Abdullah Syarief Mukhtar
Puslitbang Hutan

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

PENGARUH PERAMBAHAN TERHADAP VEGETASI DAN SATWALIAR DI TAMAN NASIONAL RAWA AOPA WATUMOHAI, PROVINSI SULAWESI TENGGARA Hendra Gunawan; Abdullah Syarief Mukhtar
Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam Vol 2, No 5 (2005): Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jphka.2005.2.5.449-459

Abstract

Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai (TNRAW) sedang  mengalami  tekanan akibat perambahan hutan. Perambahan  ini mengakibatkan rusaknya sampai hilangnya habitat yang menyebabkan menurunnya sampai  hilangnya  satwa di habitat  tersebut.  Penelitian  ini bertujuan  untuk  mengetahui  pengaruh perambahan hutan terhadap vegetasi dan satwaliar di TNRAW.  Vegetasi dipelajari melalui analisis garis berpetak, mamalia dan reptilia diamatai dengan metode transek sedangkan burung diobservasi dengan metode IPA.  Hasil penelitian ini menemukan bahwa perarnbahan menyebabkan terganggunya sampai berubahnya ekosistem mikro akibat berubahnya struktur dan komposis isampai hilangnya vegetasi. Perambahan juga menyebabkan berkurangnya sampai hilangnya ruang, pakan, tempat berlindung, dan tempat beraktivitas sosial. Pengaruh perambahan hutan yang diterima oleh populasi  satwaliar antara lain menurunnya populasi, terganggunya kesehatan, migrasi, meningkatnya persaingan,perubahan perilaku, perubahan kebiasaan makan dan jenis makanan, dan terganggunya proses reproduksi. Satwa yang paling berat menerima pengaruh perambahan merupakan jenis-jenis dilindungi yaitu anoa (Buba/us depressicornis), rusa (Cervus  timorensis), monyet digo(Macacaochreata),  dan kuskus beruang (Phalangerursinus). Perarnbahan menyebabkan terganggunya sampai berubahnya ekosistem mikro akibat berubahnya struktur dan komposisi sampai hilangnya vegetasi. Perambahan juga menyebabkan berkurangnya sampai hilangnya ruang, pakan, tempat berlindung, dan tempat beraktivitas sosial. Pengaruh perambahan hutan yang diterima oleh populasisatwaliar antara lain menurunnya populasi, terganggunya kesehatan, migrasi, meningkatnya persaingan,perubahan perilaku, perubahan kebiasaan makan dan jenis makanan, dan terganggunya proses reproduksi. Satwa yang paling berat menerima pengaruh perambahan merupakan jenis-jenis dilindungi yaitu anoa (Buba/us depressicornis), rusa (Cervus  timorensis), monyet digo  (Macacaochreata)  dan kuskus beruang (Phalangerursinus).
KRITERIA DAN INDIKATORPENETAPAN ZONASI TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH Rozza Tri Kwatrina; Abdullah Syarief Mukhtar
Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam Vol 3, No 5 (2006): Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jphka.2006.3.5.585-606

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan rumusan kriteria dan indikator yang tepat dalam penetapan zonasi Taman Nasional  Bukit Tigapuluh (TNBT), berdasarkan parameter fisik, biotik, dan sosial ekonomi, sehingga bisa menjadi dasar bagi pengelolaan TNBT selanjutnya. Data yang dikumpulkan meliputi data kondisi fisik, biotik, dan kondisi sosial ekonomi masyarakat. Kondisi vegetasi diperoleh melalui analisis vegetasi pada setiap zona, sedangkan pengamatan  satwaliar dilakukan dengan metode perjumpaan pada kelas aves, mamalia, dan primata. Pengumpulan data sosial ekonomi dilakukan dengan penyebaran kuesioner pada responden sebanyak 66  responden  yang ada di zona penyangga dan tradisional TNBT. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis tumbuhan pada zona-zona yang diamati  mempunyai indeks keanekaragaman  jenis tumbuhan secara keseluruhan berkisar antara 2,17 sampai dengan 3,71 Terdapat 17 jenis aves, 11   jenis mamalia, dan enam jenis primata yang dijumpai di zona-zona tersebut. Kegiatan perekonomian masyarakat terutama berupa usaha pertanian ekstensif dan pemungutan hasil hutan. Empat kriteria zona  TNBT telah sesuai dengan kriteria yang dimaksudkan dalam Peraturan Pemerintah No. 68 Tahun 1998 tentang Kawasan Suaka Alam dan  Kawasan Pelestarian Alam yaitu zona inti, zona rimba, zona pemanfaatan intensif, dan daerah penyangga. Usulan indikator untuk masing-masing zona adalah zona inti sebanyak 13 indikator, zona rimba lima indikator, zona pemanfaatan intensif lima indikator, zona pemanfaatan tradisional 10 indikator, zona rehabilitasi lima indikator, dan daerah penyangga sebanyak 13 indikator.
POPULASI DAN DAYA DUKUNG HABITAT RUSA DAN BIAWAK DI TAMAN NASIONAL UJUNG KULON Abdullah Syarief Mukhtar
Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam Vol 1, No 1 (2004): Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jphka.2004.1.1.1-13

Abstract

Tujuan penelitian  ini adalah mendapatkan  data dan informasi populasi  dan daya dukung habitat  rusa ( Cervus timorensis Blainville) dan biawak (Varanus salvatori Cumingi) di Pulau Peucang Taman Nasional (TN) Ujung Kulon Provinsi  Banten.  Metode yang digunakan   adalah metode Transek  Garis  dengan Iebar transek yaitu kiri kanan garis 50 m.  Hasil penelitian menunjukkan populasi  rusa di P. Peucang berkisar  antara 271 ekor (tahun 2001) -  308 ekor (tahun 2000). Fluktuasi ini disebabkan  dua faktor yaitu pertama : emigrasi yaitu selama pengamatan dijumpai beberapa kelompok rusa dewasa menyeberang ke pantai Ujung Kulon  daratan P. Jawa,  dan kedua :  faktor kematian  akibat usia yang terlalu tua dari kelompok  rusa dewasa dan penyakit dari kelompok kelas umur bayi/anak.  Populasi rusa tahun 200 t sebanyak 271 ekor terdiri dari kelas umur dewasa 131 ekor (betina 104 ekor dan jantan 27 ekor), kelas umur remaja 63 ekor (betina 46 ekor dan jantan  17 ekor) dan kelas umur anak/bayi 77 ekor (betina 56 ekor dan jantan  21 ekor). Habitat rusa di P. Peucang dari dua tipe komunitas (mangrove,  pantai,  dan dataran rendah) berupa padang rumput, hutan mangrove, hutan pantai, dan hutan dataran rendah (I 0-30 m dpl).  Daya dukung habitat rusa ~· Peucang pada musim huja~ 337 ekor, dan pada musim ini populasi rusa dalam dua kali ~e~gamata~ yaitu antara 2~ 1-308 ekor, ma~t~ dal~m kondisi di bawah daya dukung maksimum. Populasi biawak di P. Peucang sekitar 55 ekor terdiri dari kelompok umur dewasa  46 ekor (betina 36 ekor dan jantan  10 ekor), remaja 7 ekor (betina 5 ekor dan jantan  2 ekor) dan anak 2 ekor (betina). Daya dukung biawak setara dengan kerapatan  populasi optimum yaitu O, 13 ekor per ha.
STRATEGI PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN ZONA PENYANGGA TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH Wanda Kuswanda; Abdullah Syarief Mukhtar
Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam Vol 3, No 5 (2006): Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jphka.2006.3.5.491-504

Abstract

Pengelolaan zona penyangga Taman Nasional Bukit Tigapuluh (TNBT) belum optimal karena kurangnya koordinasi dan sosialisasi antar lembaga terkait. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan  informasi tentang faktor penghambat utama dan strategi untuk mengembangkan kelembagaan dalam pengelolaan sumberdaya alam di zona penyangga TNBT. Pengumpulan data dilakukan melalui kuesioner untuk masyarakat dan stakeholder. emua penilaian responden diolah dengan sistem Analytic Hierarchy Process (AHP)menggunakan program expert choice dan Microsoft Excel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor penghambat utama adalah kurang jelasnya batas dan fungsi zona penyangga (nilai  =  0,357, artinya 35,7% ha] tersebut dinilai sebagai penghambat pengembangan kelembagaan zona penyangga) dan tingkat ekonomi dan peranserta masyarakat yang masih rendah (0,289). Altematif strategi untuk mengembangkan kelembagaan adalah pembinaan dan pemberdayaan berbagai stakeholder terkait (0,436), penataan kembali status dan peruntukan lahan untuk kawasan lindung dan budidaya di daerah penyangga (0,323), dan menciptakan kesempatan usaha pada masyarakat (0,241). Program yang dapat dikembangkan di antaranya adalah mendayagunakan Badan Pengelola Multi Stakeholder (BPMS), meningkatkan kapasitas dan wawasan sumberdaya manusia, rasionalisasi batas kawasan dan zonasi TNBT.