetukan Desa yaitu mempercepat pelayanan untuk masyarakat, pembangunan semakin nampak serta kesejahteraan sosial masyarakat semakin meningkat. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa dengan adanya Program Rsettlement Desa: Kajian Tentang Pemindahan Penduduk Liwu ke Desa Gu-Lakudo pada tahun 1969-1977 telah mengalami kemajuan diberbagai bidang seperti sosial, ekonomi, politik dan budaya. Penelitian ini menggunakan metode penelitian sejarah yang terdiri dari empat tahap yaitu heuristic (mencari dan pengumpulan sumber), kritik sumber (kritik ekstern dan kritik intern), interpretasi (penafsiran sumber), dan historiografi (penulisan sejarah). Metote pengumpulan data dilakukan dengan cara melakukan penelitian lapangan (wawancara) dan pustaka.Kata Kunci: Program Resettlement Desa, lakudo, Buton Tengah .  
KABUPATEN SOPPENG PADA MASA PEMERINTAHAN A. SOETOMO (2005-2010) Ahmad Yani; Patahuddin Patahuddin; Muh. Saleh madjid
PATTINGALLOANG Vol. 2 No. 3 Juli - September 2015
Publisher : Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Fakultas Ilmu Sosial

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (23.905 KB) | DOI: 10.26858/pattingalloang.v2i3.8457

Abstract

Hasil penelitian menunjukkan bahwa selama lima tahun pemerintahan A. Soetomo (2005-2010) berhasil dilakukan peningkatan produktivitas pertanian di Tahun 2010 dibandingkan dengan Tahun 2005 khususnya pada tanaman pangan, holtikultura, perkebunan, peternakan, dan kehutanan; peningkatan di bidang pendidikan yang dapat dilihat dari meningkatnya APS (Angka Partisipasi Sekolah) masyarakat Kabupaten Soppeng, peningkatan sarana dan prasarana pendidikan; serta pengadaan fasilitas dan pelayanan kesehatan yang memudahkan akses oleh masyarakat Kabupaten Soppeng. Akhir penelitian menyimpulkan bahwa Kabupaten Soppeng pada masa pemerintahan A. Soetomo mengalami peningkatan dalam berbagai bidang, yakni bidang ekonomi dengan peningkatan ketahanan pangan, pengembangan agribisnis, dan pembangunan pada sumber daya tanaman pangan dan pertanian, di bidang pendidikan terjadi pemerataan dan perluasan kesempatan pendidikan bagi masyarakat, peningkatan mutu dan relevansi pendidikan, penataan sistem management pendidikan, dan peningkatan sarana dan prasarana pendidikan, serta di bidang sosial budaya dengan adanya peningkatan kualitas pendidikan dan kesejahteraan masyarakat. Kata Kunci: Kabupaten Soppeng, Masa Pemerintahan A. Soetomo
Kelompok Tani Tebu Rakyat di Kecamatan Libureng Kabupaten Bone 2006-2016 Andi Suhaeni; Mustari Bosra; Muh. Saleh Madjid
PATTINGALLOANG Vol. 5 No. 2, Agustus 2018
Publisher : Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Fakultas Ilmu Sosial

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (152.861 KB) | DOI: 10.26858/pattingalloang.v5i3.8538

Abstract

Tulisan ini membahas mengenai Kelompok Tani Tebu Rakyat di Kecamatan Libureng Kabupaten Bone (2006-2016) yang akan terurai dalam beberapa submateri yaitu pembentukan kelompok tani, dinamika kelompok tani dan kehidupan sosial ekonomi. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa latar belakang terbentuknya kelompok tani yaitu memanfaatkan peluang berada di wilayah penanaman tebu dan karena keinginan untuk memperbaiki kondisi sosial ekonomi masyarakat. Kelompok Tani Tebu Rakyat di Kecamatan Libureng pertama kali terbentuk pada tahun 2006, usaha ini merupakan usaha yang cukup menjanjikan meskipun hanya merupakan pekerjaan sampingan. Meskipun kelompok tani mengalami pasang surut dalam pengolahan tebu namun itu hanya merupakan suatu tantangan dalam bertani dan tetap bertahan untuk memenuhi kebutuhan ekonomi. Dalam bidang sosial terjalin kerjasama antar petani yag dididukung oleh pembentukan kelompok tani. Dalam bidang ekonomi usaha pengolahan tebu cukup membantu pendapatan petani untuk memenuhi kebutuhannya. Jenis penelitian ini adalah penelitian Kualitatif. Penelitian ini dilakukan melalui wawancara dan kajian pustaka dengan menggunakan metode sejarah melalui beberapa tahapan yaitu, heuristik (pengumpulan sumber), kritik sumber, interpretasi, dna historiografi.Kata Kunci: Kelompok Tani, Tebu, Kecamatan Libureng