Agus P. Kartono
Departemen Konservasi Biodiversitas Tropika Fakultas Kehutanan, Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor Jl. Raya Darmaga, Kampus IPB Darmaga Bogor 16680; Telp. 0251-8628448/8622961

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

SEBARAN POPULASI DAN SELEKSI HABITAT MACAN TUTUL JAWA, Panthera pardus melas Cuvier 1809 DI PROVINSI JAWA TENGAH Hendra Gunawan; Lilik B. Prasetyo; Ani Mardiastuti; Agus P. Kartono
Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam Vol 9, No 4 (2012): Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jphka.2012.9.4.323-339

Abstract

Lebih dari dua dekade sebaran macan tutul jawa di Jawa Tengah tidak termonitor.  Dengan laju deforestasi yang cukup tinggi dikhawatirkan sebaran populasi macan tutul jawa di provinsi ini telah banyak berkurang dan terjadi kepunahan di beberapa lokasi.  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sebaran populasi dan seleksi habitat macan tutul jawa di Provinsi Jawa Tengah.   Pengumpulan data keberadaan macan tutul dilakukan melalui kuesioner, wawancara, dan pengecekan lapangan untuk mencatat pposisi GPS macan tutul. Titik-titik GPS lokasi macan tutul diplotkan ke peta kawasan hutan Provinsi Jawa Tengah.  Penghitungan indeks seleksi habitat menggunakan rumus indeks Neu.  Penelitian ini menemukan 48 titik lokasi macan tutul yang tersebar di lima tipe hutan yaitu di hutan pinus (43,8%), hutan jati (27,1%), hutan  alam pegunungan (14,5%), hutan tanaman campuran (8,3%), dan hutan alam dataran rendah (6,3%). Daerah sebaran macan tutul jawa meliputi ketinggian 0 m hingga lebih dari 1.000 m di atas permukaan laut.  Terdapat 15 lokasi macan tutul yang diduga sudah mengalami kepunahan lokal.   Macan tutul melakukan seleksi terhadap habitatnya  (P = 0,01).  Hutan alam dataran rendah memiliki nilai indeks seleksi tertinggi (8,5560) diikuti oleh hutan tanaman campuran (5,8911), hutan alam pegunungan (2,9795), hutan tanaman pinus (1,1758), dan hutan jati (0,4769).
FRAGMENTASI HUTAN ALAM LAHAN KERING DI PROVINSI JAWA TENGAH Hendra Gunawan; Lilik B. Prasetyo; Ani Mardiastuti; Agus P. Kartono
Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam Vol 7, No 1 (2010): Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jphka.2010.7.1.75-91

Abstract

Hutan alam di Provinsi Jawa Tengah terus mengalami penurunan luas dan fragmentasi sampai pada tingkat yang mengkhawatirkan. Hal ini tentu berdampak negatif pada kelangsungan hidup keanekaragaman hayati yang terkandung di dalamnya. Penelitian ini bertujuan mendapatkan informasi tentang proses dan laju fragmentasi hutan alam lahan kering di Provinsi Jawa Tengah dan informasi mengenai kemungkinan dampaknya bagi kelestarian keanekaragaman satwaliar. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa selama 16 tahun (1990-2006) Provinsi Jawa Tengah telah kehilangan hutan alam lahan kering seluas 446.561,09 ha atau 88%. Sisa-sisa hutan alam lahan kering umumnya ada di puncak-puncak gunung yang sulit diakses oleh aktivitas manusia. Fragmentasi hutan alam di Jawa Tengah yang terjadi antara tahun 1990-2000 telah menyebabkan peningkatan Total Edge (TE) dari 42,43 km menjadi 133,88 km. Dari tahun 2000-2006, seiring dengan hilangnya fragment-fragment hutan (proses attrition) total edge menurun menjadi 8,75 km.  Edge Density (ED) hutan alam lahan kering di Provinsi Jawa Tengah juga mengalami peningkatan dari tahun 19902000, yaitu dari 151.061,8 m2  menjadi 473.200,6 m2 . Edge density kembali menurun seiring hilangnya beberapa fragment hutan menjadi 31.076,6 m2  pada tahun 2006. Fragmentasi hutan alam lahan kering di Provinsi Jawa Tengah umumnya disebabkan oleh konversi menjadi lahan pertanian, hutan tanaman, perkebunan, pemukiman, dan pembangunan infrastruktur, seperti jalan arteri, jalan tol serta jaringan listrik tegangan tinggi (SUTET). Fragmentasi hutan di Provinsi Jawa Tengah harus dihentikan. Penataan ruang yang memperhatikan bukan saja proporsi luas hutan tetapi juga kekompakan dan konektivitas antar kelompok hutan harus diimplementasikan. Untuk menghambat laju kepunahan dan meningkatkan survival satwaliayang ada di hutan terfragmentasi, maka perlu dibuat koridor dan perluasan habitat dengan menambahkazona penyangga. Kawasan hutan negara yang tidak berhutan perlu dihutankan kembali. Hutan produksi hardifungsikan sebagai perluasan habitat dan koridor antar habitat satwa yang terfragmentasi