Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

TEMPAT PERINDUKAN NYAMUK Aedes sp. PADA SEKOLAH DASAR DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PONOROGO UTARA KABUPATEN PONOROGO Tuhu Pinardi; Vincentius Supriyono; Mujiono .
GEMA LINGKUNGAN KESEHATAN Vol 13, No 2 (2015): Gema Kesehatan Lingkungan
Publisher : Poltekkes Kemenkes Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36568/kesling.v13i2.93

Abstract

Wilayah kerja Puskesmas Ponorogo Utara setiap tahunnya terdapat pasien DBD dengan jumlahpenderita terbanyak berumur 5-14 tahun. Penderita terbanyak adalah anak-anak Sekolah Dasaryang biasanya berumur 6-13 tahun. Sehingga anak-anak sekolah dasar lebih rentan terkenapenyakit DBD. Nyamuk Aedes aegypti dan  Aedes albopictus merupakan nyamuk yang menggigitpada siang hari. Kemungkinan besar anak-anak tertular penyakit DBD di lingkungan sekolah karenapada siang hari waktu mereka dihabiskan di sekolah. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahuikarakteristik tempat perindukan nyamuk Aedes aegypti dan  Aedes albopictus pada Sekolah Dasardi Wilayah Kerja Puskesmas Ponorogo Utara Kabupaten Ponorogo tahun 2013.Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif. Data dikumpulkan secarasistematis pada saat penelitian dilaksanakan. Populasi dalam penelitian ini adalah semua SekolahDasar yang berjumlah 22 Sekolah Dasar (SD). Data dalam penelitian ini yaitu dianalisis secaradeskriptif dikaitkan dengan teori-teori yang ada.Hasil penelitian menunjukkan bahwa nyamuk Aedes lebih suka berkembang biak di kontainer yang berisi air yang  bersih yaitu bak mandi berbahan gelas atau keramik, tidak tertutup dan berwarna gelap. Angka Container Index (CI) sebesar 21,1 % jika dibandingkan dengan standar Container Index (CI) berarti risiko penularan tinggi karena ≥ 15 %, angka House Index (HI) adalah 59,1 %jika dibandingkan dengan standar House Index (HI) berarti risiko penularan tinggi karena ≥ 38 %.Untuk itu disarankansetiap Sekolah Dasar memperhatikan lingkungan sekitar sekolah khususnyapada kontainer-kontainer penampungan air yang dapat mendukung berkembangbiaknya vektorDemam Berdarah juga untuk dinas kesehatan agar dapat mengaktifkan petugas kesehatan dalamupaya penyuluhan, pengendalian vektor penyakit.
PENYEHATAN MAKANAN MIE BASAH PADA PEDAGANG DI PASAR KAWAK KOTA MADIUN Frida Hendrarinata; Vincentius Supriyono; Denok Indraswati
GEMA LINGKUNGAN KESEHATAN Vol 13, No 3 (2015): Gema Kesehatan Lingkungan
Publisher : Poltekkes Kemenkes Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36568/kesling.v13i3.105

Abstract

Mie adalah produk pangan yang terbuat dari tepung terigu dengan atau tanpa penambahan bahan pangan lain berbentuk khas mie. Makanan ini sangat digemari mulai dari anakanakhingga dewasa. Untuk mengurangi kerugian karena mie tersebut tidak layak untukdikonsumsi lagi, maka pedagang menambahkan zat-zat kimia berbahaya sepertiformaldehid/formalin. Jenis penelitian ini adalah deskriptif yaitu mengumpulkan semua data kemudiandideskripsikan. Pengumpulan data dimulai dari data tentang perilaku penjual mie basah khususnyapada saat proses pengolahan dan penyimpanan, identifikasi dari aspek organoleptik danpemeriksaan laboratorium terhadap kandungan formalin pada mie basah. Berdasarkan hasil penelitian, perilaku pedagang A diperoleh hasil dengan nilai 24,6kategori kurang dan pada pedagang B diperoleh hasil dengan nilai 34  kategori kurang. Untuk hasilpemeriksaan formalin, diketahui jumlah kadar formalin pada pedagang A sebanyak 0,45 mg/lt danpada pedagang B sebanyak 0,80 mg/lt dengan rata-rata kadar formalin sebesar 0,625 mg/lt. Dari hasil pengamatan organoleptik dapat disimpulkan bahwa mie basah tersebut tidak layak untuk di konsumsi, karena aroma mie basah sedikit berbau formalin dan teksturnya kenyal. Disarankan kepada masyarakat untuk lebih berhati-hati dalam memilih makanan yang baik terutamamie basah, hindari mie basah yang bertekstur kenyal dan berbau formalin.
Faktor Risiko Keluhan Subjektif Kejadian Keracunan Petani Sayur di Desa Plaosan Kabupaten Magetan Dwi Nurcahyo; Vincentius Supriyono; Aries Prasetyo; Sujangi
Jurnal Higiene Sanitasi Vol. 3 No. 1 (2023): April
Publisher : Jurusan Kesehatan Lingkungan Poltekkes Kemenkes Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36568/hisan.v3i1.62

Abstract

Chemicals and other materials in the form of jasad renik and viruses are used to prevent or eradicate pests that can damage plants. They are usually called pesticides. Some plants or agricultural products that stimulate plant growth kill some plants without fertiliser and prevent unwanted growth. Severe poisoning refers to low-level long-term effects or exposure to toxic substances, such as frequent spraying of pesticides during dangerous spraying times. The effects of chronic exposure do not appear immediately after the first exposure; it takes a long time for symptoms to appear. Plaosan is one of the villages and sub-districts in Magetan district where part of the population works as vegetable farmers. The population in Plaosan village is 5,678 people spread over 5 hamlets, namely Gulun, Duwet, Kauman, Sale, and Kandenan. To increase optimal agricultural yields, farmers in agricultural intensification usually use pesticides. Pesticides continue to accumulate in the body and slowly damage the tissues. People who are frequently exposed to this pesticide at low doses may suffer from symptoms of poisoning long after their initial exposure. Chronic symptoms include chronic oral inhalation poisoning and chronic skin contact. This research uses a descriptive type of research. Descriptive research is a study that describes the magnitude of the problem under study. Descriptive research is research with the main objective of making an objective picture or description of a situation. This study aims to determine the risk factors for subjective complaints of pesticide poisoning of vegetable farmers in the work area of the Plaosan Health Centre in terms of individual factors, behaviour, environment, and pesticide use. The results of this study regarding the risk factors of subjective complaints All farmers experienced complaints of severe, moderate, and mild health complaints, including headaches, dizziness, nausea, vomiting, a weak body, nervousness, trembling, blurred vision, sweating a lot, a fast heart rate, and difficulty breathing.