Wanda Kuswanda
Balai Penelitian dan Pengembangan Lingkungan Hidup dan Kehutanan Aek Nauli

Published : 10 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search

NILAI EKONOMI JASA LINGKUNGAN HUTAN MANGROVE DI SUAKA MARGASATWA KARANG GADING Sriyanti Puspita Barus; Wanda Kuswanda
Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam Vol 13, No 1 (2016): Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jphka.2016.13.1.29-41

Abstract

ABSTRACTThe aim of this research was to quantify the economic value of mangrove forest environment services as the carbon stock, wildlife habitat, and abrasion prevention at Karang Gading Game Reserve (KGGR), North Sumatera. The research was conducted for eight months from April to November 2013. Plant biomass was assessed in 60 of 100 m2plots for trees, saplings, and seedlings. A suitable allometric model for local attributes was applied to calculate biomass and carbon storage. Contingent Valuation Method/CVM based on completed questionnaires from communities in three villages was used to calculate the benefit economic value. The results showed that the average value of Above Ground Carbon and Below-Ground Carbon storages were 63.777 mg/ha and 14.031 mg/ha respectively. The economic value of carbon sequestration in mangrove forests was IDR 83,187,215,641. Meanwhile, the average economic value of wildlife habitat and abrasion prevention was 3,211,074,666 and IDR 6,369,743,333 respectively. Therefore, the total economic value of environment services for mangrove forests was about IDR 92,768,033,640.Key words: Economic, environmental services, Karang Gading Game Reserve, mangrove.ABSTRAKPenelitian bertujuan untuk menghitung nilai ekonomi jasa lingkungan hutan mangrove sebagai penyimpan karbon, habitat satwaliar dan pencegah abrasi pada Suaka Margasatwa Karang Gading (SMKG), Kabupaten Langkat, Sumatera Utara. Penelitian dilakukan selama 8 bulan dari April sampai November 2013. Pengukuran biomassa tumbuhan (meliputi tingkat pohon, belta dan semai) dilakukan pada 60 plot, masingmasing berukuran 100 m2. Penghitungan biomassa dan simpanan karbon dilakukan berdasarkan persamaan allometrik yang sesuai dengan karakteristik lokasi. Penghitungan nilai ekonomi manfaat keberadaan hutan mangrove menggunakan metode Contingent Valuation Method (CVM) berdasarkan isian kuisioner masyarakat di 3 desa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai rata-rata simpanan karbon di atas permukaan tanah Above Ground Carbon (AGC) sebesar 63,777 mg/ha sedangkan Below Ground Carbon (BGC) sebesar 14,031 mg/ha. Nilai ekonomi simpanan karbon hutan mangrove SMKG sebesar Rp 83.187.215.641,-. Rata-rata nilai ekonomi hutan mangrove SMKG sebagai habitat satwaliar sebesar Rp 3.211.074.666,- dan sebagai pencegah abrasi sebesar Rp 6.369.743.333,-. Total nilai ekonomi jasa lingkungan hutan mangrove di SMKG untuk saat ini adalah sebesar Rp 92.768.033.640.Kata kunci: Jasa lingkungan, mangrove, nilai ekonomi, Suaka Margasatwa Karang Gading.
POTENSI HABITAT DAN PENDUGAAN POPULASI ORANGUTAN (Pango abelii Lesson 1827) DICAGAR ALAM DOLOK SIBUAL-BUALI SUMATERA UTARA Wanda Kuswanda; Sugiarti Sugiarti
Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam Vol 2, No 6 (2005): Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jphka.2005.2.6.555-556

Abstract

Orang utan termasuk satwaliar yang terancam punah pada habitat alaminya. Fragmentasi dan kerusakan habitat menjadi penyebab utama menurunnya populasi dan distribusi orangutan liar. Cagar alam dolok Sibual-buali adalah salah satu areal konservasi sebagai habitat alami orang utan di Sumatera Utara. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi habitat dasn pendugaan populasi orangutan sebagai bahan acuan dalam pengelolaan cagar alam dan konservasi orang utan Sumatera. Pengamatan dilakukan pada dua areal penelitian, yaitu wilayah barat (Ack Nahara) dan Wilayah timur (Sialaman). Analisi vegetasi untuk mengetahui potensi habitat menggunakan metode garis transek yang dibuat sebanyak 10 petak contoh berukuran 20mx20m dengan jaraj anatar petak contoh 50 meter. Hasil analisis vegetasi tumbuhan yang ditemukan dikelompokan dalam sumber pakan dans ebagai pohon sarang orangutan. Pendugaan populasi dilakukan secara tidak langsung  berdasarkan penemuan sarang. Hasil Penelitian wilayah barat diperoleh sebanyak 53 jenis tumbuhan dan wilayah timur 39 jenis dimana 36 jenis diidentifikasi sebagai sumber  pakan orang utan. Jenis tumbuhan yang mendominasi aslaha medang nangka (Eleaocarpus obtusu), hau dolok (Eugenis sp), dan hoteng (Quercus maingayi) tumbuhan. Berdasarkan indeks kesamaan Jaccarad dan Sorensen menujukan bahwa kondisi habitat antara kedua wilayah penelitian tidak sama. Nilai dugaan kepdatan populasi berdasarkan penemuan sarang diwilayah barat sebesar 0,791 ekor/km2 dan Wilayah timur sebesar 0,271 ekor/km2.
POLA PEMANFAATAN LAHAN MASYARAKAT DI DARRAH PENYANGGA TAMAN NASIONAL BUKITTIGAPULUH, PROVINSI JAMBI Wanda Kuswanda
Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam Vol 3, No 3 (2006): Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jphka.2006.3.3.249-258

Abstract

lnformasi  pemanfaatan lahan oleh masyarakat  lokal merupakan  aspek penting  yang  harus diketahui di dalam menyusun rencana pengelolaan zona  penyangga di  taman  nasional.  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kepemilikan dan pola pernanfaatan lahan di Zona Penyangga Taman Nasional Bukit  Tigapuluh. Data  dikurnpulkan melalui   penyebaran kuesioner, wawancara, dan pengamatan secara deskriptif,   selanjutnya dianalisis  secara kuantitatif  menggunakan  tabel frekuensi.  Masyarakat  di  lokasi  penelitian (Desa Lubuk Kambing dan Sungai   Rotan)  secara  umum  menggarap lahan pribadi/hak milik dengan luas  rata-rata  sekitar 3 ha/responden yang berasal  dan rnembuka hutan   35%, warisan orang  tua 8,33 % dan lainnya. Pemanfaatan lahan oleh   masyarakat  lokal untuk areal perkebunan, pertanian (ladang dan  sawah) dan  keperluan  lainnya (pekarangan rumah dan jalan). Hasil   pengelolaan  lahan  dimanfaatkan untuk dijual   (48,33%) dan  dikonsumsi (20%).
STRATEGI PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN ZONA PENYANGGA TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH Wanda Kuswanda; Abdullah Syarief Mukhtar
Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam Vol 3, No 5 (2006): Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jphka.2006.3.5.491-504

Abstract

Pengelolaan zona penyangga Taman Nasional Bukit Tigapuluh (TNBT) belum optimal karena kurangnya koordinasi dan sosialisasi antar lembaga terkait. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan  informasi tentang faktor penghambat utama dan strategi untuk mengembangkan kelembagaan dalam pengelolaan sumberdaya alam di zona penyangga TNBT. Pengumpulan data dilakukan melalui kuesioner untuk masyarakat dan stakeholder. emua penilaian responden diolah dengan sistem Analytic Hierarchy Process (AHP)menggunakan program expert choice dan Microsoft Excel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor penghambat utama adalah kurang jelasnya batas dan fungsi zona penyangga (nilai  =  0,357, artinya 35,7% ha] tersebut dinilai sebagai penghambat pengembangan kelembagaan zona penyangga) dan tingkat ekonomi dan peranserta masyarakat yang masih rendah (0,289). Altematif strategi untuk mengembangkan kelembagaan adalah pembinaan dan pemberdayaan berbagai stakeholder terkait (0,436), penataan kembali status dan peruntukan lahan untuk kawasan lindung dan budidaya di daerah penyangga (0,323), dan menciptakan kesempatan usaha pada masyarakat (0,241). Program yang dapat dikembangkan di antaranya adalah mendayagunakan Badan Pengelola Multi Stakeholder (BPMS), meningkatkan kapasitas dan wawasan sumberdaya manusia, rasionalisasi batas kawasan dan zonasi TNBT.
AKTIVITAS HARIAN ORANG HUTAN LIAR (Pongo abelii Lesson 1827) DI CAGAR ALAM DOLOK SIBUAL-BUALI, SUMATERA UTARA Wanda Kuswanda; Sugiarti Sugiarti
Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam Vol 2, No 6 (2005): Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jphka.2005.2.6.567-579

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengatahui berbagai aktifitas harian urangutan liar (pongo obelii lesson1827) menurut kelas umur sebagai bahan acuan dalam pengelolaan cagar alam dan konservasi orang utan sumatra. pengumpulan data aktifitas harian orangutan menggunakan metode focal animal sampling yang di bagi pada tiga periode waktu pengamatan, yaitu pagi hari (06.00-10.00 WIB), siang hari (>10.00-14.00WIB)` dan sore hari (>14.00-18.00 WIB). Aktifitas yang diamati dibatasi pada aktifitas makan, bergerak, istirahat, sosial, dan membuat serang. pada pagi hari alokasi penggunaan waktu aktifitas aktifitas harian orangutan paling banyak digunakan untuk makan, sebesar 34,31 % dengan frekuensi tertinggi pada betina dewasa;siang hari untuk aktifitas sosial,sebesar 42,36 % dengan aktifitas tertinggi pada; dan sore hari untuk aktifitas bergerak, sebesar 34,03% dengan frekuensi aktifitas tertinggi pada jantan dewasa. Sinaga (1992) menyatakan bahwa aktifitas harian orangutan secara umum digunakan untuk makan, bergerak, dan membuat sarang. Alokasi penggunaan waktu pada aktifitas harian orangutan berhubungan dengan kelas umurnya sedangkan frekuensi aktifitas harian tidak berhubungan dengan kelas umur orangutan.
POTENSI DAN PEMANFAATAN SUMBERDAYA HUTAN DI DAERAH PENYANGGA TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH, PROVINSI JAMBI Wanda Kuswanda; Sugiarti Sugiarti
Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam Vol 2, No 6 (2005): Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jphka.2005.2.6.597-608

Abstract

Daerah Penyangga Nasional Bukit Tigapuluh (TNBT) memiliki beragam potensi sumberdaya hutan seperti hasil hutan kayu, non kayu, dan satwa liar. Masyarakat memanfaatkan sumber daya hutan tersebut untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang potensi dan pemanfaatan sumberdaya hutan oleh masyarakat. Pengumpulan data pemanfaatan sumberdaya hutan menggunakan metode wawancara dan penyebaran kuisioner, potensi hasil hutan (kayu dan non kayu) berdasarkan metode garis berpetak dan satwaliar dengan metode transek garis. Hasil penelitian menunjukan bahwa jenis pohon penghasil kayu yang di manfaatkan oleh masyarakat hanya teridentifikasi 21 jenis, non kayu 18 jenis,satwaliar 30 jenis. Nilai keanekaragaman jenis (H') sumberdaya hutan sebesar 2,07 yang berarti hutan di daerah penyangga dalam kondisi tidak stabil. Masyarakat memanfaatkan sumberdaya hutan untuk bahan bangunan, kayu bakar, makanan, dan dijual. Sumberdaya hutan yang selalu dimanfaatkan masyarakat adalaj meranti (Shorea sp.), (litsea sp.), durian (durio zibethinus), rotan (Calamus manan), jengkol (Archidendron pauciflorum), Jernang (deamonorops draco), dan rusa (Cervus unicolor).
POTENSI MASYARAKAT DAN PERANAN KELEMBAGAAN DI ZONA PENYANGGA TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH Wanda Kuswanda; Abdullah Syarief Mukhtar
Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam Vol 3, No 4 (2006): Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jphka.2006.3.4.459-475

Abstract

Keberadaan masyarakat  di sekitar zona penyangga akan mempunyai   interaksi dan berpengaruh terhadap Taman Nasional Bukit Tigapuluh   (TNBT). Penelitian ini bertujuan untuk rnendapatkan informasi tentang potensi (karakteristik, persepsi, dan interaksi)  masyarakat dan peranan kelembagaan dalam pengelolaan zona penyangga TNBT. Pengumpulan   data dilakukan melalui kuesioner  dan wawancara  dengan masyarakat   dan stakeholder terkait yang dianalisis dengan tabel  frekuensi dan  sistem Analytic Hierarchy Process (AHP). Karakteristik masyarakat sebagian besar merupakan penduduk asli, suku  Melayu, beragama   Islam, dan bekerja sebagai  petani.  Persepsi  masyarakat  tergolong  positif  meskipun   interaksi  terhadap kawasan TNBT masih cukup tinggi,  Peranan  kelembagaan  dalam penataan batas dan ruang serta perlindungan taman nasional merupakan  prioritas program  Balai TNBT  (nilai  = 0,339 dan 0,421, artinya  33,9% dan  42,1% hal tersebut dinilai  responden sebagai peranan Balai TNBT), peningkatan sumberdaya   manusia dan ekonomi  sebagai prioritas lernbaga masyarakat lokal (0,462), dan pemantauan pengelolaan daerah penyangga sebagai  prioritas Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)(0,315). Program   pernberdayaan lembaga masyarakat  lokal  dapat dilakukan dengan   membuat kebijakan yang berorientasi  pada kepentingan  rnasyarakat,   pelatihan, dan memberikan  bantuan  modal.
Characteristic and Diversity Vegetation of Bukit Tiga Puluh National Park as Dietary Sources for Reintroduced Sumatran Orang Utan (Pongo abelii Lesson) Wanda Kuswanda; Sriyanti P. Barus
Buletin Plasma Nutfah Vol 25, No 1 (2019): June
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/blpn.v25n1.2019.p63-76

Abstract

The population of Sumatran orang utan in natural habitat has been declined and threatened with extinction. The orang utanreintroduction program is expected to increase breeding and population in nature. This study aimed to analyze the important value index of vegetation as well as the diversity and abundance species of Bukit Tiga Puluh National Park (BTNP) as dietary sources for reintroduced Sumatran orang utan. The research was conducted during two years from 2015 to 2016. The data collection for flora characteristics is done through the vegetation analysis with strip transects method. Plots were selected by stratification method based on the resort management and the land cover, like primary and secondary forests. Total flora species on a plot of 2.8 ha were identified about 301 species. The highest variation found in Suo-Suo Resort (139 species) and the lowest in Talang Lakat  Resort (82 species). The dominant species have been found were Eugenia grandiflora O. Berg, Macaranga lowii King ex Hook.f., Shore iliginosa Foxw., and Tarrietia rubiginosa Kostern. Vegetation chararacteristic to be identified were tree density of 350-552.5 individuals/ha, species diversity index of 2.86-4.19, and abundance index of 32.1087.35. It also identified that vegetation characteristic among resort and land cover were different (p <0.05). Moreover, there were about 110 species of tree plants including of 31 families that found as dietary sources for orang utan and leaves became the highest plant parts which consumed by orang utans (41.8%) compared to other parts. Based on area size, ecosystem types as well as vegetation composition and variation, BTNP may support the increasing population of orang utans. However, there needs to be considered that other aspects such as high human activity within the conservation area, particularly by Talang Mamak tribe communities, may cause unsuccessful achievement on reintroduction program of orang utan.
Daya Dukung dan Pertumbuhan Populasi Siamang (Hylobates syndactylus Raffles, 1821) di Cagar Alam Dolok Sipirok, Sumatera Utara Wanda Kuswanda; R. Garsetiasih
Buletin Plasma Nutfah Vol 22, No 1 (2016): June
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/blpn.v22n1.2016.p67-80

Abstract

Kawasan Cagar Alam (CA) Dolok Sipirok merupakan habitat yang diperkirakan masih mampu mendukung pertumbuhan populasi siamang (Hylobates syndactylus). Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang daya dukung habitat dan model pertumbuhan populasi siamang di CA. Dolok Sipirok, Sumatera Utara.  Penelitian dilaksanakan pada hutan primer dan sekunder, mulai dari bulan Maret sampai November 2012. Pengumpulan data produktivitas pakan menggunakan penampung serasah (litter trap) sebanyak 30 buah, pengamatan buah secara search sampling pada plot seluas 6 ha dan telaah literatur untuk data pertumbuhan populasi.  Analisis data menggunakan persamaan pendugaan produktivitas,  regresi linier, persamaan daya dukung habitat, dan model pertumbuhan logistik.  Hasil penelitian menunjukan bahwa rata-rata produktivitas daun di hutan sekunder dan hutan primer berdasarkan hasil pengukuran adalah sebesar  10,4 kg/ha/hari (BB) atau 6,3 kg/ha/hari (BK).  Nilai produktivitas buah (mempertimbangkan musim berbuah) rata-rata berkisar antara  6,9 kg/ha per hari (BB) dan rata-rata sebesar  3,2 kg/ha per hari  (BK).  Nilai dugaan daya dukung antara 579 – 2.249 individu sehingga kondisinya saat ini belum termanfaat secara optimal oleh siamang. Populasi siamang akan mencapai kondisi stabil pada 200 tahun apabila tidak ada perubahan habitat secara drastis di sekitar Kawasan CA. Dolok Sipirok.
Keanekaragaman dan Penetapan “Umbrella Species” Satwa liar Di Taman Nasional Gunung Leuser Wanda Kuswanda; Sriyanti Puspita Barus
Jurnal Penelitian Kehutanan Wallacea Vol. 6 No. 2 (2017)
Publisher : Foresty Faculty of Hasanuddin University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1145.348 KB) | DOI: 10.18330/jwallacea.2017.vol6iss2pp113-123

Abstract

The determination of ‘umbrella species’ in the wildlife conservation implementation is very important to be effective and directed. This study was aimed to obtain information wildlife diversity (primates and terrestrial mammals) and ‘umbrella species’ on various type of habitats to support conservation programs in the Gunung Leuser National Park (GLNP), of Besitang Watershed, North Sumatera. The research was carried for six months, from May to October 2015. The observation was made using combination of variable circular plot and strip transect methods. Determination of 'umbrella species' is done through valuating by referring to the Department of Forestry criterias (2008). Primate were identified about 6 species and terrestrial mammal of 16 species. Primate and mammal diversity index are with the category of low to moderate with abudance index between 5.60-15.32. Based onassessment criteria and consideration to high conflict potential show that ‘umbrella species’ are elephant (Elephas maximus sumatranus Temminck, 1847). The wildlife conservation implications are recommended, such as to the elephants around GLNP, i.e to increase research wildlife distribution and population, habitat protection and population pockets, to develop a database and monitoring with geographic information systems (GIS), the minimization a hunting and law enforcement as well as mitigation wildlife conflicts, such as elephants and orangutans.